Jelajah Budaya 2023- Tiga Hari Susur Sungai Mahakam (BAGIAN 1)

jelajah budaya 2023 mahakam

Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV Kaltimtara yang sebelumnya dikenal sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) menyelenggarakan Jelajah Budaya 2023 pada 26 – 28 Juli 2023, dengan menyusuri Sungai Mahakam. Bersama lebih dari seratus peserta, menyusuri Sungai Mahakam selama tiga hari dari hilir menuju ke hulu.

Dunia mencatat bahwa sungai merupakan wilayah yang mencetuskan tumbuh dan berkembangnya peradaban. Sebut saja Sungai Eufrat dan Tigris yang melahirkan kawasan Mesopotamia. Sungai Nil perlambang kejayaan bangsa Mesir kuno. Atau lembah Sungai Indus dengan Mahenjo Dara dan Harappa sebagai simbol kawasan peradabannya. Di negeri ini, kisah peradaban lampau di sepanjang lekukan panjang Sungai Mahakam jelas tak kalah menarik. Sungai Mahakam adalah sungai terpanjang dan terluas di Kalimantan Timur yang telah sekian lama menjadi sendi kehidupan itu sendiri. Sungai Mahakam menjadi saksi tumbuh suburnya Kerajaan Kutai yang dinobatkan sebagai kerajaan Hindu pertama di Indonesia, hingga Kesultanan di era yang lebih modern.

Bertolak dengan kapal dari dermaga Samarinda menuju Museum Mulawarman di Tenggarong, sebuah situs cagar budaya Kerajaan Kutai Kartanegara. Dari Tenggarong,  kembali menggunakan kapal menuju Desa Lekaq Kidau, kawasan indah bertajuk desa wisata budaya di Kec. Sebulu. Titik lokasi ketiga adalah Muara Kaman, wilayah bersejarah yang menjadi saksi lahirnya Kerajaan Kutai pertama. Perjalanan berakhir di Desa Pela, sebuah desa wisata memanjang di bibir sungai tempat pelestarian pesut, mamalia air tawar berada. Petualangan luar biasa yang sarat makna selama tiga hari, mendekatkan diri dengan alam, persaudaraan, tradisi, ragam budaya, sejarah, juga pelestariannya.

H A R I     P E R T A M A


Rabu pagi yang tenang pada 26 Juli 2023.
Dermaga Sungai Kunjang, Samarinda terlihat tidak terlalu sibuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Hanya sedikit area sibuk, termasuk area di mana panitia Jelajah Budaya 2023 tengah mendata kehadiran para peserta. Sebanyak 130 lebih peserta, dari seleksi dan undangan terdata akan menyusuri Sungai Mahakam selama 3 hari. Para peserta berasal dari berbagai kalangan, sekolah, komunitas, lembaga, media, pekerja di bidang seni, budaya, dan sejarah, serta masyarakat umum. Pukul 7.30 para peserta telah memasuki KM. Taxi Dahlia F3, kapal yang biasa melayani perjalanan pulang-pergi Samarinda – Mahakam Ulu, kali itu akan membawa peserta menyusuri Sungai Mahakam, dari hilir menuju hulu.

jelajah budaya 2023 kaltim

Perjalanan pertama dari Kota Samarinda menuju Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Mengawali perjalanan, kegiatan diisi dengan perkenalan dari para panitia yang dimpin Ketua tim rombongan, Edy Gunawan. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV Kaltimtara, Ibu Titit Lestari S.Si., M.P, turut hadir menyambut peserta. Perempuan yang sudah banyak menjelajah ini menjelaskan bahwa BPK merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Perubahan BPK dari BPCB menandakan bahwa cakupan budaya yang ditangani tidak lagi hanya berupa fisik (benda), tetapi juga termasuk non fisik (tak benda). Disebutkan juga bahwa kegiatan Jelajah Budaya telah menjadi kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan untuk mendekatkan masyarakat dengan budaya mereka sendiri.

Selain itu, ada Pak Syafruddin Pernyata, seorang penulis, sastrawan Kalimantan Timur yang menyuguhkan materi ‘Budaya dan Cagar Budaya’. Sembari mendengarkan materi yang diselingi banyak tawa, para peserta duduk santai bertiupkan semilir angin, membuat perjalanan tidak terasa mendekati tujuan pertama.

jelajah budaya 2023 kaltim


jelajah budaya 2023 kaltim

Setelah dua jam berada di kapal, tiba juga di JL. Diponegoro No.26, Kec. Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, lokasi Museum Mulawaraman berada. Terlihat jelas di seberang mata patung lembuswana di depan bangunan besar putih bersejarah. 

Siang itu, panas terik juga dengan senang menyambut rombongan Jelajah Budaya.


MUSEUM MULAWARMAN, TENGGARONG
(Kab. KUTAI KARTANEGARA)

Museum Mulawaraman dahulunya adalah istana Kesultanan Kutai Kartanegara, kemudian diresmikan menjadi museum pada tahun 1971. Dikarenakan pernah menjadi istana, kawasan ini terbilang sangat luas. Sisi museum terdapat kompleks pemakaman anggota kerajaan, serta masjid bersejarah yang berada di belakang museum. Untuk mendapatkan informasi ini, para peserta didampingi pemandu museum untuk mendapatkan penjelasan lengkap.

jelajah budaya 2023 kaltim

Memasuki Museum Mulawarman, kami dapat melihat singgasana kesultanan didampingi patung lembuswana. Lembu-swana adalah patung mitologi Kutai berbentuk lembu, berbelalai, bergading, bermahkota, juga bersayap. Lembuswana hadir dalam legenda Putri Karang Melenu, istri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dari pernikahan mereka, lahirlah penerus raja-raja Kutai Kartanegara.

jelajah budaya 2023 kaltim

Awalnya, istana yang dibangun berbahan kayu. Kemudian direnovasi dengan meminta bantuan arsitek Belanda agar bangunan lebih kuat, dan kokoh. Kini dapat dilihat, desain bangunan museum yang ada sebagian bercirikan gaya Eropa. Masih di ruang yang sama, peserta juga dapat melihat replika mahkota Sultan, keris, perhiasan kalung uncal (unchele) yang konon hanya ada dua di dunia, India dan Kutai, Di sudut seberang terdapat kursi kementerian, meriam VOC, sebelum akhirnya masuk ke ruang yang lain.

Kebudayaan yang ada di Museum Mulawarman tidak hanya berasal dari kebudayaan Kalimantan saja. Terdapat juga seperangkat gamelan dan wayang kulit yang berasal dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Dahulu, Sultan Kutai dan Sultan Hamengkubuwono pernah bersekolah bersama sebelum keduanya dilantik menjadi Sultan di daerah masing-masing. Pemberian gamelan disebutkan terjadi pada tahun 1855.

jelajah budaya 2023 kaltim

Pada zona lain, ruang tradisi budaya dengan patung-patung dan relief bercerita tentang kehidupan masyarakat pada masa lampau. Di ruang penginangan, peserta diajak lebih dekat dengan budaya menginang. Berbagai hadiah perlengkapan penginangan berwarna keemasan dari beberapa kerajaan luar terpampang dalam lemari kaca. Penginangan itu terlihat istimewa, menandakan memiliki kedudukan tinggi.

Museum Mulawarman juga memiliki koleksi etnografi (benda budaya etnis) berupa topeng. Salah satu yang terkenal adalah topeng hudoq, berasal dari sub-etnis Dayak. Topeng hudoq digunakan dalam tarian sebagai bentuk permohonan agar pertanian lancar, subur, dan aman. Di ruang tenun, terlihat bukti praktik menenun masa lampau berupa mesin tenun dan hasil tenun. Tenun yang terkenal adalah Ulap Doyo. Seni menenun ini berasal dari Dayak Benuaq. Ulap berarti kain, dan doyo berarti daun dari tanaman doyo (sejenis pandan/kelapa yang berserat kuat) yang digunakan sebagai bahan utama. Kerajinan tenun ulap doyo termasuk dalam Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Selain itu, terdapat juga replika prasasti Yupa, koleksi mata uang, persenjataan, pakaian, guci dan gerabah, serta berbagai benda kebudayaan di Kalimantan Timur.

jelajah budaya 2023 kaltim

Beranjak dari Museum Mulawarman, peserta dibawa menuju kompleks persemayaman raja-raja Kutai Kartanegara dan keluarga. Semua yang bersemayam di sini dimakamkan secara Islami. Belum diketahui jejak peristirahatan terakhir dari raja-raja Kutai Hindu terdahulu, namun diprediksi tidak diketemukannya bisa jadi karena cara persemayaman berdasarkan agama sebelumnya yang tidak dikuburkan. Melacak jejak ini menarik untuk dilakukan.

jelajah budaya 2023 kaltim

Terakhir, peserta menuju Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin yang dibangun oleh Sultan ke-17. Selain berfungsi untuk beribadah, Masjid ini dibangun untuk menandai perubahan agama baru yang dianut kerajaan. Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin berbahan utama kayu ulin, kayu besi khas Kalimantan. Terdapat pengaruh budaya Melayu pada arsitekturnya. Dengan atap poligon, warna masjid ini didominasi putih dan hijau. Menariknya, dahulu dibangun tidak menggunakan paku. Area dalam masjid terlihat lapang dengan sirkulasi udara yang baik dan pemanfaatan cahaya alami. Meski telah mengalami beberapa kali renovasi, tetap tidak menghilangkan ciri khas awal mulanya. Sampai sekarang, masjid ini masih digunakan untuk beribadah umat muslim. Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin yang telah berusia lebih dari satu abad ini termasuk cagar budaya nasional dan situs bersejarah.

jelajah budaya 2023 kaltim


DESA BUDAYA LEKAQ KIDAU,
KEC. SEBULU
(Kab. KUTAI KARTANEGARA)

Setelah dari Tenggarong, kapal berangkat lagi menuju Desa Lekaq Kidau. Menuntaskan zuhur dan makan siang di kapal, kami juga menikmati talkshow dan penampilan dari para peserta sendiri. Sebelumnya, para peserta yang terdaftar diminta untuk mempresentasikan kemampuan di bidang seni yang dimiliki, seperti tarian, permainan musik, nyanyian, dan seni lisan. Nantinya para peserta akan menampilkan pertujukan pada malam pentas. Selain itu, peserta dengan kecakapan kontemporer, seperti film maker, fotografer, content creator, juga mendapat kesempatan untuk sharing session saat di kapal. Momen saat perjalanan juga diisi dengan diskusi antara panitia dan peserta.

jelajah budaya 2023 kaltim

Kapal tiba di sebuah dermaga kayu pada pukul 3.34 WITA. Anak-anak desa beratribut khas etnis Dayak membaur dengan peserta. Rumah-rumah warga berupa rumah panggung dari kayu terasa bersahaja dengan alam. Panitia dengan toa meminta peserta untuk segera turun dan berjalan ke sebuah rumah panjang tradisional. Rupanya warga Desa Lekaq Kidau sudah menunggu untuk menyambut tamu mereka di Lamin Amin Pemung Tawai

jelajah budaya 2023

Kepala Adat Desa Lekaq Kidau, Kuweng, didampingi Diyum, selaku Kepala Desa, juga Edy Gunawan, sebagai Ketua rombongan Jelajah Budaya 2023, duduk di depan peserta yang mengitari ruangan.

Tarian Datun Julut Burung Enggang, disuguhkan sebagai awal perkenalan. Dilanjut dengan Tarian Denak Lasen, sebagai tarian kedua. Kedua tarian ini ditampilkan para perempuan secara beramai. Bedanya, tarian pertama terasa lebih bergembira. Sedangkan tarian kedua lebih tenang dan perlahan.

Selain suguhan tarian dan perkenalan, para pengunjung juga bisa melihat cinderamata khas dayak, berupa penutup kepala, pakaian, gelang, perhiasan, hiasan, kerajinan manik-manik, tas, dan banyak lagi.

jelajah budaya 2023 kaltim

Lekaq berarti ‘dataran’ dan kidau adalah sejenis tumbuhan yang hanya bisa hidup di dataran yang subur. Sehingga, Lekaq Kidau bermakna dataran yang subur. Dahulunya, nama wilayah tersebut adalah Danai Indah, baru berdasarkan kesepakatan bersama diganti menjadi Lekaq Kidau. Pada tahun 1997 masyarakat dayak bermigrasi melalui sungai, lalu menetap bersama mereka yang sudah ada sebelumnya di dataran tersebut. Dua tahun kemudian, muncul kabar akan ada pembukaan perkebunan sawit. Saat itu, berita tentang suksesnya sawit telah memengaruhi impian banyak orang. Sehingga berdatanganlah berbagai manusia, dari suku, sub-suku yang jumlahnya 1500 lebih. Mereka hidup apa adanya, dengan rumah yang belum tertata, ada pula yang beratap terpal semata.

Namun, kemudian berita tentang batalnya pembukaan sawit menyebar di warganya. Orang-orang pun mulai mencari keberuntungan di kawasan lain. Perlahan penduduk pun berkurang. Penduduk yang ada saat ini, berjumlah sekitar 600 jiwa dengan 147 KK. Sub suku Dayak Kenyah yang tersisa ada Umaq Jalan, Bakung, Lepoq Tau, Lepoq Kulit, Umaq Lung, Umaq Lasan. Sedangkan suku selain Dayak, ada Jawa, Banjar, Madura, Bugis, Timur, juga Kutai. Desa Lekaq Kidau menjadi desa dengan beragam suku yang telah menjalin keharmonisan bertahun-tahun. Pak Diyum menyampaikan bahwa meski Lekaq Kidau adalah desa wisata budaya, namun kurang tersohor karena aksesnya yang jauh, pun (jalan darat) parah. Meski demikian, Desa Lekaq Kidau tetap bisa diakses. Pak Diyum juga menyebutkan bahwa desa tersebut sudah masuk dalam desa inklusif yang bisa mengelola keuangannya sendiri.

jelajah budaya 2023 kaltim

Sayang sekali, kunjungan ke desa yang indah nan damai ini tidak bisa berlangsung lama. Hari menuju petang. Kepala Adat dan Kepala Desa turut melepaskan peserta menuju lokasi selanjutnya. Anak-anak desa dengan ceria menemani hingga dermaga.

Meski singkat, kunjungan ke Desa Lekaq Kidau sungguh menorehkan makna yang dalam.




MUARA KAMAN
(Kab. KUTAI KARTANEGARA)


Datang dan Bersiap Tampil

Sudah senja di Kec. Muara Kaman. Monumen perjuangan kemerdekaan di dekat dermaga dengan patung Muso Salim (pahlawan dari Tanah Kutai) yang berdiri seakan menyambut para pengunjung.

Panggung di dekat Balai Pertemuan Umum telah disiapkan. Jadwal tampil sudah pula dibagikan. Segera peserta pun menyiapkan diri. Para perempuan disediakan rumah inap, sementara lelaki tidur di kapal. Satu rumah besar untuk puluhan perempuan. Sebagian berlatih sebelum tampil. Tidak semua tahu akan dipersiapkan panggung yang besar untuk pentas di depan khalayak banyak. 

Malam itu, warga Muara Kaman ramai berkumpul di depan panggung, di sebuah lapangan luas, di dekat monumen perjuangan. Sejuknya malam membawa takjub pada mereka yang tampil. Ada Agus Maulana, yang membawakan tari Nyembolon Taka, dengan terasa epik. Syafiah Sabira yang menari tunggal sembari membawa mandau dalam tarian Mandau Apang Hakumbang. Ada pula Aulia Asyi Syifa yang membawa banyak permainan tradisional dalam tari Jepen kreasi “Yok Etam Bermain”. Selain tarian, pertunjukan musik sape, nyanyian, dan monolog juga sangat mengagumkan.

jelajah budaya 2023 kaltim
malam pentas pertama


BERSAMBUNG .. (Prasasti Yupa dan Pesut Mahakam)


2 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Ya ampuuuun seruuu ih. Tadinya aku pikir semua peserta bakal tidur di kapal, tapi ternyata hanya yg cowo yaaa

    Baca ini jadi inget sejarah kerajaan Kutai Kartanegara yg dipelajari pas SMP. Walo jujur udah banyak lupa, tapi aku selalu suka pelajaran sejarah dari dulu. Seolah masuk ke zaman dulu dan melihat bagaimana mereka berkembang.

    Jadi hanya kuburan raja2 yg sudah memeluk Islam yg ditemukan ya mba. Sementara yg raja Hindu ga bisa dilacak. Masuk akal sih, mengingat orang Hindu punya budaya kremasi.

    BalasHapus
  2. Seru banget mba Lidha. Pengen deh ikut Jelajah Budaya gini. Terutama di pulau jawa gitu. Kalo di Jakarta pernah ikut tapi tour kota tua. Itu juga udah seru. Jadi pengen ngerasain kaya gini, eksplorasi sekaligus kenalan sama sejarah, budaya sama belajar ekologi setempat tipis2

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama