Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Ikut Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

kurangi emisi gas rumah kaca


Sampai hari ini, sampah memang menjadi permasalahan besar bagi planet kita. Sampah berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca. Sebagaimana kita tahu bahwa emisi gas rumah kaca menjadi permasalahan dalam pemanasan global. Sampah yang terindikasi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca, yakni sampah makanan.
 
Data sampah di Indonesia pada tahun 2022 diperhitungkan sekitar 70 juta ton, naik dari 68,5 juta ton pada 2021. (sumber : KementerianLHK). Sampah yang mendominasi yakni sampah makanan dengan kontributor terbesar dari rumah tangga. Sehingga sangat tepat pernyataan bahwa pelaku rumah tangga berperan penting dalam pengelolaan limbah dari dalam rumah sendiri. Namun, selain masih membutuhkan edukasi, sosialisasi, serta rantai dukungan, pelaku rumah tangga juga memerlukan teladan dari sekitar untuk bisa beradaptasi dengan siklus pengelolaan sampah. Masyarakat kita sudah terbiasa teredukasi dengan hanya sekadar membuang sampah pada tempatnya. Sementara pengenalan dan penerapan zero waste acap kali asing terdengar.

Zero Waste merupakan konsep hidup minim sampah sejak dini, dan melihat sampah sebagai sumber daya (yang dapat diolah) dengan mengurangi, memilah, dan mengolah sampah (reduce, reuse, recycle). Sebagian menambahkan 2R, refuse (menolak), rot (membusukkan sampah). Pelaku rumah tangga bisa menerapkan zero waste untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, demi bumi yang sehat.

data sampah Indonesia


Mengelola Sampah Rumah Tangga

Sampah terjadi karena ada upaya produksi atau kegiatan memakai, mengonsumsi, yang mengakibatkan adanya sisa atau keluaran atau produk sertaan yang tidak terpakai. Maka, penting sekali untuk memikirkan apakah sesuatu itu benar-benar terpakai, berfungsi, atau bermanfaat bagi pengguna, serta bagaimana sampah akan dibuang atau dikelola. Sampah rumah tangga dapat dikelola dengan 3R reduce (mengurangi), reuse (memanfaatkan kembali) dan recycle ( daur ulang) atau pun upcycle (daur naik). Saat ini penggunaan kata upcycle kerap digabung dengan recycle


quote sampah


Menurut saya, ada 6 (enam) tahap mengelola sampah secara mandiri. Pertama, adalah berpikir dan bertindak untuk meminimalisir sampah, mengapa membeli produk atau makanan, dan bagaimana akan berakhir nantinya. Kedua, menggunakan sampai habis. Sedari kecil, saya diajarkan untuk pakai hingga tuntas, mengganti ketika rusak, makan sampai habis. Jadi, ada baiknya mengajarkan hal yang mungkin terkesan remeh, tetapi bernilai positi bagi masa depan anak. Ketiga, memilah sampah. Kini, kami telah terbiasa menerapkan pemisahan sampah ini, sehingga sampah menjadi lebih minim. Keempat, mengolah sampah mandiri. Untuk sampah organik telah saya olah menjadi kompos dengan cara sederhana. Karena minat saya pada berkebun, efeknya lebih terasa. Untuk sampah non organik, ada yang dapat dimanfaatkan dan diolah kembali. Kelima, donasi. Tidak serta merta barang yang tidak terpakai otomatis menjadi sampah bukan? Hanya karena baju sudah sesak, namun jika masih layak dipakai, maka dapat kita donasikan. Keenam, bank sampah. Bersyukur bila telah ada bank sampah di sekitar kita. Karena memang tidak semua jenis sampah (sumber daya) mampu kita olah. Namun, jika belum ada, berlatihlah mengelola sampah kita sendiri.
kelola sampah mandiri


Memilah Sampah Rumah Tangga

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi, karena setiap rumah tangga akan menghasilkan sampah yang berbeda. Pada rumah tangga yang dikelola sekaligus sebagai tempat usaha, dengan rumah tangga yang hanya khusus sebagai kediaman, maka pemilahan dan pengelolaan sampahnya akan berbeda.  Umumnya, kuantitas sampah di masing-masing rumah tanggalah yang jauh membedakan.

Sampah Organik

Secara garis besar sampah organik sisa makanan dapat terbagi menjadi, food loss dan food waste, yakni sampah makanan alami dan sampah makanan olahan. Namun, sampah organik juga bisa berasal dari dedaunan dan ranting, kayu, kotoran hewan, tulang, aneka kertas, kardus atau karton telur, dan sisa makanan.

Sampah Non Organik / Anorganik

Sampah non organik adalah sampah selain sampah organik. Sampah organik cukup banyak jenisnya, ada plastik, logam, kaleng, kaca, bungkus kemasan, stirofoam, sampah B3 (mengandung bahan kimia), sampah perkakas rumah tangga. Dalam rumah tangga saya, sampah yang masih mendominasi adalah sampah plastik, dan kemasan.

pilah sampah mandiri


Meminimalisir Sampah Rumah Tangga (Reduce)

Kegiatan mencegah penumpukan sampah atau meminimalisir sampah dilakukan sejak awal sebelum sesuatu menjadi sampah. Berikut beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam rumah tangga:

Meminimalisir Limbah Organik :

  1. Pastikan bahan makanan yang dibeli akan dikonsumsi. Bahan makanan (mentah) sangat mungkin akan menghasilkan limbah, sehingga harus dipikirkan penanganannya.
  2. Makan secukupnya di mana pun, termasuk acara besar.
  3. Beli makanan yang pasti akan dimakan. Jika makan di luar dan tidak habis, lebih baik dikemas.
  4. Membawa wadah makan.
  5. Memasak sendiri lebih baik.
  6. Memilih kemasan makanan ramah lingkungan.
  7. Tidak gengsi menghabiskan makan.
  8. Olah makanan yang tersisa di rumah.
  9. Tidak membuang bekas minyak goreng ke parit atau ke saluran air. Kumpulkan dan serahkan secara kolektif pada pihak pengumpul.

Meminimalisir Sampah Non Organik

  1. Hindari produk plastik sekali pakai, seperti sedotan atau minuman, dengan membawa tempat minum dan sedotan sendiri.
    tas belanja ramah lingkungan

  2. Refill lebih baik. Jika sudah tersedia perbelanjaan refill untuk aneka kebutuhan rumah tangga di sekitar wilayah kita. Namun, untuk saat ini dapat dipilih cara berbelanja produk dengan kuantitas jumbo. Misal, deterjen, sampo, atau sabun cair. Salah satu toko organis, yakni toko ramah lingkungan dari YPBB (Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan) telah mengenalkan konsep bulk store atau refill store untuk kebutuhan sehari-hari. Semoga ke depannya konsep toko ini bisa merata di seluruh Indonesia.

  3. Hindari saset (sachet). Penggunaan saset memang praktis, Saya pribadi memilih menghindari kemasan saset, karena menghimpun sampah mungil ini bisa lebih sukar. Jika terdapat bank sampah atau pihak pengrajin olah kreasi kemasan saset, maka dapat diberikan ke sana.

  4.  Teknik membuka tanpa memutus. Masih sering membuka kemasan produk dengan cara potong habis? Bagian potongan itu sering kali menjadi sampah yang sulit terpilah dan terpilih (saking kecil dan terlupakan). Dengan membuka kemasan tanpa memutus, kita membantu bumi lebih sehat dari sampah-sampah kecil yang menumpuk yang sulit terurai.

    teknik membuka kemasan
  5. Hindari stirofoam. Bahan ini merupakan bahan yang lama terurai, sehingga saya lebih memilih untuk menghindarinya. Saat ini, masih ada yang menggunakan stirofoam sebagai alas makan.

  6. Gunakan kembali.

  7. Mengolah sampah mandiri.

  8. Tidak malu menggunakan kembali dan mengolah sampah sendiri.

Mengelola Sampah Organik dan Non Organik

Peran penting penanganan sampah selain reduce terletak pada penggunaan dan pengolahan kembali, yakni reuse, recycle, atau upcycle. Rumah tangga memiliki kontribusi penting dalam mengeluarkan limbah sehingga penting pula penanganannya dari rumah tangga. Semakin banyak rumah tangga yang mendaur sampah secara mandiri, akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Meminimalisir beban limbah di TPA dapat membantu penghematan energi. Yuk, kurangi emisi gas rumah kaca.

Penanganan Sampah Organik :

  1. Sisa makanan, sayuran dan buah dapat diolah menjadi kompos.

  2. Olah makanan yang tidak habis sebelum menjadi basi.

  3. Kayu, karton dan kertas, dapat diolah lagi menjadi kreasi baru.


    panen tanaman organik

Penanganan Sampah Non Organik :

Reuse : Gunakan kembali sebelum menjadi sampah. Kaleng, kaca, dan botol minuman dapat dimanfaatkan kembali.

Upcycle : Mengubah produk atau bahan limbah yang dianggap tidak berguna menjadi berguna baik sebagai karya seni atau kebermanfaatan. Misal, plastik botol minuman yang dikreasikan menjadi pot, celana yang diubah menjadi tas. Tutup botol yang dikreasikan menjadi lukisan. 
Recycle : Mengubah produk atau bahan limbah yang dianggap tidak bermanfaat atau tidak difungsikan lagi dengan cara menghancurkannya dan menjadikan produk baru dengan alat tertentu.

kreasi sampah


Zero Waste to Zero Emission

pengomposan
Program Zero Waste Cities oleh YPBB, semoga dapat diterapkan di banyak wilayah Indonesia
(sumber YPBB)

Sejumlah wilayah di Indonesia kini telah beradaptasi dengan Program Zero Waste Cities, dengan pendampingan YPBB (Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan). Dengan ini, masyarakat diajak untuk terbiasa memilah dan mengolah sampah mereka sesuai jenisnya. Kota dan wilayah menjadi lebih sehat, dan taraf kemakmuran dapat meningkat. Semua itu diawali dengan kompak mengelola sampah dari rumah tangga agar emisi gas rumah kaca terus berkurang.

***

Posting Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

Lebih baru Lebih lama