Kami sudah beberapa hari di Kota Banjarbaru. Sudah mengelilingi beberapa tempat populer di kota itu sekeluarga. Tengah kota tepatnya. Sampai akhirnya memutuskan ingin mencari kawasan wisata alam. Anak sepupu saya mengusulkan agar kami pergi menuju Danau Seran. Tempatnya asyik, cocok buat keluarga, alamnya juga menawan, begitu ungkapnya. Awalnya saya ingin kembali menikmati Tahura, Taman Hutan Rakyat di Mandiangin. Kemudian saya menyadari bahwa membawa serta para orang tua mungkin tidak akan seberapa menarik di tempat itu. Para mamak dan bapak sepertinya lebih nyaman berwisata yang tidak sekadar melihat dan berjalan-jalan semata. Tetapi, bisa duduk dan makan-makan.
Alhasil, setelah persiapan cukup, kami pun meluncur dengan kendaraan pribadi.
"Danau" nya sedang tenggelam, tersisa Seran saja. |
DANAU SERAN, BEKAS TAMBANG YANG MENAWAN
Kata orang, mantan makin lama makin menarik. Tidak selalu sih, tapi kalau disambungkan ke Danau Seran bolehlah diadaptasi pernyataan ini. Sebagai mantan, eh bekas tambang PT. Galuh Cempaka, kawasan ini disulap cantik bak puteri. Saudara saya (yang urang Banjar) berkata bahwa Danau Seran dulunya adalah kawasan tambang intan, ada juga yang mengatakan tambang emas. Yang pasti bukan bekas tambang batu bara ya. Sampai hari kami berkunjung pun, kawasan itu masih memiliki izin penambangan. Hanya saja, sudah tidak dilakukan penambangan dan berubah menjadi kawasan wisata alam yang menawan. Kalau tidak ada informasi ini, saya tidak akan mengira kawasan ini merupakan daerah penambangan.
Mengapa Menawan?
Tidak ada transportasi umum untuk menuju Danau Seran yang berjarak 17 – 20 km dari pusat Kota Banjarbaru, sehingga kepadatan dan keramaiannya memang tidak amat mencolok. Sebelum benar-benar berada di kawasan danau wisata ini, saya sudah dibuai oleh pemandangan pembuka jalannya. Aroma sepi, semak berair, buaian angin, hewan air yang melompat, getaran angin yang meriakkan genangan air yang luas, dan suara gemerisik dedaunan. Pemandangan ini menjadi sajian ranum sebelum kami menuju titik lokasi wisata. Sebegini saja bagi saya sudah menawan.
Ketika tiba di wadah parkiran, saya menyaksikan tulisan besar DANAU SERAN tepat di atas airnya. Tulisan DANAU-nya sedang tenggelam saat itu, sehingga menyisakan SERAn saja. Ada kapal-kapal kecil tertambat dan puncak wisatanya ternyata ada di seberang kami. Butuh beberapa detik bagi saya dan keluarga yang belum berkunjung memahami bahwa kapal-kapal kecil itu berguna untuk menyeberang menuju daratan yang ada di sisi lain. Apakah daratan di seberang itu adalah pulau? Sejak awal saya mengira tempat kapal kecil bersandar dan tanah diseberangnya hanyalah dua daratan yang terpisah, terbelah oleh danau. Kemudian saya menyadari bahwa kami memang sedang menuju PULAU! Namanya Pulau Asmara. Pulau mungil yang dikelilingi pepohonan dan mudah ditelusuri.
di sekitar tempat parkir |
area parkir |
menuju Pulau Asmara |
Dari atas kapal klotok penyeberangan, saya makin takjub dengan apa yang ada di bawah kami. BENING sekali. Sampai dasarnya pun bisa kami lihat. Sungguh luar biasa! Perjalanan menyeberang ini tidak lama kok, hanya sekitar 2 menit atau kurang.
DIKURUNG HUJAN DI PULAU ASMARA
Setibanya di seberang barulah kami bisa melihat bahwa lokasi ini benar-benar dikelola menjadi tempat wisata alam. Ada fasilitas bermain, ayunan, rumah pohon, gazebo, pedagang, toilet dan juga kolam renang. Bagi wisatawan yang ingin mengelilingi danau, disediakan pula sepeda air alias bebek-bebekan, kata saudara kami.
berenang bersebelahan danau |
Mumpung sepi, si bocah saya izinkan mandi di kolam renang. Saya lupa harus bayar berapa saat itu, 5 ribu atau 10 ribu ya? Yang pasti tidak lebih dari itu, yang menurut saya masih murah. Apalagi saat itu sangat sepi, hanya ada beberapa pengunjung, sehingga main di kolam renang sepuasnya pun tak masalah. Sementara si bocah main air, kami sekeluarga memesan minuman.
seger banget |
Angin bertiup kencang hari itu, hingga terlihat gerakan ombak meluas di danau. Saya pikir pengaruh dari banyaknya pohon di sekitar. Tapi, langit yang mendung sepertinya turut membantu sejuknya suasana siang saat itu. Benar saja, tak lama hujan deras dan mulailah kami mengumpul berdempet-dempet demi menghindari tempias. Si bocah tak bisa lagi main di kolam renang. Agak sedih dia, rasanya baru saja melompat ke dalam ban, kok disuruh naik lagi. Tapi, mau bagaimana, hujan sangat deras dan mengkhawatirkan. Sandal, sepatu kami digenangi air. Bahkan kue untuk-untuk (seperti donat) yang kami bawa, juga basah. Sakingnya derasnya, mau mengobrol saja susah, karena masing-masing orang harus berteriak.
Setelah cukup lama berdiam menanti reda, akhirnya saya bisa membersihkan diri di toilet akibat cipratan tanah saat hujan. Katanya, cewek paling suka pergi ke toilet, tetapi hal yang paling meragukan justru pergi ke toilet yang ada di tempat-tempat wisata. Bisa saja toiletnya terlalu becek, sempit, kotor dan bau. Eh, syukurnya sih di tempat ini tidak begitu. Airnya bersih, dingin, dan berlimpah. Penampakan toiletnya juga ramah meski tidak mewah.
Setelah hujan reda, saya pikir si bocah mungkin menagih untuk berenang lagi. Tapi, para sepupu muda nyatanya ingin bermain sepeda air dan mengajak si Neng. Sukalah dia berkeliling di danau itu.
disediakan sepeda air untuk berkeliling danau |
yang muda yang main sepeda air |
Sementara saya memilih berkeliling di Pulau Asmara saja. Cuaca masih gelap saat itu, dan kamera HP saya tidak mampu memotret dengan cahaya suram. Padahal suasana pulau tak kalah indah dari danaunya. Saya menyusuri pepohonan di pinggir daratan, ada pohon bakau rindang, akasia, dan lompatan katak yang mengagetkan. Namun, belum puas keliling Pulau Asmara, sudah ada yang berteriak memanggil.
di Pulau Asmara |
sepi, sehabis hujan |
bebas kalau mau naik |
di pinggir danau, aslinya lebih bagus. Kameranya saja yang sungguh nganu. |
SAKING BENING, TEMBUS KE DASAR
Memang benar ya, ada rasa lapang saat memandang air yang tenang. Danau Seran juga menawarkan hal yang sama. Duduk di jembatan, menembuskan kaki ke air bening, memandang kemilau pantulan cahaya, sambil menanti si bocah bermain sepeda air.
Saking beningnya air di Danau Seran ini, tatapan bisa tembus hingga ke dasarnya. Di dalamnya banyak terdapat tanaman air. Saya tidak melihat banyak ikan, tapi tetap ada ikan-ikan.
Saya ingin memperlihatkan betapa beningnya air di danau ini, tapi apa daya, kameranya ndak bisa nembus sampai ke dasar, hehehe.
ini airnya bening sampai ke dasar, tapi kameranya nggak bisa tembus ke bawah sana. Pokoknya percaya aja deh ya. |
Satu peringatan yang tidak boleh diabaikan oleh wisatawan adalah larangan berenang. Ada beberapa peringatan tertulis di sekitar danau. Mau main air cukup di pinggirannya saja atau gunakan kapal dan sepeda air. Tapi, berenang atau snorkeling tetap bisa dilakukan asal memiliki izin lebih dahulu. Bagaimana pun kawasan ini masih berlabel ‘bekas tambang’, masih dimiliki perusahaan, bukan milik pemerintah kota.
MENGAKHIRI DANAU SERAN DI SORE HARI
Saya berharap bisa menikmati senja di Danau Seran. Tapi, kami masih di Pulau Asmara dan harus segera menyeberang sebelum tempat wisata itu tutup atau para pemilik kapal pulang. Destinasi wisata Danau Seran hanya dibuka pukul 8 pagi hingga 6 sore. Satu kapal klotok yang kami gunakan menyeberang cukup untuk memuat seluruh keluarga. Alhamdulillah, semoga bisa berkunjung ke Banjar lagi, dan kembali ke danau ini, atau mungkin ke danau-danau lain yang ada di provinsi ini.
***
Wah cakep banget tempatnya ya mbak, memang bekas tambang harusnya jangan dibiarkan terbengkalai tapi bisa dimanfaatkan untuk yang lain, nice sharing mbak
BalasHapusDi foto atas kliatan kok mba airnya beniiiiing 👍. Itu berarti ada pasang surutnya yaaa.. soalnya di tulis danaunya sedang tenggelam.
BalasHapusSukaaa banget kalo melihat air yg jernih begini. Berasa mau berenang ga bikin badan kotor 😄.
Tapi kasian juga anak2 pas baru mulai berenang udh diserbu hujan yaaa .. musim hujan skr ini Bener2 sering dan deres banget memang 😔
tulisan DANAU nya, hihihi. Seharusnya terpampang DANAU SERAN, tapi yang satu copot, tulisan itu yang tenggelam, mungkin nggak kuat pasangnya.
HapusEnak mba, mau snorkeling juga menyenangkan, asal izin dulu.
cantik sekali danaunya, ingin berkunjung kesana
BalasHapus