Eduwisata Tak Terencana di Kampung Nelayan Berdasi

Kampung Nelayan Berdasi

Nama sebuah kampung yang unik. Kampung Nelayan Berdasi? Kok bisa berdasi ya?
Saya ingat, pertanyaan kecil itulah yang terselip ketika meihat papan nama saat melintas di kawasan Kariangau, Balikpapan Barat. Sudah sejak pagi kami berkeliling, mencari spot yang tidak biasa, tidak umum, dan tidak banyak orang, untuk sekadar berolahraga santai, dan mengambil udara bersih. Bersyukur kemudian Paksu juga penasaran, sehingga kami pun berbelok ke arah kampung yang dimaksud.
Gerbang Kampung Nelayan Berdasi

Asal-Usul Nama Kampung Nelayan Berdasi

Setelah tiba, barulah kami tahu, bahwa Kampung Nelayan Berdasi merupakan kawasan eduwisata ekologi bahari sekaligus tempat pemancingan. Kampung Nelayan Berdasi menjadi satu dari sekian banyaknya “kampung” di Balikpapan yang merupakan tempat eduwisata.
Kampung Nelayan Berdasi

Mengapa diberi nama Kampung Nelayan Berdasi ? Karena mayoritas warga desa berprofesi sebagai nelayan. Sedangkan kata “berdasi” disematkan untuk mempertegas kualitas profesi nelayan. Bahwa nelayan bukanlah profesi rendahan. Nelayan adalah pekerjaan mulia, dan telah menjadi profesi warisan maritim negeri ini. Kata “berdasi” juga sebagai harapan untuk menaikkan derajat pekerjaan nelayan.

“Nggak cuma pejabat aja lho yang bisa berdasi (berkelas).” 

Demikian ungkapan orang-orang di Kampung Nelayan Berdasi. Oya, para wisatawan yang datang ke Pemancingan Nelayan Berdasi ini sebenarnya juga akan diberi dasi. Tapi, mungkin akan ada syarat tertentu, karena hari ketika kami datang, saya tidak melihat ada yang mengenakan dasi.

Kampung Nelayan Berdasi
suasana di pemancingan Nelayan Berdasi

"Namanya, Desa Solok Oseng di Kariangau, Balikpapan Barat. Pada Maret 2018, terjadi tumpahan minyak di Teluk Balikpapan. Lautnya tercemar, hitam berminyak. Pencemaran parah juga melanda kawasan perairan Desa Solok Oseng. Berhari-hari para nelayan tidak bisa melaut. Aktivitas dan hewan mati. Atas bencana tersebut, Pertamina sebagai pihak terkait pencemaran minyak, memberikan kompensasi kepada Desa Solok Oseng. Kompensasi yang kemudian dimanfaatkan nelayan Solok Oseng untuk memajukan usaha hingga memajukan desa mereka yang kemudian dikenal sebagai Kampung Nelayan Berdasi."


Ada Ikan Nila Berenang di Air Asin

Pada hari kami datang sebenarnya sedang diadakan acara keluarga oleh pihak pengelola. Sehingga pada hari itu, diprioritaskan untuk keberlangsungan acara tersebut. Rupanya Paksu mengenal pihak pengelola, jadilah kami diundang ke dalam pesta keluarga ini. Padahal pakaian kami, pakaian santai, untuk masuk dan keluar hutan (cari angin). Karena acara dimulai siang hari, maka saya menyempatkan untuk berkeliling di sekitar pemancingan.

Luas Pemancingan Nelayan Berdasi sekitar 2 hektar, terbagi dalam beberapa petak kolam pemancingan, gazebo, tempat makan, dan pembudidayaan ikan. Saya tidak menghitung ada berapa petak-petak kolam pemancingan yang disediakan. Saya lebih banyak terkesima dengan pemandangan di tempat ini, diliputi kawanan mangrove, ikan-ikan yang berlomba, jembatan kayu yang bercabang, kapal yang teronggok dan beberapa pemancing. Cuacanya juga sangat membuai pada hari itu.

Kampung Nelayan Berdasi

Kampung Nelayan Berdasi
adem


Ketika saya menengok ke dalam air, saya lantas terkesima melihat ikan air laut berenang bersama ikan nila. Saya pikir, pemancingan ini adalah pemancingan air tawar. Kok, bisa ikan berbeda alam berenang bersama? Ternyata, air bening yang saya lihat adalah air asin. Ini diperjelas oleh pihak yang memang mengenal tempat ini. Katanya, kawasan Pemancingan Nelayan Berdasi disebut sebagai tempat wisata pemancingan air asin pertama di Balikpapan. Sayang sekali, tentang ini dan bagaimana bisa, tidak sempat saya tanyakan. Mungkin, kali kedua dan seterusnya, lebih menarik untuk mengisahkannya.
Kampung Nelayan Berdasi
ada ikan air tawar di air asin

Saya tidak banyak tahu jenis-jenis ikan yang dibudidayakan di tempat ini. Saya hanya mengingat beberapa seperti : ikan nila, ikan kakap , kepiting soka, tiram, kerapu, kerang-kerangan, dan entah apa lagi. Kuliner boga bahari juga tersedia dalam bentuk beku.

kampung nelayan berdasi
kepitingnya kakak...

Wisata Pondok Apung

Setelah menyusuri jembatan kayu yang bercabang dan menonton ikan-ikan yang bercanda, saya terbawa menuju pinggiran pemancingan, di mana pepohonan mangrove sedang bergoyang. Seandainya jauh lebih pagi lagi mampir ke tempat ini, maka kemungkinan akan bisa menyapa bekantan dan burung-burung bangau. Tapi, disapa mangrove saja saya senang. Akhirnya saya duduk di jembatan akhir, menikmati suasana dan membiarkan bocah mencelupkan kaki. Ada beberapa nelayan tampak di sana. Sungguh pemandangan yang damai.
Pemancingan Nelayan Berdasi
damai banget sih


Pemancingan Nelayan Berdasi
sekalian wisata mangrove

Seperti saya bilang, di tempat ini sedang diadakan acara keluarga. Nah, saat itu saya sedang duduk di jembatan main air dan memandang beberapa nelayan. Tak berapa lama, saya mendengar deru mesin kapal. Sepertinya ada yang datang. Saya pikir nelayan. Eh, ternyata para tamu undangan. Ketika melihat mereka melangkah satu per satu, saya merasa takjub. Agak aneh juga sih, seharusnya itu pemandangan yang biasa. Tapi, saya malah merasa berada di masa lalu, ketika negeri ini masih menggunakan perahu dan kapal untuk menjalin persaudaraan antar pulau. Harmoni.

Pemancingan Nelayan Berdasi
tamu berperahu

Setelah duduk di jembatan dan berkeliling, saya kembali ke arah kolam (depan) di Pemancingan Nelayan Berdasi untuk bersantai di gazebo, demi menghindari hari yang makin siang makin panas.

Selain gazebo, disediakan juga pondok apung. Katanya, ada beberapa yang sudah memakai tempat ini untuk pre-wed. Saya tak paham apakah harus dipesan lebih dulu untuk bisa digunakan, atau berapa biayanya. Pondok apung berbentuk layaknya gazebo, tetapi mengapung. Pondok ini bisa dihanyutkan hingga ke tengah kolam. Saya membayangkan sepertinya asyik bisa ke tengah kolam, dan saya bersama si bocah mau mencobanya. Sayang, ketika berusaha melepas tali yang menghubungkan pondok apung dan jembatan, si bocah langsung ketakutan. Ditambah ada tongkat untuk menahan pondok agar tidak bergerak jauh, yang tidak bisa saya tarik.

Pemancingan Nelayan Berdasi
pondok apung (kanan)

Pemancingan Nelayan Berdasi
maunya mengapung hingga tengah, tapi si bocah sudah gelisah


Tetapi, tidak apa. Saya dan bocah sudah senang bisa bermain-main di pondok apung. Toh, ini kejadian tak terencana yang menyenangkan. Menuju siang, acara makan-makan dimulai. Setelah itu, kami pun berbenah menyiapkan diri untuk pulang. Alhamdulillah.

Inilah sedikit kisah wisata di Kampung Nelayan Berdasi. Selamat berkunjung. 


Nama : Kampung Nelayan Berdasi
Lokasi : Desa Solok Oseng, Kariangau - Balikpapan Barat
Wisata : Edubahari, kuliner (restoran), wisata susur pantai, mangrove, wisata apung.

***

1 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Keren filosofi menamakan kampung nelayan berdasi nih, tentunya memang tanpa nelayan susah pasti mau makan ikan,hehhehe. Sekian lama enggak menelusuri wisata di sekitar Kalimantan, bakalan masuk list nih mengunjungi Balikpapan.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama