Butiran pasir jika hanya dikenal lewat cerita, ditatap sesering mungkin, tetap tidak akan membuat kita benar-benar tahu rasanya. Pengalamanlah, yang kemudian menajamkan sensasi rasa.
Seperti itulah perjalanan. Sebanyak apapun cerita tentang Negeri Seribu Sungai yang telah saya dengar, tetap mengunjunginya-lah yang membuat saya mengenal lebih dekat dengan realita. Perjalanan membuat kita menyentuh, merasakan, membentuk perenungan, dan energi bagi hati. Tentu, saya tidak menampik betapa penting cerita-cerita tentang perjalanan. Cerita itu menumbuhkan, menggairahkan, khazanah bagi kegersangan pengetahuan. Seperti hari ini, lewat tulisan ini. Ini adalah sebuah cerita traveling yang saya bagikan untuk melekatkan kebersamaan kita. Sebuah cerita Liburan Cara Aku, yang menjalani #LifeYourWay.
Ada alasan mengapa saya sebut “Liburan Cara Aku”, karena sedari awal saya bisa menikmati keutuhan perjalanannya. Mulai dari perencanaan, destinasi, hingga cara menikmatinya. Salah satunya ketika datang ke Kota Seribu Sungai.
Liburan Cara Aku : Mengenal Kearifan Lokal Setempat
Kota Seribu Sungai merupakan penjenamaan dari Banjarmasin, karena begitu banyak aliran sungai dan anak sungai yang melewatinya. Bila diperkirakan ada lebih ratusan sungai. Kita tahu kata ‘seribu’ sering dipakai untuk menyepadankan kata ‘banyak’, dan benar, memang seperti itulah saat ke Banjarmasin dan sekitarnya. Ada sungai besar serta sungai yang lain. Ada banyak rumah di atas sungai. Ada kapal-kapal hilir mudik di sepanjang sungai.
Banjarmasin sendiri merupakan kota terbesar dan pernah menjadi ibu kota Kalimantan Selatan. Nama Banjar juga dipakai untuk kota di sebelahnya, yakni Banjarbaru, yang kini dinobatkan sebagai ibu kota Kalimantan Selatan. Suku yang mendominasi adalah suku Banjar, kemudian Dayak, dan suku para perantau. Bahasa sehari-hari yang dipakai pun bahasa Banjar. Jadi, kata ‘Banjar’, bisa mencakup banyak hal. Dikarenakan jarak Banjarmasin dan Banjarbaru tidak terlalu besar penghalangnya (seperti hutan, layaknya perbatasan di kawasan Kalimantan lain), pun ada nama Kabupaten Banjar, maka saya mencukupkan dengan kata Banjar saja.
Dahulu sekali, rumah-rumah di Banjar ini menghadap sungai. Kamar tamu menatap sungai dan belakang rumah bersinggungan hutan. Setiap rumah memiliki kapal sebagai transportasinya. Karena sungai adalah jalan raya, serta kehidupan bagi masyarakatnya. Hingga tahun terus berganti, dilakukanlah pembangunan jalanan di daratan. Rumah-rumah yang tadinya menghadap sungai, berubah menghadap daratan. Belakang rumah dirombak menjadi terbuka menatap jalan darat. Maka, pada hari ini, ketika saya mampir ke rumah-rumah itu, tidak perlu lagi melewati sungai. Meski demikian, sungai masih menjadi inti bagi masyarakat Banjar. Masih dan akan menjadi kearifan lokal kota ini.
Ya, liburan dengan cara saya, adalah bisa kenal dengan ciri kearifan lokal setempat.
-----↫❤❤❤↬-----
Memancing ikan dari dalam rumahDi sebuah rumah di Banjar di mana saya pernah menginap, kami pernah memancing ikan dari dalam kamar. Rumah ini adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu, sebagaimana ciri khas rumah tradisional Kalimantan. Tepat di bawah rumahnya ada kolam (berkat aliran sungai di sisi lain rumah). Pada area tertentu, kayu lantai dapat dibuka (memang sengaja dibuat demikian oleh pemilik), untuk memancing ikan dari atas rumah. Begitulah, tanpa perlu keluar rumah, kami bisa mendapat ikan.
-----↫❤❤❤↬-----
Liburan Cara Aku: Mengunjungi Tempat Wisata Tradisional
Pasar Terapung
Periode 90-an, kita disuguhkan iklan RCTI oke, dengan bermacam-macam sosok yang mengacungkan jempol, di beragam lokasi. Satu lokasi yang paling terkenal adalah pasar terapung. Bahkan hingga kini, jika Anda searching ‘iklan RCTI oke’ maka lokasi yang paling dahulu muncul adalah pasar terapung, dengan sosok perempuan berkerudung yang tersenyum. Teman-teman yang sudah lahir pada era 90-an, saya yakin mengiyakan ini.
Seingat saya, dari iklan RCTI oke itulah saya melihat pasar terapung pertama kalinya. Iklan yang membuat saya punya harapan “aku mau ke tempat itu nanti”.
Ternyata setelah di Banjar, saya baru tahu kalau pasar terapung itu ada lebih dari satu. Eh, iya juga ya, dengan sungai yang luas, wajar kalau pasar apungnya lebih dari satu.
Akhirnya saya memilih Pasar Terapung Banjarmasin, yang aksesnya lebih dekat dengan tempat saya menginap. Pasar ini memang tidak sama dengan pasar apung di iklan RCTI oke, karena memang bukan lokasinya. Perbedaan lain, pembeli tidak perlu berada di kapal, hanya penjualnya yang berperahu, lalu menghamparkan barang dagangan di dermaga apung untuk memudahkan berbelanja. Tetap disebut pasar terapung, karena pasarnya mengapung.
Saya : “Ibu, bawa barang dagangan dari mana?”Ibu pedagang : Dari hulu, subuh-subuh ke sini.Saya : “Bawa barang-barang ini semua pakai kapal? Siapa yang bawa kapalnya?”Ibu pedagang : “Nggih (iya), aku sendirian aja bawa kapal.”Saya : (takjub)
Kebanyakan pedagang di pasar terapung ini adalah perempuan. Mereka membawa kapal (perahu bersampan) sendirian. Biasanya mereka bertolak sebelum Subuh. Umumnya mamak-mamak yang berpakaian khas urang Banjar. Produk dagangan di sini adalah hasil bumi mereka sendiri. Mulai dari sayuran, buah-buahan, sampai lauk-pauk. Tergantung sedang berlangsung musim apa. Pedagang kulier juga ada, khusus kuliner khas lokal saja. Seru kan! Belanja tidak hanya belanja, tapi mendapat sentuhan lokalnya.
Wisata Susur Sungai
Wisata khas Banjarmasin lain, yakni wisata susur sungai Martapura, yang bertolak dari Pasar Terapung Banjarmasin. Pengunjung bisa memilih rute susur sungai dengan tarif yang berbeda. Saya memilih yang termurah dan jarak putar terdekat. Saat itu sudah menjelang sore hari, jadi tidak banyak waktu yang saya punya.
Kapal yang kami naiki memilki tingkat yang terbuka. Saya senang duduk di atasnya. Tenang, semuanya aman kok. Sekali putar, sekitar 15 menit berlangsung, saya bisa mendapat pemandangan kota, pasar rakyat, melewati jembatan dan patung bekantan yang menjadi ikon Kota Banjarmasin. Wisata susur sungai ini baik untuk mengenal kejayaan perairan Kalimantan Selatan sekaligus Nusantara.
Liburan Cara Aku : Jelajah Alam
Bagi saya, “liburan cara aku” itu wajib wisata alam. Jelajah alam pun tidak harus di tempat yang nge-hits atau sedang populer, asal bisa menyempatkan diri menyapa alam. Syukurnya, banyak tempat wisata alam di Banjarmasin – Banjarbaru. Ada tiga tempat wisata alam yang sempat saya kunjungi : Wisata Alam Pulau Kembang, Bukit Tahura Mandiangin, dan Danau Seran.
Wisata Hutan Pulau Kembang
Namanya Pulau Kembang, tetapi isinya hutan dan kerajaan kera. Ada alasan dan legenda mengapa pulau yang terletak di tengah Sungai Barito, sebelah barat Banjarmasin ini bernama Pulau Kembang, dan bukannya pulau kera. Legenda asal-usul Pulau Kembang telah terdaftar sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Saya berangkat dari Pasar Terapung Banjarmasin, menempuh perjalanan dengan kapal motor selama satu jam untuk tiba di Pulau Kembang. Tarif masuk yang diberlakukan tidaklah mahal, hanya Rp.5000 – Rp 7.500/orang. Belum apa-apa, baru di depan papan nama wisata, para pengunjung sudah disambut kawanan kera. Saya sempat melihat ada kera mengambil handphone pengunjung. Karena itu, saya jadi lebih banyak menyimpan handphone di tas ketimbang memotret. Hutan di sini adalah hutan mangrove. Di sepanjang hutan, disediakan jalur tracking bagi wisatawan, jadi tidak perlu blusukan masuk-masuk ke hutan. Tetapi, para pengunjung tetap harus waspada karena kera-kera itu bisa saja mampir tiba-tiba di jalur yang kita lewati.
Tahura Sultan Adam
Taman Hutan Rakyat Sultan Adam ini termasuk kawasan eco wisata yang komplit. Kawasannya luas, ada taman bermain, kebun binatang mini, kolam renang, tempat camping, air terjun, area keluarga, wisata sejarah (benteng Belanda) dan di puncaknya kita bisa melihat bentangan perbukitan yang memukau.
Tahura Sultan Adam terletak di Desa Mandiangin Timur, Kabupaten Banjar. Sehingga banyak juga yang menyebutnya Bukit Mandiangin atau Tahura Mandiangin. Saya berangkat dari Banjarbaru menuju Mandiangin pada pagi hari, dengan menempuh perjalanan sekitar setengah jam kurang. Sesuai nama desanya, sepanjang jalan menuju lokasi Tahura, rasanya memang benar-benar mandi-angin, alias dingin. Pergi ke Tahura, tidak cukup hanya sejam atau dua jam. Tempat ini sangat cocok untuk yang senang eksplorasi alam seperti saya.
Berada di atas bukit Tahura Sultan Adam ternyata sangat memukau. Tidak terlalu banyak wisatawan pada hari itu. Cocoklah dengan gaya Traveling Cara Aku yang senang ketenangan.
Saya sempat mengajak bocah mandi di tempat renang, melihat hewan, dan bermain di taman.
Danau Seran
Danau ini sebenarnya adalah bekas tambang yang sudah tidak difungsikan dan secara alami menjadi danau. Airnya sangat jernih, tenang dan memukau. Di tengahnya terdapat pulau kecil bernama Pulau Asmara. Di pulau mini ini, terdapat kolam renang anak dan dewasa, gazebo, taman bermain, dan penjaja kuliner.
Liburan Cara Aku : Mencicipi Kuliner Khas
Saat di Solo, saya akan mencari serabi khas Solo. Saat di Jogja, saya ingin mencicipi bakpia dan gudeg. Saat di Malang, saya sempatkan membeli keripik tempe. Ini termasuk satu cara mengenal jajanan dan kuliner khas Nusantara. Di Banjar, terdapat banyak kuliner tradisional, mulai dari jajanan kering, wadai (kue) basah, sampai masakan. Produk olahannya juga banyak, dan pastinya, saya cari yang benar-benar khas alias beda dari tempat lain. Nyatanya, ketika ke Banjar, saya benar-benar melihat begitu beragam makanan khas mereka yang tidak saya jumpai di tempat lain.
Kuliner khas Banjar (KalSel) yang sudah sangat terkenal adalah Soto Banjar. Namun, karena sudah terbiasa menikmati Soto Banjar, maka saya skip dulu yang ini. Saya memilih Laksa Banjar, serabi, dan beberapa wadai. Laksa khas Banjar, adalah makanan yang terbuat dari tepung beras (melilit seperti mie) berwarna putih, yang nantinya dimakan bersama kuah santan gurih berempah. Sedang serabi khas Banjar adalah serabi plain yang ketika makan disiram gula merah. Enak sekali.
Liburan Cara Aku : Berburu Buah atau Produk Hasil Bumi Lokal
Buah dan buah, adalah cara saya menikmati hidup. Kalau makanan lain bisa saya skip, tetapi buah-buahan akan sulit sekali. Saking sukanya buah, sampai nama blog pun ada buahnya. Sudah jelas ketika di Banjar, saya langsung mencari tahu buah khas atau buah apa yang sedang musim di sana. Memang di Banjar, buah-buah khas Kalimantan lebih mudah ditemukan serta lebih murah. Seperti cempedak, nangkadak, buah kapul, kasturi, ramania (gandaria) atau varian durian. Namun, buah-buahan tidak bisa ada selamanya, semua tergantung musim dan panen. Jadi, tetap harus sabar.
Saat itu, saya membeli jeruk limau kulit, jeruk lokal, juga jambu air.
Selain buah, saya suka mengincar hasil bumi lain, seperti sayur-mayur, umbi-umbian, kopi atau madu. Tergantung dari apa yang dihasilkan di daerah setempat. Saya harus akui beberapa incaran sayur-mayur ini memang harus dimasak lebih dulu, jadinya agak ribet. Tapi, ini kan traveling cara aku. Saya yang jalani, saya juga yang menikmati.
Liburan Cara Aku : Tetap Menjalin Silaturahmi
Sudah jadi kebiasaan setiap singgah di daerah mana pun, saya merencanakan bisa bersua dengan kerabat, kawan, atau kenalan yang tinggal di daerah tersebut. Saling jumpa ini, meningkatkan kembali persaudaraan, saling kenal lagi dan mendekatkan hati. Walau dulu sekali, mungkin terlupa atau terhalang jarak. Di Banjar, saya punya beberapa keluarga. Kami berjumpa setelah sekian tahun tak pernah bertatap muka. Saya jadi tahu anak-anak mereka, mereka jadi tahu keluarga saya. Kami saling bertukar cerita, dan saya jadi tahu juga lebih banyak tentang KalSel.
Traveling Cara Aku : Positive Life, Positive Way
Bagi saya, traveling itu cara untuk mendekatkan kembali diri saya. Berjibaku dengan rutinitas demi menyesuaikan tuntutan pihak lain, kadang membuat saya lupa menemukan siapa saya. Saat suasana tenang, mulailah terpikir betapa lelahnya kehilangan diri sendiri. Lelah bukan dalam arti fisik. Saya sering mengatakan pada orang terdekat, bahwa kalau capek fisik itu tidak apa, tapi terasa berat jika itu capek batin. Saya merasa kosong.
“Traveling itu kenikmatan bagi pikiran, keringanan bagi hati, ketahanan bagi tubuh. Sudah semestinya bisa menjadi jalan mendekatkan pada Sang Esa.”
Saya selalu senang jika traveling bisa menghasilkan sesuatu, ketika bertambahnya pengetahuan, keceriaan, pengalaman, spirit, dan utamanya kedekatan saya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karena saya berjalan menuju pada apa yang indah Dia ciptakan, menuju gunung dan lautan. Saya berjalan menuju pada orang-orang baik yang Dia temukan. Saya berjalan menikmati sejarah yang Dia izinkan masih tersimpan. Jadi, nikmat Tuhan mana yang mau saya abaikan?
“Suatu ketika di dalam pesawat, saya melihat gumpalan awan yang besar. Nun jauh di sana di sana tak terlihat apa pun lagi. Tak ada gedung tinggi, tak jua ada hutan memanjang. Lalu, terpikir betapa kecilnya diri ini, kenapa pula masih senang menyombongkan diri.”
Traveling juga membuat energi lebih berlimpah, jadi lebih bersemangat sebelumnya. Setidaknya, saya jadi lebih semangat menabung, karena traveling masih butuh uang, hehehe. Sisi positif traveling yang lain adalah tabungan inspirasi. Banyak tulisan dan karya yang bisa saya buat setelah traveling. Dulu, orang-orang bepergian ke negeri lain untuk mencari tanaman yang tidak ada di negeri mereka untuk ditanam kembali. Dengan cara ini, generasi selanjutnya bisa menikmati hasil alam yang lebih bervarian.
Traveling cara aku, adalah mampu meneruskan nilai kebanggaan negeri, dengan membuatnya menjadi karya, atau menyisipkan dalam cerita untuk generasi kelak. Bukankah saya tahu banyak negeri ini juga dari kisah yang diceritakan oleh para pendahulu?
Ingin Traveling Cara Aku Lagi Bareng Traveloka di Kalimantan
Ini adalah sebuah pengakuan. Saya lahir dan besar di Kalimantan. Walau ngaku-ngaku orang Kalimantan, ternyata khazanah saya tentang Kalimantan tidak banyak. Baik tentang legenda, suku, sejarahnya, dan tempat-tempat istimewanya. Baru beberapa tahun ini, saya benar-benar mengantusiaskan diri mengenal pulau besar ini. Kemudian, muncullah harapan besar : aku harus bisa keliling Kalimantan.
Sepanjang pengalaman saya, berkeliling Pulau Jawa masih lebih mudah dibanding Kalimantan. Sekali lagi, menurut pandangan saya ya. Saya yang tinggal di Kalimantan Timur, baru bisa mampir di provinsi sebelah, yakni Kalimantan Selatan. Tiga provinsi lainnya, belum kesampaian. And that’s me. Borneo girl who doesn’t see a lot of her island. Jadi ini adalah alasan mengapa saya keliling Kalimantan. Mau bagaimana pun Kalimantan adalah jati diri.
Namun, traveling di Kalimantan Selatan baru-baru ini, serasa belum tuntas. Jadi, saya mau rencanakan liburan di Traveloka lagi ke Kalimantan Selatan. Kali ini tidak hanya menjangkau Banjarmasin – Banjarbaru. Saya melihat jarak antar kota-kabupaten-daerah nya relatif mudah dijangkau. Jadi, ada kemudahan menjangkau kawasan-kawasan lain.
Begini, rencana liburan di Traveloka.
- Pertama, buka aplikasi Traveloka.
- Pilih travel atau tiket bus dari Balikpapan ke Banjarbaru. Saya pilih jalur darat, agar bisa melihat eksotisnya hutan Kalimantan. Karena, ini liburan cara aku.
- Pilih tanggal keberangkatan
- Pilih jumlah kursi. Selesai.
Rencana Liburan di KalSel.
Ada tempat yang ingin saya kunjungi bila di KalSel, yakni : Pasar Terapung Lok Baintan, Museum Lambung Mangkurat, Bukit Matang Keladan. Kemudian mampir di Martapura(Kabupaten Banjar), Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut), dan Tanjung (Kabupaten Tabalong).
Day 1. Stay at Banjarbaru
Pagi : Museum Lambung Mangkurat (jarak tempuh 10 menit)
Siang : Martapura (jarak tempuh 17 menit)
Day 2. Stay at Banjarbaru
Pagi : Bukit Matang Keladan (jarak tempuh 45 menit)
Day 3 : Stay at Banjarbaru
(sebelum) Pagi : Lok Baintan (jarak tempuh 45 menit)
Day 4 : Stay at Banjarmasin
Pagi : Pelaihari
Day 5 : Started at Banjarbaru
Pagi : Tanjung ( jarak tempuh 5 jam), dari sini pulang ke Balikpapan.
Lokasi-lokasi yang saya pilih untuk dikunjungi di atas ini memiliki nilai sejarah, nilai lokalitas, dan pastinya bisa cari produk lokal.
Setelah menuntaskan niat di Kalimantan Selatan, jelajah berikutnya bisa ke Kalimantan Utara lebih dulu. Selanjutnya, mari rencanakan kembali ke provinsi KalTeng dan KalBar bareng Traveloka. Aamiin.
Untuk teman-teman, ayo rencanakan liburan di Traveloka. Mudah dan membantu penikmat traveling seperti kita lho.
Traveling Cara Aku, Jalani #LifeYourWay
Setiap diri kita pasti akan membentuk citra khas masing-masing, bahkan dalam traveling yang kita lakukan. Ciri khas ini bisa lahir dari kebiasaan atau kenyamanan. Saya merasa demikian. Anda mungkin pecinta koper, sementara yang lain senang dengan ransel. Saya yang jarang selfie, akan berbeda dengan yang hobi selfie. Anda bisa lihat tidak banyak swafoto saya dalam tulisan ini, hehehe. Dan itu tidak apa. Kita punya kesenangan masing-masing. Just #LifeYourWay
Ketika liburan atau traveling, saya senang bisa mempelajari sesuatu, senang bisa memotret alam, senang menemukan buah-buahan, dan senang bisa meneladani hal baik. Jelas, kesenangan itu karena saya menjalani traveling dengan cara saya. Kita semua punya suara hati. Kepada Anda yang senang di gunung, atau Anda yang senang menuju lautan. Kepada traveler yang senang street food, dan traveler yang senang menuju resto. Selama itu baik, ikuti suara hati, jalani dengan caramu #LifeYourWay karena Anda adalah Anda.
Salam.
Cita-citaku pengen banget keliling Indonesia, terutama bertemu dan berbincang sama masyarakat adat. Dulu, aku memimpikan traveling ala backpacker. Tapi, belakangan ini jadi pengen traveling ala campervan atau motor home seperti keluarga kece mas Bimo. Siapa tau bisa mampir ke kota seribu subgai juga
BalasHapusaamiin, Semoga segera kesampaian Peh :)
HapusPasar terapung sambil makan soto banjar gak pernah bisa diluoakan saat main ke banjarmasin
BalasHapusYa ampuuun mbaa, aku baru tahu kalo ibukota Kalsel udh bukan Banjarmasin 😅😅. Ketinggalan berita banget hahahaha.
BalasHapusJadi Inget, dulu pas disuruh ngapalin semua propinsi dan ibu kotanya, ntah kenapa yg suka lupa atau ketuker2, itu propinsi2 di Kalimantan 🤣
Tiap kali traveling aku juga selalu bikin ITIN yg mencerminkan aku banget. Kec kalo jalannya Ama temen atau keluarga, baru deh aku sesuaikan. Yg penting masing2 orang bisa happy.
Pernah ikutan trip yg udah dari sononya diatur. Kadang aku bisa enjoy, tapi lebih seringnya ga 🤣. Makanya kurang suka traveling Ama travel, kecuali terpaksa atau negara yg dituju memang mewajibkan pakai travel.
Rasanya seneng aja, dan feeling enjoy nya bisa dapat kalo traveling sesuai keinginan. Aku sendiri juga suka alam, tapi juga suka themepark yg ada wahana2 beradrenalin tinggi. Kalo diajak ke pantai, baru deh aku males2an, tapi Krn keluarga sukanya itu, mau ga mau kdg ngalah. Cuma aku cari tahu apa yg bisa bikin aku happy saat nemenin mereka. Jawabannya ya kuliner seafood 😄.
Keluargaku seneng, aku juga bisa enjoy
Pernah ksana cuma di Banjarmasin aja jalan2, spertinya sudah banyak perubahan yah.
BalasHapus