Tiga tahun lalu, akhirnya saya memilih untuk mendedikasikan diri sebagai Ibu Rumah Tangga. Meninggalkan pekerjaan saya sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta. Sebuah keputusan yang tidak terlalu sulit dan sudah dipikirkan baik-baik serta terencana. Saya melakukan ini tepat di kala kami harus pindah rumah. Menuju sebuah hunian mungil milik kami sendiri yang masih penuh ilalang dan kesunyian.
Sebelumnya suami saya membuat keputusan untuk mandiri, lepas dari perusahaan tempat ia mengembangkan karier. Sedang saya diniatkan membantunya, menangani usahanya. Menjadi asistennya, menangani pembukuan, bertindak sebagai manajer dan hal-hal lain yang sudah kami rencanakan dengan baik. Terutama saya.
Seharusnya begitu.
Sayang saya tidak tepat melihat kondisi yang sebenarnya.
Kami tidak tinggal di tengah kota. Kami pindah ke pinggiran. Lebih dekat dengan lokasi yang sebelumnya hutan. Yang tergolong masih sepi. Tentu saja saya sudah menyadari lokasi ini sepi. Dan jauh dari sarana transportasi. Tapi, tidak masalah pikir saya. Saat itu. Saya optimis saja.
Kenyataan meleset dari harapan.