Menumbuhkembangkan Literasi Lewat Keluarga dan Masyarakat


Awalnya saya ingin bersantai ketika membaca sebuah tulisan yang sedang viral akhir-akhir ini, sayangnya saya berubah menjadi tidak nyaman ketika menemukan penulisan di- yang tidak tepat. Ada di- yang disambung dengan kata tempat, dan di- yang terpisah dengan kata kerja. Entah bagaimana penggunaan di- yang ditulis tidak tepat oleh banyak para kreator konten saat ini mendadak menganggu saya. Padahal saya pun masih belum mahir menulis sesuai ejaan. Saya percaya dalam penulisan ini pun banyak terdapat kekeliruan. Mengemuka pertanyaan di benak saya, bagaimana jika kekeliruan ini berlanjut dan menambah kesalahan-kesalahan lain? Bagaimana kalau kita berhenti mempelajari bahasa Indonesia dan hanya menulis sesuai selera penulisan masing-masing? Tentunya identitas bangsa ini perlahan akan tergerus.

Kemampuan menulis sejalan dengan kemampuan membaca yang merupakan rangkaian dari literasi. Literasi tidak melulu tentang baca dan tulis. Meski demikian, literasi juga bisa bermakna kemampuan membaca yang lebih luas. Misalnya membaca tanda-tanda di alam, membaca situasi, membaca grafik, membaca bahasa tubuh lawan bicara, membaca infografis dan materi visual, termasuk juga membaca tanda-tanda fisik anak, bagi seorang ibu. Cara seseorang merespon sesuatu terkait dengan tingkat literasi yang ia miliki.

Berawal dari mengikuti kegiatan literasi yang digagas Balai Bahasa di kota saya, untuk pertama kalinya saya mengetahui bahwa literasi adalah kecakapan hidup yang dibutuhkan manusia. Ada enam literasi dasar yang perlu dikembangkan : literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.

Kebutuhan literasi bertumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Banyak dampak positif yang kita rasakan di era ini. Namun, dampak negatif pun seakan tak mau kalah, tumbuh berdampingan di sisi positif. Isu-isu kemanusiaan, kesehatan, berita-berita hoaks, merebaknya penipuan, berita viral yang mengusik nurani, huru-hara akibat salah bicara, atau kasus-kasus permusuhan antar keluarga yang dimulai dari kegagalan berkomunikasi yang banyak terjadi di aplikasi whatsapp. Terdengar aneh, tapi ini adalah fakta. Untuk inilah dibutuhkan manusia yang berliterasi, tanggap terhadap sekitar, mampu merespon dengan tepat situasi yang ada.

Makna Literasi

Literasi berasal dari bahasa latin, literatus atau a learned person yang bermakna orang yang belajar. Kamus besar bahasa Indonesia mencatat bahwa literasi adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Literasi tidak selamanya merujuk pada kepekaan terhadap huruf belaka, melainkan melibatkan cakupan yang lebih luas pada keahlian berbicara, menghitung, peka terhadap kondisi dan situasi yang ada, hingga memecahkan masalah. Sebagai bentuk keberhasilannya disebut literat, yang bermakna melek atau terbukanya daya pikir. Sehingga demikian, literasi adalah modal untuk mampu secara cerdas bertahan dalam kehidupan.


Manfaat Literasi:

  1. Memperbaiki kemampuan berbahasa
  2. Mengembangkan minat baca-tulis lebih baik
  3. Meningkatkan wacana dan kecerdasan berpikir
  4. Tanggap terhadap situasi
  5. Mampu mengembangkan potensi diri secara tepat
  6. Mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial
  7. Mampu memecahkan persoalan-persoalan kehidupan
  8. Sebagai identitas bangsa

Enam Literasi Dasar

1. Literasi Baca Tulis

Tidak salah jika disebutkan literasi baca tulis merupakan moyang literasi. Karena menulis dan membaca sudah diterapkan sejak manusia awal diciptakan, sejak manusia baru dilahirkan dan sebelum literasi lain berkembang. Hingga kini, literasi baca tulis mengalami perkembangan. Jika dulu dikenal dengan pemberantasan buta huruf sebagai gerakan menumbuhkan literasi baca tulis, masa kini praktik-praktik literasi baca tulis bertumbuh seiring dengan pertumbuhan informasi yang meluas. Membaca dan menulis pun erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, berbicara, sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial. 

Di era melimpahnya informasi yang dapat menjadi positif dan negatif melalui media-media sosial dan konten-konten yang masif diproduksi individu-individu kreatif seperti saat ini, maka literasi baca tulis merupakan kecakapan mengolah dan menyaring informasi yang ada, menganalisis serta menanggapi secara cerdas sesuai kecakapan yang dibutuhkan.

Kita dapat menyebutkan bahwa masyarakat yang buta huruf saat ini akan sukar dicari. Sayangnya, ketidakbutaan huruf ini tidak diimbangi dengan kegemaran membaca dan menulis serta kontuinitas untuk terus belajar.

2. Literasi Numerasi

Siapa pun yang mendengar kata numerasi pasti akan mengaitkannya dengan angka dan perhitungan. Literasi numerasi adalah kemampuan yang mencakup penerapan keterampilan tentang segala hal yang berkaitan dengan bilangan, kemampuan membaca data dan grafik, bagan dan tabel, peka terhadap nilai-nilai matematis yang akan menjadi pemecahan persoalan kehidupan. Cerdas matematika tidak persis sama dengan cakap numerasi, misalkan ada siswa yang dapat menyelesaikan pembagian 5 : 3 sehingga nilainya 1,667 sementara dalam kehidupan ada perhitungan dan pertimbangan lain yang dibutuhkan, misalkan saat seorang ibu membagi lima kamar untuk 3 orang anaknya, tentu anak yang tersisa tidak akan dibagi menjadi desimal dan pecahan tertentu bukan? Seorang ibu yang tanggap ketika membaca termometer setelah dikenakan anaknya juga merupakan bagian literasi numerasi.

Literasi numerasi juga erat kaitannya dengan perkembangan peradaban zaman. Arsitektur, desain dan konstruksi-konstruksi bangunan yang ada sangat membutuhkan kecakapan numerasi. Seiring perkembangan abad ke-21, platform-platform yang diakses warga digital sudah sangat tentu sejalan dengan kecakapan numerasi.

3. Literasi Sains

Sains selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Di sekolah kita mengenal pelajaran ilmu pengetahuan alam, kimia, serta ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi. Literasi sains berkaitan dengan pemanfaatan ilmunya yang akan mendorong kebaikan bagi bumi dan seisinya. Sebagai contoh, pelestarian hutan mangrove yang terus digalakkan seiring dengan meningkatnya pemahaman terhadap kemaslahatan mangrove bagi bumi. Contoh lain, gerakan mencuci tangan oleh pihak tertentu ternyata membuka kesadaran masyarakat untuk rajin menjaga kebersihan.

4. Literasi Digital

Masa kini adalah eranya teknologi. Manusia mana yang jemarinya belum pernah sekali pun menyentuh teknologi gawai? Dapat dikatakan dialah manusia yang tidak tersentuh perubahan zaman. Literasi digital mungkin adalah istilah termuda dibanding literasi lain. Meski begitu, melek digital sama pentingnya dengan lima literasi yang ada. Melek digital berarti mempersiapkan diri memilah, memroses, menyaring dan menyalurkan kecakapan secara tepat guna. Kemudahan mengakses gawai yang tak diimbangi pemahaman yang memadai akan membuat menjadi pribadi yang mudah terombang-ambing dan terprovokasi. Karena itu menjadi literat digital sangat dibutuhkan untuk menghadapi luapan teknologi digital yang tak terbendung, carut-marut informasi yang tanpa batas, tuntutan kreativitas yang tidak disertai muatan nilai positif, berita-berita hoaks, atau pun tindakan-tindakan penipuan.
literasi digital : menyikapi hoaks

5. Literasi Finansial

Jika Anda pernah tahu, bahwa seorang audit profesional dapat melihat ‘kecelakaan’ yang mungkin saja terjadi pada sebuah perusahaan hanya dengan melihat laporan keuangan perusahaan tersebut. Anda dan saya tidak perlu menjadi seorang audit untuk bisa melek finansial. Pada dasarnya literasi finansial tidak melulu berkaitan dengan satu sektor saja, misal perusahaan, sebagai satuan yang tumbuh di masyarakat, keluarga pun dihadapkan pada kemampuan untuk menjadi literat finansial. Literasi finansial berarti cerdas dalam mengelola sumber daya dana, terampil memanfaatkannya, jujur dan mampu mengalokasikan dengan tepat. Literasi finansial juga sangat mungkin berkaitan dengan penghematan yang dipikirkan seorang ibu dan aktifnya kegiatan-kegiatan UMKM di tengah masyarakat.

6. Literasi Budaya dan Kewargaan

Anda tentu pernah melihat vandalisme di seputar cagar budaya, atau melihat betapa bingungnya anak muda ketika ditanya jumlah sila Pancasila. Saya yakin Anda pernah melihatnya. Semua itu berkaitan dengan literasi budaya dan kewargaan. Negeri ini memiliki banyak budaya, suku dan ras. Di tengah keberagaman itu, mesti dibarengi dengan saling menghormati agar terjadi keselarasan. Karena bagaimana pun budaya merupakan identitas bangsa Indonesia. 

Itulah enam kecakapan hidup yang dibutuhkan dalam bernegara saat ini. 

Literasi ini saling bertalian satu dengan yang lain. Anda tidak bisa membuang literasi baca-tulis dan numerasi, jika ingin cerdas sains, dan tidak bisa lepas dari digital jika ingin meluaskan jejaring. Literasi finansial juga sangat dibutuhkan jika Anda tidak ingin terbebani kala mengakses informasi dan tentu saja ketika cakap di lima literasi, masih ada aturan-aturan pakem serta keterlibatan budaya yang harus Anda ikuti sebagai warga negara yang baik.


Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat
Dalam Membudayakan Literasi

Ketika ada anak tetangga saya yang berbicara lancar menggunakan bahasa Indonesia baku, ternyata banyak yang masih menertawakan anak ini.

Kita tidak terbiasa menggunakan kata-kata baku. Kita terbiasa menggunakan ‘ndak’, ‘nggak’ dibanding kata ‘tidak’. Kita merasa lucu jika disapa ‘Anda’ dibanding ‘masnya’ atau ‘mbaknya’. Masyarakat kita merasa geli jika mendengar sebuah kalimat bertata SPOK, “kakak dan adik telah menyepelekan ucapan ibu tadi pagi,” yang dirasa lebih nyaman dibaca melalui teks dibanding dalam pengucapan keseharian. Pola ketidakterbiasaan ini menjadi sistemik di kalangan masyarakat. Penerapan bahasa Indonesia yang tepat ini masih terus ditimpa dengan penggunaan bahasa gaul yang dianggap lebih merakyat.

Bila kecakapan berbahasa ini terus menerus menurun maka mungkin saja bangsa ini bisa kehilangan identitas aslinya sebagai bangsa Indonesia. Ini baru dari sisi kecakapan berbahasa, yang menjadi bagian dari enam literasi dasar yang ada. 

Hal inilah yang tentu mendorong perlu adanya katalisator di tengah-tengah masyarakat untuk turut serta aktif membudayakan literasi, karena membudayakan literasi berarti mencerdaskan bangsa.

Peran Keluarga

Keluarga merupakan satuan kekerabatan terkecil yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Keluarga kecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Sedangkan keluarga besar mencakup silsilah dari keluarga kecil tersebut. Orang tua punya peranan penting dalam membudayakan literasi di tengah keluarganya. Orang tua punya andil besar meningkatkan minat baca anak, dengan terlebih dahulu memiliki minat baca yang tinggi.
Ada beberapa cara agar anak memiliki minat baca tulis yang baik :
  • Menyediakan fasilitas buku sesuai kebutuhan anak.
  • Menghias rumah dengan poster-poster edukasi.
  • Mengajak anak bepergian ke perpustakaan atau lokasi TBM.
    saat di perpustakaan
  • Mengadakan permainan-permainan edukatif.
    memamerkan playdough di tangan kanan dan puzzle usang di tangan kirinya.
  • Berbincang dan berkomunikasi dengan ragam diksi.
  • Menjadi pendengar bagi anak.
  • Memahami kebutuhan belajar anak.
  • Mengajak anak menyalurkan kreativitasnya.
  • Membacakan buku sebelum tidur.
  • Mendongeng, berpantun atau bermain lempar kata.

Sedangkan untuk meningkatkan literasi di tengah keluarga antar anggota keluarga setu dengan lain dapat dilakukan hal-hal berikut:
  • Setiap anggota keluarga menyediakan porsi waktu untuk membaca teks dan melatih diri menulis setiap harinya.
  • Berkomunikasi efektif dengan anggota keluarga.
  • Pergi ke museum atau lokasi wisata dengan unsur budaya, sehingga wacana budaya bertambah.
  • Mengajak keluarga untuk cerdas finansial, misal bercocok tanam untuk menghemat pengeluaran, atau mengolah sumber daya yang ada untuk diolah menjadi usaha, termasuk juga mencatat pengeluaran dan pemasukan yang terjadi.
    hidroponik, urban farming yang menjadi solusi di tengah mahal dan sukarnya sayur di perkotaan
    • Mendiskusikan berita atau informasi yang diterima dengan anggota keluarga sebelum menyebarkannya.
    • Menyediakan waktu untuk mengikuti kelas-kelas edukasi dan kegiatan literasi.
      kegiatan literasi

    • Miliki falsafah dan prinsip hidup yang sesuai norma.

    Keluarga literat bisa menjadi pionir literasi bagi keluarga lain di sekitar. Mengajak anak-anak tetangga membaca buku yang ada di rumah kita sesuai usianya adalah cara sederhana membuka peluang keluarga lain untuk melakukan hal yang sama.


    Peran Masyarakat

    Masyarakat di Indonesia umumnya adalah keluarga-keluarga dan individu yang membentuk sekelompok manusia dalam lingkungan yang sama. Manusia-manusia ini terjalin dan berinteraksi untuk kemudian membentuk aturan yang sama. 

    Masyarakat memiliki banyak peran untuk munumbuhkembangkan literasi. Masyarakat yang literat menunjukkan bangsa yang literat pula.

    Adapun peran yang dapat dilakukan masyarakat dalam membudayakan literasi yakni:
    • Membuka taman-taman atau wadah baca di lingkungan sekitar
      bersama teman komunitas saat berada di TBM yang ada di masyarakat
      Pena dan Buku, TBM yang ada di pasar, menarik minat baca anak-anak sekitar pasar.
      (foto:  Pena dan Buku)
      • Mengadakan lomba cerdas cermat dengan soal-soal yang berkaitan enam literasi dasar, yang dapat diikuti anak-anak maupun dewasa. Lomba-lomba lain yang bisa dibuat misalnya lomba pantun, baca puisi, atau pidato. Lomba menggambar dan mewarnai. Lomba-lomba ini bisa disisipkan saat perayaan HUT RI.

      • Mengagendakan festival buku dan seni di kampung atau lingkungan.

      • Menerjunkan generasi muda untuk mengikuti kegiatan literasi yang nantinya dapat dapat menjadi pegiat dan penggiat literasi di lingkungan tempat ia tinggal.

      • Mengaktifkan dasawisma. Saya tidak tahu apakah ini bisa sama dengan lingkungan Anda. Dengan mengaktifkan dasawisma, perempuan-perempuan di lingkungan menjadi teredukasi, punya penyaluran yang tepat atas kreativitas yang dimiliki. Biasanya kegiatan dasawisma lebih mengarah pada literasi finansial. Sebagaimana kita tahu ‘the power of emak-emak’ adalah kekuatan terdahsyat di muka bumi yang sulit ditanggalkan, maka dari itu berikan wadah penyalurannya. 
      • Menyiapkan kampung literasi. Untuk menuju ke tahap ini, tentu dibutuhkan kematangan persiapan. Selain kampung literasi, masih ada tema lain, seperti kampung sains, kampung digital, dan kampung budaya.

        pojok-pojok baca di pinggiran jalan Kampung Literasi Balikpapan
        foto milik : kampoeng literasi bpn

      • Mengagendakan kegiatan pada hari Bumi atau hari ramah lingkungan. Mengapa bumi? Perlu diketahui bahwa literasi juga bermakna kecakapan membaca tanda-tanda alam. Bumi dan manusia saling membutuhkan. Oleh Tuhan, manusia diunggulkan sebagai pemimpin di muka bumi. Karena itu sangat dibutuhkan manusia-manusia literat. Literasi sains memungkinkan manusia memproduksi produk-produk ramah lingkungan. Literasi finansial menciptakan manusia memilah produk ramah di kantong dan ramah lingkungan. Literasi digital memungkinkan gerakan cinta bumi meluas ke lingkungan masyarakat lainnya, dan literasi numerasi memungkinkan manusia menggunakan sumber daya alam pada angka yang tepat.

      • Mengajak serta pemuka agama berperan dalam menumbuhkembangkan literasi.

      • Menyediakan hari tertentu dengan mengumpulkan masyarakat di lingkungan terkait untuk mendengarkan materi-materi yang berkaitan dengan perkembangan zaman. Misal : antisipasi hoaks, tema kesehatan, SDM dan lainnya.

      Penutup

      Dalam perspektif lain, saya melihat literasi sebagai proses berpikir yang membentuk manusia-manusia berakal yang syarat dasarnya adalah gemar membaca. ‘Iqro’ adalah kebiasaan yang harus diperjuangkan di tengah keluarga. Budaya membaca harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Mereka yang cinta membaca akan menjadi virus literasi bagi sekitar. 

      Lewat peran keluarga dan masyarakat inilah literasi kita berkembang dan akan menjadi ciri khas negeri ini. Mewujudkan masyarakat berdikari, melek digital, tidak mudah terprovokasi dan saling menghormati adalah cita-cita kita bersama. Literasi bisa dimulai dari langkah kecil dan itu bisa dimulai dari langkah kita sendiri.


      ***

      -----------------------------------------
      Sumber bacaan :
      Modul literasi baca-tulis
      https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi


      #opini
      #SahabatKeluarga
      #LiterasiKeluarga







      76 Komentar

      Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

      1. Akutu kalau nulis masih suka serampangan juga mbak.

        BalasHapus
        Balasan
        1. saya pun masih belajar mba, banyak buka kamus

          Hapus
      2. Budaya literasi memang kudu dikembangnkan semua pihak ya Mba
        Jangan sampai anak2 kita ogah membaca
        nantinya malah ga bisa membedakan mana yg benar vs salah, hoax atau bukan, hadeehhh
        --bukanbocahbiasa(dot)com--

        BalasHapus
      3. Bener banget Lidh.. Membudayakan literasi bagusnya emang mulai dari rumah ya.. Yuklah semangat biar anak2 giat baca dan nulis.. hehe

        BalasHapus
        Balasan
        1. Iyaaa, peran keluarga emang sangat signifikan yaa
          --bukanbocahbiasa(dot)com--

          Hapus
      4. Memang kadang gatal ya rasanya kalau ada salah penulisan. Kalau itu karena minim literasi, ya kita memang perlu lebih giat lagi belajar

        BalasHapus
      5. Sy dr anak2 bayi dibacain buku alhamdulillah makin kerasa manfaatnya sekarang (sekarang mereka sdh sd) jd cepet bisa baca buku saat usianya 6 tanpa di les in khusus .hanya diajarin ala kadarnya di sekolah

        BalasHapus
      6. Saya tuh suka gemas kalau ada anak muda berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan kata "aku". Entahlah, mungkin saya yang terlalu kuno.

        BalasHapus
      7. Ada enam literasi dasar yang perlu dikembangkan : literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.

        Kali literasi kesehatan, masuknya ke literasi sains kali, ya Mbak Lidha? Sekarang banyak hoax tentang kesehatan, kalo wawasan dangkal gampang ikutan share.

        BalasHapus
        Balasan
        1. Iya kalau kesehatan termasuk literasi sains

          Hapus
      8. Menurutku memang perlu kerjasama banyak pihak seperti masyarakat juga agar semangat literasi ini bisa terpenuhi dengan baik :)

        BalasHapus
      9. Literasi sejak dini memang mesti diajarkan ke anak-anak, ya. Karena di era sekarang ini arus informasi yang deras membuat kita maupun anak-anak (kelak) harus bisa filtering segala hal yang diketahui. Membaca memang awal mula literasi ya, mbak. Tugas kita memang rada berat, tapi harus bisa membudayakan literasi ini ke anak-anak.

        BalasHapus
      10. Kok tertarik dengan pojok baca itu ya mbak. Ide seger banget nihh supaya banyak orang yg peduli dan sadar betapa pentingnya literasi itu, uwuuhh
        Jadi makna literasi itu penjabarannya beneran luas yahh mbak,
        Makasih pencerahannya Mbak Lidha *+*

        BalasHapus
      11. Kampung Literasi Balikpapan keren banget ya Mbak..lengkap ada Pojok Baca. Kalau di Jakarta tiap kelurahan punya RPTRA (kadang lebih dari satu) dan itu ada perpustakaannya. Dan sepakat budaya literasi berawal dari keluarga:)

        BalasHapus
        Balasan
        1. iya, di pinggiran jalan dan di posnya disediakan pojok baca dan sering diadakan kegiatan literasi di sana

          Hapus
      12. Banyak juga ya aktifitas yang bisa dilakukan untuk meningkatkan minat literasi baca tulis anak ya mbak, noted mbak, tfs ya

        BalasHapus
      13. Literasi memang baiknya berawal dari keluarga. Kegiatan menulis dan membaca bisa dicontohkan oleh orang tua ke anak

        BalasHapus
      14. Penting banget mengenalkan literasi sejak dini pada anak ya mak. Trimakasih tulisannya bermanfaat banget

        BalasHapus
      15. NgoNgomongin soal literasi ternyata tak hanya soal baca tulis saja ya Mba, maknanya lebih luas lagi, saya baru mengetahuinya.. Mksh sdh sharring ttg hal ini..

        BalasHapus
      16. Aku juga sering salah salah terkadang kalau bikin kata dipisah atau disambung. Harus lebih belajar lagi yaa...

        BalasHapus
        Balasan
        1. sama mbak, saya pun masih perlu banyak belajar

          Hapus
      17. ternyata literasi itu menyentuh banyak aspek ya. semoga budaya literasi terus berkembang untuk generasi mendatang yang lebih baik dan berkualitas

        BalasHapus
      18. Wah aku seneng banget nih liat anak-anak sudah dikenalkan dengan literasi jadi mereka semakin siap deh untuk sekolah :). Salam Literasi yaa kak :)

        BalasHapus
      19. Wah, bagus banget ada pojok baca kaya gitu ya. Semoga aja bisa terpelihara dan dimanfaatkan.

        BalasHapus
      20. wah ada kampung literasi, menarik sekali

        BalasHapus
      21. Keren banget ini di Balikpapan sudah ada kampung literasi. Anak-anak dan warga sekitar jadi familiar dengan buku.

        BalasHapus
      22. Banyak yang harus dipelajari ya soal literasi ini termasuk aku deh, soalnya masih suka salah-salah kalau menulis. Literasi gak cuma fokus di membaca aja ya tapi juga menulis.

        BalasHapus
      23. Ternyata dengan pahamnya makna literasi yang sangaaat luas, kita bisa bikin variasi kegiatan kepada anak-anak dan lingkungan sekitar tentang pentingnya literasi yang baik dan benar.

        BalasHapus
      24. waduh aku langsung deg-degan jangan-jangan masih salah aja nih untuk penggunaan kata d- hahaha...btw setuju mba menumbuhkann literasi harus dimulai dari rumah yah :)

        BalasHapus
        Balasan
        1. tulisan aku mbak pastinya yang sering salah hihihi, harus belajar trus nih. Sekarang ngecek berulang kali takut ada yg salah

          Hapus
      25. Palinh gampang memang di rumah ya mak. Semangat berliterasi biar jadi blogger kayak kita hehehehe

        Gutlakkkk mak sayangg

        BalasHapus
      26. Pencapaian literasi ini memang harus diawali dari dalam keluarga ya. Yang paling simpel adalah dengan mengajak anak-anak gemar membaca. Jika sudah melampaui fase ini, anak bisa digerakkan ke periode literasi berikutnya agar makin banyak kecakapan yang dikuasainya dalam menjalani kehidupan.

        BalasHapus
      27. Budaya literasi ini memang penting banget dan harus dibiasakan sejak kecil bahkan aku pernah baca sejak 0 tahun. Ini dampaknya besar banget untuk anak kedepannya

        BalasHapus
      28. Jangan sampai kita terlalu asyik dengan gawai, dan melupaka buku yang bisa jadi sumber ilmu untuk keluarga ya..

        BalasHapus
      29. Awal2 ny kupikir literasi itu hanya baca tulis ternyata banyak Jenis yakkk smoga sejak dini kita bisa mngajarkn semua Jenis literasi pads anak2 y

        BalasHapus
        Balasan
        1. Perlu bngt ya literasi srjak dini mudah2an terus kebawa sampai dewasa nanti

          Hapus
      30. Ngerasa nih, kadang penulisan ku suka jauh dari ejaan yg disempurnakan, terimakasih yah mba udah berbagi disini ;)

        BalasHapus
      31. Kwgelisahan yang sama dari saya setiap kali mampir ke tulisan beberapa blogger yang menggunakan imbukan ei- dengan nggak tepat. Payahnya saya terlalu terbiasa menulis menggunakan kata nggak dibandingkan dengan tidak.

        Senang sekali bisa mampir ke blogpost ini. Mendetail sekali. Saya jadi teraduk-aduk, ingin berjuang juga untuk membudayakan literasi di rumah.

        BalasHapus
        Balasan
        1. saya pun masih sering menulis menggunakan kata 'nggak'
          Intinya bukan harus berubah seketika, tapi ketika bahasa baku terjun ke masyarakat harusnya bukan sesuatu yg perlu ditertawakan, justru penggunanya layak diapresiasi

          Hapus
      32. Membudayakan literasi si rumah menarik nih tapi tidak mudah memang ya..

        BalasHapus
      33. Perlu banget membudayakan literasi terutama buat anak-anak. Supaya pada pintar Dan jadi bekal mereka pas besar nanti

        BalasHapus
      34. Kecintaan generasi jaman now akan literasi memang harus dimulai dari keluarga. Terutama harus bisa menciptakan lingkungan bisa mendukung atau menstimulasi seorang anak untuk membaca dan menulis

        BalasHapus
      35. Anakku sering ditertawakan temannya karena dianggap bahasa lisannya terlalu kaku. Padahal itu pun masih santai banget, menurutku. Aku saja masih sering bilang/nulis "nggak" . Menulis masih suka sembarangan. Masih banyak PR nya nih memperbaiki budaya literasi di rumah hiks

        BalasHapus
      36. wah, ntap...menularkan virus menulis dan membaca pada anak. Aku teringat zaman TK dulu jadinya, hehhe

        BalasHapus
      37. Dalam beberapa hal aku kadang masih keder juga menempatkan imbuhan, apakah disambung atau dipisah
        Tapi berusaha terus mencari referensi yang benar
        Untuk anakku juga, aku agak saklek klo urusan ini, catatan pelajarannya sering aku razia haha

        BalasHapus
      38. Iya, penulisan maupun pengucapan bahasa baku sekarang ini malah kadang dianggap aneh. Miris ya

        BalasHapus
      39. Baca alias Iqro, harus selalu diingat karena Allah aja menyuruh Rasulullah untuk membaca melalui agar malaikat Jibril pdhl ktk itu beliau tidak tahu tulis menulis dan mebaca, karena dengan membaca semua ilmu dapat dipelajari dan hal-hal yg salah dapat diperbaharui dengan membaca :)

        BalasHapus
      40. Kadang suka berpikir terlalu tinggi ingin membantu meningkatkan literasi masyarakat tapi lupa kalau upaya meningkatkan literasi bisa di mulai dari lingkungan rumah terutama keluarga, selain itu, literasi digital juga sangat penting ya mak agar kelak bisa memanfaatkan media digital untuk sesuatu yang positif.

        BalasHapus
      41. memang penting sekali membudayakan literasi sejak anak masih kecil
        peran keluarga dan masyarakat sangat membantu agar literasi makin dikenal.
        aku pun sedang berusaha agar anak-anak mengenal literasi sejak dini

        BalasHapus
      42. Manfaat literasi buat tumbuh kembang anak banyak juga ya, jadi makin optimal deh perkembangan anak. hanya awalnya ini yang mesti menumbuhkan minat anak terhadap literasi

        BalasHapus
      43. Penting banget ya mbk literasi ini. Sekarang juga sudah banyak kampung literasi, di desaku juga sudah ada. Penggagasnya anak2 muda.. Alhamdulillah

        BalasHapus
      44. Literasi mencakup banyak hal ya, dari literasi membaca, menulis, bahkan bercocok tanam. Di tempatku juga ada pojok buku, di tiap RW dan yaang mengelola memang pengurusnya

        BalasHapus
      45. Wow lengkap banget nih macam-macam literasinya mba, setuju banget dengan literasi sains bisa menghasilkan para ilmuwan yang akan melanjutkan setiap teknologi dimasa yang akan datang

        BalasHapus
      46. Waah keren sekali ada pojok baca di kampung di Balikpapan ya..

        BalasHapus
      47. Masih banyak yang salah memahami literasi. Asal bisa baca dianggap sudah berhasil membangun literasi. Padahal literasi nggak sesempeit itu ya, Mbak. Masalah keuangan saja juga ada literasinya. Urusan di dunia maya pun, perlu literasi digital. PR literasi ini memang makin banyak. Tapi bersyukur semakin banyak yang tergerak.

        BalasHapus
      48. wahh aku udah merasakan banget manfaat membudayakan literasi di keluarga.. apalagi ke anak2

        BalasHapus
      49. Selama ini saya hanya tahu jika literasi itu tentang baca tulis aja.
        Ternyata literasi tidak melulu tentang baca dan tulis. Literasi juga bisa bermakna kemampuan membaca yang lebih luas. Misalnya membaca tanda-tanda di alam, membaca situasi, membaca grafik, membaca bahasa tubuh lawan bicara, membaca infografis dan materi visual, termasuk juga membaca tanda-tanda fisik anak, bagi seorang ibu ya ...

        BalasHapus
        Balasan
        1. Termasuk bisa membaca perasaan si dia hehehe

          Hapus
      50. Masih banyak yang salah soal penulisan di juga bikin aku gemes Mbaaak. Malah di terjemahan film, lirik lagu juga masih banyak yang salah. Duh Literasi itu banyak dan kita emang harus mau baca dan terus nambah wawasan ya

        BalasHapus
        Balasan
        1. Nah, iya.
          Saya temukan banyak di konten-konten, sampai-sampai salah mengartikan makna.

          Hapus
      51. Aku setuju, kebiasaan berliterasi dimulai dr keluarga. Aq teringat dgn salah satu guru wkt SMA, beliau bgtu rajin mengoleksi buku, tdk hanya itu, beliau jg mengajak murid2nya membaca dn smpe skrg bxk dr kami yg suka baca buku

        BalasHapus
      52. Semangat literasi ini memang harus mulai ditumbuhkan sejak di rumah sendiri ya mba. Jadinya anak bakal menularkan ke lingkungannya nanti.

        BalasHapus
      53. Bener banget, budaya literasi memang kudu dikenalkan ke anak-anak sejak dini. Dan dimulai dari keluarga. 👌

        BalasHapus
      54. Memang harus sejak dini ajak anak cinta buku, dan ortu memang harus suka dulu,🥰 jadi kalau memang ortu tidak suka baca, harus membiasakan diri dulu..maksa diri sendiri..

        BalasHapus
      55. Mak ruang membacamu bagus dan rapi sekali. Aku sebenarnya juga sudah benerin buku2 seperti ini tapi entah selalu berantakan lagi.

        Cuma kalau anak-anak emang senang banget baca kebetulan

        Btw, gutlakkkkkk😘😘😘

        BalasHapus
      56. Mbaaa... Aku udah berulang-ulang nemu itu penulisan di- yang salah. Udah dikoreksi, ntar lain kali kkalau dikasih tau tadi itu ngambek, merasa apa2 koq kayaknya disepelein aja sama yg nulis. Padahal kan kalau kaidah penulisannya kurang pas, berasa gatel banget ya kita yang baca.

        BalasHapus
        Balasan
        1. Mendengarkan dan memperbaiki kesalahan sebenarnya adalah ciri masyarakat literat(terus belajar).
          Memberi tahu mana yang tepat juga dibutuhkan pilihan kata yang pas dan kenyamanan si penerima. Karena yang memberi tahu bukan berarti lebih baik dibanding yang diberi tahu. Keduanya sama-sama belajar.

          Hapus
      57. Artikel yang super lengkap ini mengingatkan dan memberi pencerahan saya, Mbak
        Dan sepakat jika ‘Iqro’ bisa menjadi dasar dan kebiasaan yang harus diperjuangkan di tengah keluarga. Budaya membaca mestinya ditanamkan kepada anak-anak sejak awal usia. Sehingga mereka yang cinta membaca akan menjadi virus literasi bagi sesamanya.

        BalasHapus
      58. Kalau lihat 6 literasi dasar itu memang yang terbaik diawali dari keluarga. Orang tua memberikan contoh tentang 6 literasi dasar dalam kehidupan sehari-hari

        BalasHapus
      59. Iya bagus mbak. Biasain anak-anak suka membaca sejak kecil. Kalau anak suka baca, otomatis melatih imajinasinya. Kalau imajinasinya berkembang, anak mudah untuk menulis, apalagi mengarang. Nah, budaya membaca ini yang belum mendarah daging di Indonesia.

        Tugas gw nih ngajarin keponakan gw biar hobi baca. Gak nonton youtube muluk -___-'

        BalasHapus
      60. Dibandingkan negara-negara lainnya, literasi masyarakat Indonesia terbilang rendah padahal ini merupakan masalah mendasar yang bisa memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa

        BalasHapus
      Lebih baru Lebih lama