Alasan Larangan Memberi Makan Kawanan Monyet

larangan memberi makan monyet

MENUJU IKN DARI BALIKPAPAN DAN KAWANAN MONYET DI PINGGIR JALAN

Bila menuju Kecamatan Sepaku, Kab. PPU atau yang sedang disebut calon IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara dari arah Balikpapan, maka kita akan melewati kawasan yang bernama Samboja KM. 38 (Kukar). Kanan dan kiri kawasan ini adalah merupakan kawasan hutan konservasi. Area hutan yang luas ini termasuk pula di dalamnya Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.

Menyusuri perjalanan panjang berliku dengan limpahan pemandangan hutan memang mengasyikan. Namun, satwa-satwa ini sering keluar hingga ke tepi jalan. Satwa yang paling sering dan masih terlihat hingga sekarang adalah beruk. Beruk terkategori monyet berekor pendek. Hewan bernama latin macaca nemestrina ini nampak santai berkeliaran di sepanjang jalan Samboja hingga perbatasan PPU (Penajam Paser Utara). Selain di pinggiran jalan hingga tengah jalan, nampak pula di atas pepohonan bergelantungan.

beruk IKN
seekor beruk berjalan santai.

Pemandangan ini memang unik sekaligus menarik, khususnya bagi yang tak pernah menjumpai kawanan monyet liar bercengkerama di pinggir jalan. Anak-anak yang diajak melewati kawasan ini dibuat gemas melihat monyet-monyet beraksi. Ada pemandangan monyet yang bermain-main dengan kawanannya. Ada emak monyet yang menggendong anaknya, dan ada yang nampak seakan berpose di pembatas jalan. Monyet berjenis ekor panjang ini bisa nampak menggemaskan bagi pengendara yang melintas. Setidaknya bagi saya.

Namun, ada hal yang harus diperhatikan.


LARANGAN MEMBERI MAKAN MONYET

Tahun lalu ketika melewati jalan hutan Samboja ini saya melihat peringatan DILARANG MEMBERI MAKAN SATWA karena dapat membahayakan pengguna jalan lain.


Baru-baru ini saya melintasi kawasan Samboja KM. 38 lagi untuk menuju IKN, namun tidak menemukan tanda itu. Padahal saya berencana memotret peringatan itu. Biasanya, ketika mulai melewati area kawanan monyet ini, tanda peringatan akan terlihat jelas. Mungkin karena terlalu fokus pada jalanan dan kendara, sehingga pandangan tidak menyasar ke arah tanda.

Pada perjalanan kali ini pula saya menemukan pengendara yang berhenti di tepi jalan untuk menyapa monyet. Tampak kerumunan monyet mengitari sebuah mobil. Seiring kendaraan melaju, mata saya melihat lagi seekor monyet berjalan di kabel listrik yang tinggi. Beberapa ekor monyet berpose bak model di tepi jalan. Lalu, tiga ekor monyet berlarian sambil memandang pengguna jalan.

monyet di IKN
kawanan monyet di jalan ketika menuju Titik Nol IKN

Sesungguhnya hampir tidak mungkin monyet-monyet ini berani berkeliaran di jalan, jika sebelumnya tidak pernah dikasih makan oleh pengguna jalan. Saya akui monyet-monyet ini terlihat menggemaskan, lucu, juga mengundang simpati. Sampai-sampai ingin rasanya berhenti sejenak untuk memberi makan, berswafoto, atau sekadar ‘say hello’. Tetapi, hal itu tidak penting.


Ada alasan mengapa monyet-monyet ini tidak boleh diberi makan oleh pengguna jalan.

1. Jalanan Bukan Habitat Monyet

Mengutip ucapan pihak BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) dalam suatu artikel yang menyebutkan bahwa monyet-monyet yang berkeliaran di jalan kemungkinan pernah diberi makan oleh para pelintas jalan. Sehingga, ada pola dalam tabiat satwa ini untuk tidak sungkan bermain-main di lintasan manusia. Namun, habitat mereka bukan di jalanan. Kawanan monyet ini harus berada di dalam hutan yang ada di kanan-kiri jalan. Kehidupan mereka ada di dalam sana untuk makan, tidur, bermain, juga berkembang biak.
tanda peringatan hutan IKN
KORIDOR SATWA LIAR KAWASAN IBU KOTA NEGARA.  WASPADA TERHADAP SATWA LIAR YANG MELINTAS.


2. Bahaya Kematian Satwa

Menggunakan jalan di kawasan Samboja KM. 38 sebenarnya aman-aman saja meski banyak monyet terlihat. Mereka lebih sering berkeliaran di pinggiran jalan. Walau, kadang ada juga yang senang berpose di tengah jalan. Meski demikian, pengguna jalan tetap harus mewaspadai akan bahaya bagi para satwa ini. Kendaraan yang melalui kawasan yang berkelok-kelok turun naik ini kerap melaju kencang, sehingga jika tidak menyadari bisa saja ada monyet yang sedang berpapasan dengan kendaraan.

tanda peringatan
"Kawasan ini merupakan Hutan Negara yang ditetapkan sebagai lokasi IKN Nusantara"

Ketika balik dari arah Sepaku (PPU) menuju Samboja (Kukar), hujan deras berkabut sedang menyertai saya. Tiba-tiba saja ada seekor monyet nyelonong ingin ke tengah jalan tepat ketika kendaraan baru berbelok. Syukurlah, masing-masing dari kami dengan cepat menyadari situasinya. Si monyet langsung berbalik ke hutan, dan kendaraan bisa menghindarinya.


3. Mengubah Tabiat Satwa

Monyet yang terbiasa mendapatkan makan dari pengunjung dikhawatirkan dapat mengubah tabiat mereka. Jenis monyet yang terlihat di sekitar kawasan Samboja KM. 38 ini adalah jenis monyet berekor panjang. Monyet jenis ini disebut primata yang paling mampu beradaptasi dengan manusia, dan dapat hidup di lingkungan minim atau tanpa hutan. Namun, sekali lagi mesti diingatkan bahwa mereka tetap satwa hutan, bukan satwa peliharaan. Perilaku mereka bisa berubah jika manusia mengabaikan larangan memberi makan. Hal ini bisa membuat mereka cenderung malas mencari makan di dalam hutan, dan lebih senang berkeliaran di pinggiran jalan untuk mengemis makan.

Satwa ini sama seperti kebanyakan satwa lain yang memiliki peranan sebagai penebar benih di alam. Dengan demikian hutan mampu meregenerasi secara alami. Namun, jika primata kehilangan perilaku alaminya, terbiasa diberi makan, dan bukan mencari makan di dalam hutan, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan tanaman hutan pun akan melambat akibat berkurangnya peran satwa yang seharusnya mampu menghidupkan hutan. Monyet-monyet ini harusnya menjadi penghuni hutan yang aktif mencari makan sendiri.

monyet ekor panjang
potret kawanan monyet berekor panjang (macaca fascicularis) di perjalanan ketika menuju KalSel.

Kekhawatiran lain ketika monyet-monyet ini sering diberi makan oleh pengguna jalan, yakni perilaku mereka cenderung tidak ragu mendekati manusia, bahkan mungkin pula bisa merampas makanan yang dibawa pengunjung.

Berdasarkan pengalaman berkunjung ke sebuah wisata yang berisikan primata yang sama, terdapat banyak kejadian betapa beraninya monyet-monyet di kawasan wisata itu merampas barang pengunjung, termasuk handphone. Kejadian seperti inilah yang dikhawatirkan dapat terjadi.


4. Sampah Berserakan

Naluri untuk berbagi makanan memang mulia. Namun, ada hal buruk dalam tindakan memberi makanan kepada monyet-monyet di tepi jalan ini. Makanan yang diberikan oleh manusia seringkali bukan merupakan makanan alami mereka. Ada yang asal saja memberikan makanan. Ada yang memberikan makanan yang biasa dikonsumi manusia yang umumnya merupakan produk olahan. Ada pula yang melempar makanan yang masih lengkap dengan bungkusnya. Baik makanan ringan pabrikan, atau kudapan berbungkus.

Ketika melintasi jalanan hutan Samboja KM. 38 beberapa waktu lalu, tampak adanya sampah-sampah kecil berserakan di rerumputan tepi jalan. Ada dua kemungkinan mengapa sampah-sampah ini ada, pertama : mungkin para pelintas jalan asal buang sampah, kedua : para pengguna jalan memberi makan monyet dengan makanan yang menggunakan pembungkus. 

Monyet-monyet ini tidak tahu cara membersihkan sampah yang diberikan manusia. Meski mereka bersekolah, mereka tidak akan pernah menjadi orang seperti kita.

menuju IKN

Taman Hutan Raya Bukit Soeharto kini telah dimasukkan menjadi bagian IKN Nusantara sebagai hutan negara. Pengambilalihan oleh negara ini bertujuan agar Tahura Bukit Soeharto kembali berfungsi sebagai hutan, mengingat beberapa ekosistem hutan telah rusak akibat penambangan. Para pengguna jalan KM. 38 pun dapat melihat beberapa area hutan yang 'terluka' lebih banyak dibanding beberapa tahun sebelumnya. Rencananya hutan di sekitar kawasan Samboja ini akan direhabilitasi serta diredesain agar dapat menjadi kawasan hijau sebagaimana asal mulanya. Rencana redesain ini termasuk pula rencana membuat koridor satwa liar yang saat ini tengah disusun KLHK. Tujuannya agar satwa liar yang ada di hutan tidak terusik keberadaannya. Juga adanya garapan pembangunan jalan tol Balikpapan - IKN yang mengambil rute memutar dan tidak akan menganggu kawasan hutan dan satwa yang menghuninya.

***

tambahan bacaan :
http://ksdae.menlhk.go.id/info/8722/mengapa-tidak-boleh-beri-makanan-pada-kawanan-monyet?-ini-alasannya.html


4 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Nah setujuuuu. Apalagi yg poin membahayakan keselamatan mereka juga. Walo belum pernah ke ikn, tapi tiap lewat jalanan Tarutung - Sibolga, sama juga mba. Banyak monyet berkeliaran. Dan itu kan jalannya sempit, tau2 si monyet suka mendadak muncul . Bikin kaget driver. Apalagi salah satu sisi tebing, sisi lainnya jurang.

    Mereka turun juga Krn banyak yg KSH makan. Makanya aku ga mau KSH makan mereka di tempat yg begitu. Bahayaaa.

    Kasian monyetnya juga kalo sampe ketabrak.

    Lagian selama masih ada hutan, aku yakin mereka masih bisa mencari makan dari sana, tanpa perlu kita bantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang orangnya yang gemes ingin kasih makan padahal monyet liar mah udah mandiri yah. Trus, makanan yang berbeda dari yang biasa monyet makan bisa berbahaya buat monyet itu sendiri.

      eh tapi bener juga kalau monyet jadi orang, orang jadi banyak :))

      Hapus
  2. Dari Medan menuju kawasan Berastagi pemandangan juga begini kak.
    Monyet berani mengejar mobil yang kacanya terbuka untuk meminta minta. Kasiannn jadinya karena mereka berubah menjadi makhluk yang gak mandiri. Padahal monyet itu biasanya pintar mencari makan di hutan.

    BalasHapus
  3. Tapi dibatam daerah rumah ku hutannya tipis yg tadinya lebat karna pembangunan semakin gencar,monyetnya kasian

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama