PERTANYAAN “KAPAN” DARI TAHUN KE TAHUN YANG BIKIN SAYA KEPENGEN PURA-PURA MATI MENDADAK


Sudahkah anda bertanya kapan hari ini?
Kapan Lulus? Pada mereka yang tahun kemaren kabarnya kuliah, tahun ini kok masih kuliah lagi padahal katanya semester akhir..
Kapan Nikah? Pada mereka yang sendiriiiii terusss. Kerja udah, cantik kebangetan, ganteng nggak usah ditanya, tapi kok sendiriiii terusss…
Kapan punya anak? Pada mereka yang udah nikah, tapi kok jalannya masih berduaan aja. Nggak kepengen punya anak apa…
Kapan nambah anak? Pada mereka yang udah lima tahun nikah anaknya masih sebiji aja, kan si sulungnya udah besar, jadi …

Jadi sudahkah anda bertanya ‘kapan’di  lebaran ini? Dan setumpuk ‘kapan’ lainnya? Kapan si sulung lamaran? Kapan mantu? Kapan punya cucu?  Kapan kurusan? Kalau belum, Alhamdulillah. Begitu banyak ketupat dan nastar squad dihadapan, mending itu aja diubek-ubek.
***
Berhubung ini post pertama di bulan Syawal, saya mau ngucapin “ Semoga Allah menerima amalan kita di bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir batin.” Bukan ucapan yang telat ya kan?

Sebenarnya saya nggak terlalu masalah dengan pertanyaan kapan. Kapan hanyalah sebuah kata yang berkaitan dengan waktu. Kapan tidaklah berdosa. Sayangnya ada jenis-jenis pertanyaan kapan yang mampu menyiksa batin. Kapan ini sangat berbahaya, yang bertanya mengucapkannya mendayu-dayu, penuh senyuman dan candaan. Tapi sayang yang ditanya mendadak lemah lunglai, rasanya usus jadi tegak lurus, hanya bisa kasih senyuman, itupun senyuman palsu. Dalam benak, orang yang bertanya tadi langsung dikasih tanda silang gaib. Okeh, besok-besok nggak usah ketemu dia lagi (tapi kuenya masih boleh).

Lewat tulisan ini, saya mau cerita tentang KAPAN versi hidup saya. Walaupun tulisannya rada baper, sekarang udah terasa lucu semuanya. Saya tahu ada yang merasa kesel dengan pertanyaan KAPAN. So, biar situ ada temannya, sini-sini mampir ke masa lalu saya ini. Saya temenin deh.

Saya buat tiga jenis pertanyaan KAPAN yang pernah singgah dalam hidup saya, yang bikin saya pengen nyungsep ke kolong ranjang pangeran, eh nggak boleh ya. Pengen pura-pura mati mendadak aja deh.


KAPAN LULUS ?

Pastinya ini zaman saya masih kuliah. “Kapan” yang ini nggak terlalu bikin kesel, soalnya saya enjoy aja menghadapi perkuliahan. Yang nggak enjoy itu yang bayarin kuliah LOL. Sesembak Pemkot yang ngurusi beasiswa, yang femes diantara kami mahasiswa pecinta kuliah gratisan ini, selalu ngeluarin jurus sewotnya tiap kali kami datang. “Kok kamu lagi, kamu lagi sih. Kamu KAPAN lulusnya bla bla bla bla.. !!”
Jangan-jangan memang duitnya yang keluar.

Sewotnya si mbak ini beneran femes sampe ke luar kota lho. FYI: saya kuliah di luar kota. Teman-teman cowok sampai suka curhatin, “coba kalau bukan cewek. Sayang cewek, mana cantik pulak,” katanya. (hahaha emang napa kalau bukan cewek).
Eh, ini kenapa jadi cerita si mbak itu. Maaf, maaf.

Orang-orang yang suka nanya saya KAPAN LULUS itu sebenarnya salah orang, harusnya nanya ke dosen saya, kapan meluluskan saya?? Karena hanya dosen saya yang tahu, KAPAN dia mau saya kunjungi, kapan dia ke kampus, kapan dia mau tandatangan. Ya.. kapan-kapan aja jawabnya.


KAPAN NIKAH ?

Nah, kalau yang nanya ke saya ‘kapan lulus’ itu salah orang. Kalau yang ini salah segala-galanya. Rasanya muka yang nanya pun juga salah. Matanya salah, nggak liat apa saya nggak punya gandengan? Terus mau nikah sama siapa?  Nggak ada yang mau tauuuu… >.<

Udahlah lulus, udah kerja, tetep aja ada pertanyaan KAPAN, cuma karena usia udah 25. Momen begini, bikin saya pengen pura-pura mati mendadak. Terus bangkit di benua yang beda dan hidup bahagia disana selamanya. Tapi nggak bisa, kenyataan eh pertanyaan (menusuk) ini pasti ada. Apalagi ditambah embel-embel: Kebanyakan milih sih. Ntar tambah tua lho. Cewek itu jangan sok jual mahal, jangan mikirin karir terus, jangan nolak terus, syaratnya ketinggian pasti.

Huh, orang-orang ini nggak paham.
Karena sesungguhnya….
Emang nggak ada yang mau ngelamar kaliii….

Dan momen “kapan (anaknya) nikah” ini juga bikin ortu saya, terutama ibu jadi kebat-kebit. Dua minggu sekali ada aja tamu cowok datang ke rumah. Saya nggak ngerti, stoknya ibu ini darimana aja, ada yang udah umuran, ada yang muda banget. Pokoknya beragam profesi dan status sosial ada. Dan kalau udah begitu, jarum sebel saya melesat tinggi. Tiap kali diminta menghadapi tamu, saya pastikan baju saya ada nodanya dengan jilbab yang setara kotornya. Kalau ibu ngamuk dan protes “kamu kapan nikahnya kalau gitu terus?” saya bakalan jawab: “Bu, kalau yang jelek aja dia nerima. Berarti yang bagus udah pasti.
Hasilnya : ya emang gak ada yang minat LOL

Orang yang paling bahagia dengan adegan ini adalah ADEK saya (yang saat itu masih SD)
Adek : “Kak, kakak pilih yang mana?”
Saya   : “Eh, nggak boleh ngomong gitu. Emang barang main pilih! (Sebel)
Adek : “Yang ini aja kak.” (nunjuk seseorang)
Saya   : “Apaan sih?! Maksudnya apa?!” (esmosi jiwa)
Adek  : “Yang ini aja kak, yang ini bawa kue.”
HAH ! (dasar-anak-esde-zaman-dulu-yang-belum kenal-spinner-fidget)

Pokoknya kalau sudah bahas KAPAN NIKAH saya bisa emosian juga. Di tempat saya mengajar, sama aja, ada juga yang disodorin Pak Bos. Terus kena sindir juga dari murid. Bukannya saya nggak mau nikah. Tapi, saya juga punya prinsip yang mesti saya pegang dan punya banyak kekurangan yang butuh didiskusikan. Dan emang belum diketemukan juga ama Allah.


KAPAN PUNYA ANAK ?
Pada akhirnya saya nikah juga. Setelah diskusi panjang. Setelah saya bisa merespon keinginan orangtua, merespon waktu, berdoa dan lainnya. Dan setelah cukup yakin si dia yang itu nggak bakalan ngelamar. Yes, I’m married.
Dan pertanyaan KAPAN itu tetap ada… *lap-lap keringat*

Buat saya “Kapan punya anak” itu jenis pertanyaan yang lebih ngaduk-ngaduk jiwa raga dibanding dua ‘kapan’ diatas. Dengan rekor dua kali keguguran, dimana satu kalinya harus kuretase bikin saya pengen nyungsep ke dalam bumi.

Urusan ini betul-betul di luar jangkauan. Saya masih bisa memprediksi kapan saya lulus kuliah. Tapi kapan punya anak? Wallahu'alam.



Tapi, bagi sebagian orang termasuk yang dengan entengnya bertanya, urusan brojolin anak ini mulus bener. "Kita mau nambah anak lagi tahun depan,"kata teman saya. Tahun depan beneran dia punya anak.
Di sebuah kolom komentar saya baca :"orang yang belum punya anak itu sensitif banget ya, sampai gak mau ketemuan orang lain."
Mmmhh….

Saya masih suka bertemu orang-orang. Tapi ingin menghindari mereka yang bertanya itu-itu saja. Apalagi yang pertanyaannya banyak belokannya: suaminya sehat? Gak ada penyakitnya? Spermanya gimana? -- udah nyoba minum apa aja? – udah ke dokter siapa aja?—udah urut dimana aja? -- istrinya kerja sih!

Saya paham sekali. Ada orang-orang yang heran dengan pasangan yang belum diberi momongan, karena bagi mereka, bikin anak itu jadi ya jadi aja, udah pake pengaman ya tetap jadi aja. Heran kan!
Jadi, bagi saya kepo dan memberi saran itu manusiawi. Urusan saya nggak mau bahas, itu pilihan saya. Masa' iya saya mesti bahas soal reproduksi (apalagi milik suami) ke orang-orang itu? 

Yang saya sayangkan adalah mereka yang membuat pasangan yang belum punya momongan itu sebagai aib. Heran boleh, tapi tidak perlulah dimaksimalkan. Sampai sindir-menyindir. Wallahu’alam. Karena kita punya anak-anak. Jangan sampai Allah kasih “yang dianggap aib” itu ke anak-anak kita sendiri yang dulu orangtuanya doyan nyinyir-nyinyir. 

Nah, ada lagi kondisi dilema kala 'kapan punya anak' ini muncul. Karena anak adalah titipan Tuhan, seolah-olah yang belum punya anak ini nggak dipercaya oleh Allah untuk mengasuh anak. Ini berat, karena sempat terbesit pemikiran begini pada saya. Apalagi pasca keguguran, saat titipan Tuhan itu diambil lagi. Ngeri rasanya.


Tahu nggak, dari bertahun-tahun saya hanya berdua dengan suami, hanya ada beberapa yang memberi opini berbeda :

"Yang penting samara"

"Santai aja, pacaran aja. Halal aja toh"
Dan orang-orang ini bisa dihitung dengan jari.


Nikmat mana yang kau dustakan

Iya, lama kelamaan saya bertambah syukur, saya lebih paham sama mereka yang belum dikasih momongan, juga pada mereka yang dikasih momongan terus-menerus. Teman-teman saya yang punya banyak anak, kadang malu juga kena sindir sekitar. Jadi, kalau berjumpa mendingan sama-sama mengajak bersyukur saja. 
Karena urusan anak itu hak prerogatifnya Allah.



Please !
Sedikit banyaknya saya jadi pengen kasih saran buat yang suka bertanya "kapan" :

1.      Please, rekam dulu sedikit perasaan lawan bicara, kalau dia udah nunduk-nunduk, senyum seperlunya dan nggak ada niat konsultasi nggak perlulah nanya plus kepo di luar jalur.

2.      Kalau niat basa-basi dan becanda, percayalah masih banyak candaan yang super basah dan basi. Silakan gugel bilamana perlu.

3.      Kalau keceplosan, ya udah pasti dimaafkanlah ya. Jangan lupa serahkan kue sekaleng sebagai proses pelega.

4.      Kapan boleh nanya, kapan lulus? kapan nikah?  Ya kalau udah jelas di depan mata, misal: Kapan Raisa ama babang Hamish nikah? *Eh..gimana sih ini.*

5.      Karena nanya 'kapan' itu gak diharamkan, cuma bikin baper, sesekali nanya kapan yang antimainstream saat bertemu teman, misal:
"Hai teman, kapan Agresi Militer Belanda ke-II?"
"Kapan Jepang menduduki Indonesia pertama kalinya?"
Ini selain mencerdaskan juga membuat rajin buka buku sejarah. Resikonya paling ditanya balik : situ sehat?

6.      Kalau udah nggak tahan lagi, setidaknya dahului dengan meminta izin:
"Eh, aku boleh nggak nanya kamu kapan nikah?"
"NGGAK BOLEH"
"Ooo… padahal a..a..a...a…ku serius mau ngelamar”
“Bisa diulang pertanyaannya?”


Khusus yang dapat kejutan ditanya 'Kapan' terus, mungkin hal-hal berikut bisa dilakukan :

1.       Bawa senyum aja. Karena bawa perhiasannya gak mungkin.

2.       Biarin aja. Karena setelah itu pasti ada pertanyaan kapan dan kapan dan kapan lagi. Kumpulkan saja (seperti saya)

3.       Kalau kesel, tahan makian. Lampiaskan saja makan buah dan sayur. Karena buah dan sayur selalu benar, sedangkan makan mie instan seringkali penuh penyesalan setelahnya.

4.       Kalau udah nggak tahan lagi, tanya balik aja:"Kapan Mati?" Tapi ini nggak saya banget, ini tips dari sosmed.

5.       Tarik napas, sabar aja. Tarik lagi, keluarin. Hembuskan perlahan. “Ha, tadi nanya apa ya?” pura-pura nggak denger. Kemudian tarik napas lagi. Begitu aja terus, jangan dijawab.

6.        Berdoa yang banyak. Karena doa orang yang teraniaya itu dikabulkan :D

7.        Kalau ditanya ‘Kapan nikah?’ Jawab aja:  BESOK. Kalau ditanya balik: emang sudah ada calonnya? Jawab lagi : ADA (Persoalan belum diketemukan Allah, diam2 aja)

8.       Kalau ditanya ‘Kapan punya anak?’ Jawab aja:  BESOK. Kalau ditanya balik: kok bisa (sambil liatin perut)? Jawab lagi : BISA AJA, yang nikah baru dua hari aja, besoknya bisa punya anak (Teeet… wrong answer)

9.       Menjawab BESOK bukan berarti berdusta, menjawab BESOK adalah doa. Jadilah orang Jawa, yang besoknya bisa BESOK LUSA, BULAN BESOK, BESOK TAHUN DEPAN, dan TAHUN DEPANNYA.


10.     Apalagi ya tipsnya? Tambahin dong (yang udah nambahin ditulis di no. selanjutnya)

11. Tambahan dari MAYA (jejakmaya.com) : senyum dan bilang "tolong doain ya:"

Itulah cerita saya tentang kapan-yang-dia-tidak-boleh-disebutkan-katanya. Kalau kalian udah ditanya ‘KAPAN’ apa hari ini? Kalau saya udah dapat ‘KAPAN CMUMUT  PUNYA ADEK’? >.<




Salam,
Lidha Maul

45 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. aku mah orang yg cuek, skrg aku lagi gencar ditanyain kapan mantu??? lah aku sendiri selalu membebaskan aankku dg pilihannya , lah ini org lain yg ribut hanya krn banayk anak seumruan anakku sdh menikah

    BalasHapus
  2. Hahaha, yeaaay akhirnya bisa ketawa di sini.
    Nonjok banget tulisannya.
    Ya, begitulah dunia. Mau sebel itu hak orang untuk nanya. Dijawab, ati sendiri yg gak enak.
    Wis, ngulek sambal ajaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aseeek, ada yang bisa ketawa. Yup, mari kita sambal aja (kok tahu saya mau ngulek sambal)

      Hapus
  3. Kalo aku yang kapan punya anak mbak. Sebenernya aku udah kebal.. Yang bikin kesel tu seolah2 mereka sok tahu dengan kehidupanku.. Dikira aku stress lah, padahal biasa aja.. Dikira hidupku susah lah.. Dikira pola hidupku sembaranganlah.. Dikira gak ke dokter lah.. Sampe2 ada yg menyalahkanku karena suka pake wedges..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh sampe wedges segala.
      Ganti flatshoes pun kalau belum rejeki ya gimana

      Hapus
  4. Kalau menurut saya sih jangan terlalu baper dengan pertanyaan kapan. Dibawa santai saja di jawab dengan candaan aja.. Gitu sih menurut saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, kalau cowok beda kali ya mas.
      Iya jangan terlalu baper, secukupnya baper aja (eh bener gak ya)

      Hapus
  5. Aku yg ud punya anak tiga aja msh ditanya kapan nambah anak co ? *garuk2 dinding*. Btw klo nanya kapan aku sesekali digambarin blh ga :-p? Dr dlu jth cinta sama gambar mba lidha tp ktnya ga terima orderan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wiks, biar berpasangan gitu ya biasanya.
      Iya mba -_- gak terima orderan. Hidup saya terlalu ribet buat nerima order
      *so sorry to say*

      Hapus
  6. Ini aku banget mbaaak. Saking malasnya ditanyain kapan punya anak, aku sampe bikin pengumuman di pertemuan keluarga besar (seriously pake mic gitu pas laporan keluarga 😂) kalo mohon tidak ndoain dan nanyain kapan saya punya anak. Doain aja supaya bisa sekolah lagi, dan sehat terus biar bisa jalan-jalan. Habis itu amaaaan. Kalo kumpul temen, jawaban saya singkat dan sadis: nggak pengen punya anak. Saya gak suka anak kecil. Trus pada diem, dan bisik-bisik di belakang. Hahahahaha.. kan capek ya mbak nerangin ini itunya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huahaha, top komen nih, bikin saya ketawa. Saya juga mau lho sekolah lagi

      Hapus
  7. Aku fokus ke kalimat "makan mie instan seringkali penuh penyesalan setelahnya."

    coba setelah nanya KAPAN ini dan itu rasanya sama kaya abis akan mie instan haha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang ada doyan dan pengen makan mie instan lagi :)

      Hapus
  8. Pertanyaan yang seperti diatas versi Maya jawabanya harus santai dan tambahin senyum yang tulus lalu katakan, "tolong doain ya"
    udah gitu aja hehe ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes. Udah ditambah dibawahnya.
      Thankyou :)

      Hapus
  9. Mbak, aku juga senasib. Banyak yang tanya apa aku sudah 'bati'. Istilah jawa yang artinya 'untung' merujuk pada sudah hamil. Rasanya sebel. Saking sebelnya kadang sampe nangis sambil merajuk pada suami. Hiks hiks. Alhamdulillah sih suami orangnya santai dan kalem. Jadi aku juga lebih santai menghadapi pertanyaan2 itu. ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah banyak banget yang lihat suami2nya anteng, kalem, santai, setia lho kayak suami Ria :)

      Hapus
  10. Saya suka baper kalo ada yg nanya, anak saya udh punya anak lom? (= cucu). Saya aja ga berani nanya. Tapi tahu betul perjuangan dan ikhtiar anak mantu saya. Cuma bisa berdoa semoga mereka tetap samara sampai kapan pun...Begitu pula mbak Lidha Maul dan suami. Kompak terus yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Haniiii....
      Lha kenapa saya merasa mbaknya masih muda ini :D masa' udah ditanya cucu

      Hapus
  11. Jadi ingat dulu waktu single ditanya kapan nikah, jawabannya emang belum mau nikah (gengsi) padahal belum ada yang mau nikahin *LOL. Sekarang aliih-alih nanyain temen-temen kapan nikah lebih baik tunggu aja, kalau beneran mau nikah pasti dishare di sosmed, mau makan aja di upload apalagi mau nikah ya kan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Catat ini : "mau makan aja diupload apalagi mau nikah"

      Hapus
  12. Aku aku akuuuuuu.... Perganyaan kapan punya anak selalu menghampiriku....



    Sungguh yang tanya gak punya perasaan. Mana ada sihhh yg nikah gak pengen punya anak.... Apalagi melihat aku dan suami mesrane kayak giniiiii....

    Apaahhh apaaahhhhhh huhuhuhuhu jd curcol kannn

    BalasHapus
    Balasan
    1. I know this feeling. Yang kitanya santai en positif, yang gerah di luar sana. Entahlah mengapa begitu

      Hapus
  13. Tulisan ini ngena sekaligus menghibur mbakkk. Emang sih mestinya org yg nanya itu udah tau responnya duluan, kl ga ada tanda2 curcol, lbh baik alihin perhatian ya kan :)

    Btw, kl punya cerita lebaran berkesan atau seru, unik, lucu, dll boleh ikutan GA 1 th blog aku mbak, masih sampe 17 Juli, hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mba Prita,
      seru ada info GA. Makasih banyak ya udah mampir ^_^

      Hapus
  14. Mewakili isi hateeeee, hahay,
    Ya gitu deh mbk, dlu waktu masih mahasiswi ditanyain kpn lulus, udh lulus ditanyain kpn nikah, udh nikah ditanyain kpn punya anak, udh punya anak ditanyain kpn punya rumah, kpn begini kpn begitu, hhhhh, ya udinlah, selow in aja, fokus ke kue lebaran aja, hahay

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kumpulin aja pertanyaan kapannya hehehe.
      Eh, emang masih ada kue lebarannya

      Hapus
  15. Aku Mbaaaaa, ditanyain Ibu sendiri tiap-tiap nelfon, "Kamu kapan pindaaahh?"
    Lhadalaaah, bukan aku je yang menentukan pindah. Andaikan bisa ngomong ke atasan suami, Pak, kami minta pindah. Terus mak beduduk, oh ya minggu depan kalian pindah.
    Tapi kan nggak gitu.
    Jadi aku selalu siapkan mental kalau ibu nelfon, karena meski indah pada awalnya, di akhir pembicaraan selalu ada pertanyaan itu.

    Gusti, kuatkan aku. Dan kabulkan doa ibuku, agar aku pindah ke pulau Jawa. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen banget nyak pulang ya, namanya juga ibu. Percaya aja nyak, suatu hari bisa kok balik ke Jawa

      Hapus
  16. Memang sering pertanyaan semacam itu dilontarkan, terlebih bagi para pemuda, kapan nikah lah, kapan nyusul. Tapi aku pribadi cukup jawab, doain aja dan senyum yang ikhlas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya cowok gak perlu baperan ya, mau nikah kapan aja gak ada masalah. Kalau cewek beda sih

      Hapus
  17. ternyata pertanyaan ini sudah standrt nasional ia,
    sampek sudah jadi kebiasaan smwa warga Indonesia, wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu. Harusnya udah bisa diantisipasi sejak dini nggak sih.

      Hapus
  18. Aku sekarang ada di fase pertanyaan kapan nikah mbak hiks hiks, pertanyaan menohok langsung ke hati :'(

    BalasHapus
  19. Aku salah satu yg dulu ngga mau ketemuan sama orang lain, apalagi acara keluarga hahahaha.. Keluarga itu kadang mulutnya suka lebih kejam daripada temen, apalagi Ibu2 yg ngerasa gampang banget ngelahirin dan paling sensi kalau ketemu sepupu yg baru aja nikah trus langsung tekdung hahaha, pokoknya liat2 dulu siapa yg dateng ke acara itu, kl dikira orang2nya nyaman baru ikut, kalau ngga mah bhay aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, idolakuh mbak Sandra ternyata dirimu pernah ada sensi2 gitu ya.

      Hapus
  20. Ya ampun Mbak Lidha, nakal amat, menjumpai stok Ibu dengan baju dan jilbab kotor :)))

    BalasHapus
  21. Hahahaha.. Aku suka nih baca jawaban2nya :p. Memang paling nyebelin lah semua pertanyaa. Kapan yg ga diinginkan itu. Akupun pernah alamin mba.. :D. Tp aku dasarnya judes kali yaa, yg ada org yg nanya dulu aku jutekin.. Malah pernah lg bad mood, ditanya kapan punya anak, aku lgs emosi dan jwb sedikit kasar sih mungkin :p. Tp sejak itu jd ga ditanya2 lg hahahaha.. Kdg org2 ga sopan ini hrs dikerasin sih mba.

    Kalo lebaran thn ini, aku happy, walo ditanya kapan, tp "kapan" yg aku senengin. "fan, kapan nih traveling selanjutnya" hahahahaha... Gitu kan enak yaa.. Keluarga udh tau skr kalo aku ga bisa lama2 ga jalan :D

    BalasHapus
  22. diantara semua kapan baru pertanyaan kapan lulus yang mudah dijawab, lainnya keder banget. Dibilang kesel sih gak tapi kenapa pertanyaan itu selalu saja hadir di tiap pertemuan keluarga besar

    BalasHapus
  23. kapan emang pertanyaannya paling makjleb y mba rasanya dunia ini sepi tanpa ada pertanyaan kapan ��

    BalasHapus
  24. pertanyaan yang paling memaleskan itu adalah ditanya kapan nikah hmmm :(

    BalasHapus
  25. rasanya udah kenyang banget dapat pertanyaan kapan, aku cuma senyumin doang plus bilang, "Doain aja ya" kaleeem banget aku siiiih :D

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama