Ketika (Tulisan) Murbei Dipertanyakan


Saya sering dengar…. hmmm…. oke baca dari teman-teman blogger dan penulis yang kadang dikira punya profesi layaknya tulisannya. Misal dia pernah menulis tentang cara menyehatkan mata dan dikira dokter mata, ada yang pernah menulis tips berkendara dan dikira anak motor. Begitu seterusnya. Rupanya penulis bagi pembaca juga dijadikan tempat konsultasi tentang apa yang ditulisnya. Padahal bisa jadi secara keseluruhan tulisan sudah disebutkan ‘itu pengalaman orang lain atau itu hobinya atau sekadar informasi yang ingin dia bagi’ tapi bukan berarti si penulis expert tentang apa yang ditulisnya.

Saya pernah menulis Murbei Enggan Berbuah. Di depan rumah memang ada murbei. Awal tanam, subur berkilau, buahnya nggak kira-kira ramainya. WOW deh buat saya. Kemudian makin lama, makin sepi buah. Sampai akhirnya tidak berbuah sama sekali hanya daun belaka. Kemudian saya terapkan pemangkasan dan pemupukan. Dan merah meronalah kembali murbei saya. Selanjutnya saya buat tulisan di blog ini:


Di tulisan itu juga ada tips-tips untuk membuahkan tanaman buah lainnya selain murbei.

Rupanya tulisan murbei ini nggak cuma berbuah murbei.

Tapi....

Tapi, juga berbuah pertanyaan dan konsultasi. Eng___
Sebenarnya saya bukan petani, saya nggak expert. Saya cuma doyan berkebun, dan senang nangkring di grup-grup berkebun. Dan semenjak ada C’Mumut aktivitas berkebun terpaksa dikurangi. Macam-macam saja masalah di kebun, ya banyak nyamuk, ya tawon.  Saya saja sudah pernah digigit beberapa kali.
(Ini disclaimer apa curhat)

Intinya, yuk kita ngobrolin tanaman, tapi mohon maaf kalau jawaban dari saya dirasa kurang pas :)

Jadi, bulan September lalu ada yang  inbox saya begini:

Namanya saya samarkan, karena setelah minta izin, dia masih bingung jadi saya kasih inisial saja : CT_

Sebenarnya sebelum CT_ ada yang pernah punya pertanyaan serupa,  tapi tidak bergulir panjang seperti CT_ ini . Dan sebelum saya ceritakan tentang kisah CT_ dan murbeinya, kenalan dulu yuk dengan yang namanya Murbei.
Murbei Sukses Berbuah
Murbei di rumah

Murbei Sukses Berbuah

Murbei Sukses Berbuah
perbedaan daun menunjukkan perbedaan hasil buah. Bagaimana teorinya ya?

Nama murbei lebih dikenal di Indonesia , sedang di luar sana dikenal dengan nama mulberry. Aslinya, murbei tidak termasuk keluarga berry. Murbei yang tumbuh terus akan menjadi pohon, sedangkan berry  jenisnya perdu, semak. Hanya saja bentuknya mirip dengan buah berry. Itulah mengapa disebut mulberry. Murbei merupakan buah majemuk atau jamak, buah yang merupakan dari  bunga yang berbeda. Kalau diperhatikan, tidak akan terlihat bunga-bunganya. Menurut saya wajar, karena buahnya kecil bunganya pun demikian.

Murbei pun punya banyak khasiat, salah satunya sering pose manis di produk-produk kecantikan. Inilah manfaat murbei :

dipercaya dapat mengatasi masalah kulit, meremajakan kulit, mengontrol kolesterol, membantu nafsu makan, menjaga kesehatan  jantung, mencegah kanker, mencegah batuk dan pilek, mengontrol gula darah. ”

Saya lanjutkan ke cerita CT_

CT_ ini bercerita dia punya pohon murbei yang sudah 6 bulan belum pernah berbuah. Kepada CT_ saya sarankan mencoba beberapa tips yang pernah saya tulis. Rupanya CT_ sudah pernah membacanya namun ragu melakukan.

Sementara saya, meskipun punya pengalaman serupa, meskipun sering menjumpai orang-orang yang punya pengalaman serupa dan mereka mempraktikkan hal yang serupa, tetap saja ada kekhawatiran saat menyarankan ke CT_:  wah, gimana kalau yang saya sarankan tidak berhasil ya.


Murbei yang dimiliki CT_
Murbei CT_ yang belum berbuah, terlihat rimbun daunnya
Untuk CT_ saya sarankan dia dua hal: pemangkasan dan pemupukan serta investasi matahari (eh, jadi 3 dong ya) untuk murbeinya.

Saya pikir, oke selesai. Sudah saya sarankan.

Eh, dia inbox lagi— gimana cara pangkasnya? Dahan yang mana saja?


Kemudian dia share hasil pemangkasannya:
Murbei Sukses Berbuah

Murbei Sukses Berbuah

Dan CT_ nanya lagi ke saya, apakah perbuatannya itu sudah dibenarkan apa belum? ((perbuatan))
Murbei Dipangkas

Awalnya saya memang nggak tahu mau respon gimana, apa pemangkasan yang dilakukan CT_ sudah benar apa belum? Tapi selanjutnya yang terjadi mati lampu di rumah yang benar-benar bikin saya nggak bisa cepat respon. Padahal saya mau bilang: hentikan, hentikan, jangan kau habisi dia CT_! dia tak berdosa! (nggak ding, canda).

Karena di Balikpapan memang sering ada pemadaman listrik. Sedangkan di rumah, internet ngandalin modem WiFi yang dicolok. Jadi, pasti telat jawab. Kalau cuma soal mati lampunya karena kehabisan token masih bisa beli pulsa listrik di Tokopedia. Ntar ngisi-nya bisa via smartphone.  Yang saya bingung, kalau internet di rumah lelet. Duh. Rasanya sepanjang jalan kenanga, kamboja, cempaka,  kita selalu bergandengan tangan… karena tangannya udah nggak bisa maen hape lagi. Syukurlah bulan kemarin saya dibolehin nyoba free kartu XL, karena di Balikpapan XL baru saja memperjauh jangkauan 4G-nya. ((Memperjauh)).   Jangka waktunya nggak lama sih, kalau mau habis tinggal beli pulsa XL online saja.


Dalam pandangan saya, lumayan banyak juga hasil pemangkasannya. Saya saja kalau mangkas ujung-ujungnya doang, cuma buat perapihan, kayak ngerapihin poninya C’Mumut. Masih kalem-kalem kemayu.
Tapi, apa yang sebenarnya CT_ lakukan memang benar. Murbei terhitung tanaman yang mudah merangkak naik. Seingat saya pernah ada yang punya kasus serupa, dan disaranin pangkas habis daun dan dahan rimbunnya.
Saya juga bilang ke CT_ batang-batang hasil pangkasannya bisa ditancapkan kembali. Karena saya sering melakukannya. Ya, murbei tumbuh dengan cara distek, dan sekali lagi murbei ini mudah tumbuh. Tapi untuk berbuah, murbei harus sering dipangkas.

Setelah dipangkas, saya bilang ke CT_ coba aja tunggu dua bulan lagi, mudah-mudahan berbuah.
Nggak tahu teorinya gimana kok murbei mesti sering dipangkas, saya cuma baru tahu praktiknya.

Selanjutnya  CT_ juga menanyakan pemupukan. Karena memang saya menyarankan  demikian. Saya pikir nggak lucu lah, tanaman nggak dikasih pupuk. Tapi kalau ada yang bilang, “eh, aku nanam nggak pernah kasih pupuk. Tuh, tumbuh aja, subur aja, berbuah aja.”  Ya, berarti medianya (kalau pakai tanah ya tanahnya) sudah punya unsur hara yang bagus.
Santai aja sih, kasih makan tanaman kan nggak mesti pupuk-pupuk mahal  atau mesti beli kok. Bisa juga yang free, dari organik, dari dapur kita sendiri bisa banget kok.

Rupanya, saran memangkas ini berbuah jadi kenyataan.

Kira-kira akhir pertengahan September, CT_ perlihatkan ke saya murbei yang berbuah.

Berbuah sebiji,
dua biji. 
Murbei Sukses Berbuah
setelah dipangkas mulai berbuah satu-dua
Namanya juga hasil usaha, rasanya surprise banget dan girang pastinya melihat hasil yang terbayarkan itu. Yang saya tidak sangka, murbeinya berbuah di bulan yang sama. Lha, saya aja mesti nunggu 2-3 bulan untuk bisa lihat murbei saya mampu berbuah kembali. Murbeinya Si CT_ mah cepat juga ya.

Ada bagian-bagian dari dialog kami yang membuat saya salut sama Si CT_. Dia nanyanya doyan banget, dan saya bengongnya banyak banget. Syukurlah dia nggak tahu saya tukang bengong. Eh, jadi tahu dong ya.

Ya, karena sebenarnya CT_punya pertanyaan beraneka rupa. Nggak cuma murbei lho. Dia juga nanya budidaya nangka belanda. Ampun dah, saya pernah nanam sirsak terus mati. Terus dia nanya budidaya, bu-di-da-ya?  Ada beberapa hal yang memang saya ketahui tentang menanam sirsak alias nangka belanda, sayangnya  ilmu saya cetek banget soal sirsak ini. Tapi, jujur saya suka banget ada yang nanya begitu, saya jadi penasaran dan pengen memperdalam ilmu lagi.

Udah selesai obrolan kami?

NGGAK.

Tepat dua bulan kemudian, pasnya bulan November ini, CT_ mengabari saya lagi:



WOW.

Murbeinya beneran rameee. Dan dia senang banget dan saya juga turut senang

Murbei Sukses Berbuah

Selanjutnya dia bilang kalau kelak murbeinya sudah merah dan matang akan dipamerkan lagi.
Eniwe, dibalik kesenangan ini saya mau bilang, apa yang dilakukan CT_  intinya bukanlah karena saya.

Tapi,
CT_  ini sebenarnya anak muda yang punya semangat menanam.  Akibat slow respon, saya nggak kasih jawaban batang mana yang mesti dipangkas, dia sudah melakukannya. Saya nggak kasih jawaban detil soal pupuk, dia yakin aja tanamannya mesti dikasih makan.
Saya perlihatkan lagi cuplikan kalimatnya terakhir disini:
Bisa dilihat kan. Orangtua CT_ ini petani, anaknya nggak malu jadi petani. Orangtuanya petani, mau juga dia ikut menanam sendiri, cari ilmunya sendiri.

Pesan saya:  Yuk, doain anak muda seperti CT_ ini bisa turut serta menghijaukan bumi. Semoga jadi amalan baik baginya dan sukses di dunia, akhirat. Aamiin.


Salam,
Lidha Maul

37 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Seneng y mba bisa sampe ada yang praktekin tipsnya hehehe..btw saya kayaknya blm pernah makan buah murbei deh mba ini bisa dimakan langsung atau emang untuk obat mesti diracik gtu mba? *eaaa CT_ kedua hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa, yang sudah hitam rasanya manis.
      Daunnya juga bisa dijadikan teh dan kaya manfaat

      Hapus
  2. salut sama mba Lid yang tulisannya berguna bgt buat org lain, salut juga sama si CT yang pantang menyerah, hihihi...

    BalasHapus
  3. Suka banget bagian ini:

    Ya, karena sebenarnya CT_punya pertanyaan beraneka rupa. Nggak cuma murbei lho. Dia juga nanya budidaya nangka belanda. Ampun dah, saya pernah nanam sirsak terus mati. Terus dia nanya budidaya, bu-di-da-ya?

    Aku ngebayangin, mimiknya dirimu pas bilang bu-di-da-ya. Pas mati lampu kah? Hahaha...

    Indahnya berbagi ya, Lid. Semoga menjadi amal jariyah, Insya Allah...
    Aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya nggak bilang bu-di-da-ya dong mbak.
      (Kan jaim :P)
      Saya cuma bilang, maaf saya bukan petani :)
      Aamiin

      Hapus
  4. Emang tulisan seputar tips atau cerita tentang suatu hal selalu mengundang banyak tanya :D bagus banget mbak tulisannya bermanfaat, apalagi ditunjukkin hasilnya, pastinya hepi banget yes.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Ranny, seneng juga saya. Bisa jadi ilmu buat dia
      Dan ndak malu-maluin karena bener aja tulisan yg kemaren LOL

      Hapus
  5. Kenapa gitu inisialnya CT_? Dibacanya apa? Mbok CT saja cukup *pembaca rese* *ditabok*

    Ini kenikmatan tiada tara dari blogging ya Mba Lid. Tulisannya bermanfaat, dipraktekin, dan berhasil. Barakallah :*
    Bulir jeruk makin keren, uwuwuwuuwuw...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, nyak lucu. Suka2 ah (padahal nggak punya jawaban)
      Aamiin. Alhamdulillah

      Hapus
  6. Senang ya kalau tips kita berhasil dipraktikkan oleh orang lain, nice sharing Mba'.. :)

    BalasHapus
  7. Aku prnh nanem jeruk nipis, berbuah gondrong sekali, trs mati tumbuhannya :D. Dimakan ulet semua.. Malah yg punya mertua, lamaaaa bgt ga tumbuh, eh kmudian malah g berenti2 buah ampe skr.. Kdg aku bingung yg namanya 'menanam' ini mbak :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya selalu ada jawabannya mbak, cuma mungkin kita gak tahu. Eniwe, emang menanam mesti gitu sih.

      Hapus
  8. Murbei ini salah satu teman masa kecil, karena banyak berkeliaran depan rumah maupun rumah tetangga. Rasanya enak banget kalau udah item keunguan & manis... Bergulir kecerita CT saya salut kegigihannya nanya2 & salut jg sama Mba yg tetap sabar ngasih tau :) Jd kebahagiaan tersendiri buat aku kalau tulisanku bermanfaat meski cuma untuk segelintik orang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan sekarang murbei ini jadi teman dewasa saya, ayee...dewasa :)
      Iya yang ungu manis ya mbak :)
      Bener, alhamdulillah bermanfaat

      Hapus
  9. Mode CT wanna be... : mba Lidha itu murbeinya ditanem pake biji atau langsung stek aja?

    Hehe, saya pun pernah ngerasain, ketika tulisan saya yang nyabut gigi geraham justru sampe ditanya via email. Dari mulai rasa sakit giginya, gimana rasanya disuntik, dll.


    Dan saya pribadi, seneng banget yang namanya praktekin sesuatu dari tulisan orang heehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dengan cara stek :)
      wah, belum tahu cerita geraham nih :(

      Hapus
  10. salut banget sama si CT, dia gak malu bertanya. itu pertanda rasa keingintahuannya yang tinggi dan orang seperti ini biasanya akan tahu banyak hal.

    salut juga buat Mba Lidha yang telah membuat tulisan yang bermanfaat buat orang lain *jempol*

    BalasHapus
    Balasan
    1. salut karena dia antusias soal berkebun dan pengen BISA, itu sih yang saya suka

      Hapus
  11. Ya ampun mbaaaak, aku udah lama gak ngliat buah itu Keinget mas kecil dulu suka makan buah murbei, huwaaaa mintaaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. sini...sini..mbak April :)
      orang-orang banyak yang nggak peduli sama buah ini lho, hehehe

      Hapus
  12. Bahagia sekali ya Mbak, sharing artikel jadi menambah banyak berkah. CT jadi mampu membuat murbeinya menghasilkan buah.

    BalasHapus
  13. Ceritanya ini lucu dan menggelitik.
    Aku lihat cara pangkas rantingnya begitu sadirnya. Itu pakai golok, pisau atau potong rumput ? Wah itu namanya asal pangkas.
    Untung saja berhasil berbuah, kalau kagak bisa kena HAT, hak asasi tanaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, baru abang aja yang bilang lucu
      Tak apalah hasil pangkasnya begitu, kan masih belajar
      Insya Allah mudah berbuah lagi

      Hapus
  14. Wah, aku jadi inget waktu kecil dulu. Pulang sekolah suka jalan masuk hutan, ketemu pohon kek gini. Pas sedang buah pulak, temanku bilang "itu buah ular, yang makan ular,nti jadi ular" aku kok ya, percaya aja. Dia bilang begitu,tapi ngambil juga. Trus bilangnya buat "piaraan dirumah". Kalo inget dia jadi pengen nekek jidatnya deh #kenakibulinaku
    Senang ya mbak Kalo tulisan bermanfaat dan di praktekan sama yang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, anak2 emang gitu. Suka mengibuli dan dikibuli

      Hapus
  15. iiiih, seru yah nanem-nanem beginian.
    Rumahku halamannya kecil, nggak bisa nanem :(
    Padahal kalo pagi-pagi liat yang ijo-ijo, bisa bikin seger mata.
    Yaaah :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nona Ginciiii
      Pagi2 buka mata selalu termotipasi..segerr

      Hapus
  16. wuah, iya tuh, enak murbei
    dari sepertetanggan sayaaaa, dari ujung ke ujung, yang nanam murbei cuma 1, padahal enaknya warbiyasaah, apalagi metik langsung

    BalasHapus
    Balasan
    1. lha, saya juga sendirian nih yang nanam. Anak2 padda doyan kemari

      Hapus
  17. Kangen nih pgen makan si murbei ini .. hee
    Bisa dikasih tahukan nih tipsnya sama ortu dirumah...
    di sekitar rumah itu memang asik kalau menanam tanaman atau buah-buah... dikala berbuah pasti seru dan merasakan puasnya tersendiri karena sejak ditanam kita tahu prosesnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, memang ada beda kalau nanam sendiri. Ada sensasinya gitu

      Hapus
  18. waktu kecil banyak banget deket rumahku mbak dan aku salah satu penggemar yang nggak tega kalau nggak memakannya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, saya juga orang yang nggak tega ngebiarin dia jatuh gitu aja Nin :D :D

      Hapus
  19. saya suka bgt tu Murbei .... apalagi memetik langsung

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama