Kiat Memotivasi Diri dalam Dunia Kerja

Kamu seorang karyawan?
Atau sudah menjadi bos?
Atau sedang merencanakan menjadi bos?

Ketika memutuskan keluar dari perusahaan tempat saya bekerja selama empat bulan, tentu bukan tanpa sebab. Saya mengantongi penghasilan dasar diatas UMR. Upah yang menurut saya sudah lebih dari cukup. Bernaung di gedung perkantoran yang letaknya strategis dan kondusif, sesungguhnya mampu meningkatkan rasa bangga saya yang masih tergolong muda saat itu. Namun, keputusan bertahan sangat sulit dan akhirnya saya melompat dengan hanya memilih menjadi pengajar ‘kecil-kecilan’ di sebuah sekolah dengan upah berkisar Rp200 ribu-an per bulan di tahun perdana.

Ada beberapa penyebab utama mengapa saya tidak mampu bertahan di sebuah perusahaan prestise kota kami:

1. Karakteristik Individu

Sebagai pribadi yang mempunyai karakter tertutup di awal, sangat sulit bagi saya mengikuti perkembangan individu lain yang bergerak cepat, meskipun saya mampu bekerja dengan kapasitas setara mereka. Perbedaan karakter ini masih ditambah dengan perbedaan hobi dan arogansi, sehingga proses adaptasi saya berjalan lamban. Muncul kemudian jarak antara saya dengan karyawan lain. Cocok di lapangan pekerjaan belum tentu cocok sebagai kawan. Nyaman dengan tugas kantor tidak membuat saya nyaman dalam pergaulan. Hal ini diperumit dengan karakter atasan yang harusnya menjadi tempat bernaung karyawan.

2. Uang Bukan Alat Utama Motivasi

Manusia sebagai individu sosial, haruslah dipahami setiap instansi. Mereka membutuhkan perkembangan dan persamaan. Sebuah pengakuan. Menempatkan uang sebagai bentuk motivasi yang powerful tentu sangat keliru. Karyawan adalah manusia, tentu. Bukan hewan perah, pastinya. Bahkan hewan pun butuh dipijat, belaian dan sesekali jalan bersama. Meski para pekerja umumnya selalu menyebutkan uang adalah alasan bekerja, namun fakta di lapangan selalu menyatakan bahwa kenyamanan menjadi landasan mengapa setiap karyawan betah di perusahaan. Kenyamanan bisa diperoleh ketika eksistensi manusia diakui. Saya tidak mengatakan bahwa perusahaan tempat saya bekerja dahulu tidak memberikan pengakuan terhadap karyawan mereka. Saya hanya ingin menempatkan fakta bahwa dengan gaji berkisar 200ribu saya bisa bertahan jauh lebih lama dan jauh merasa nyaman.

3. Job description

Beberapa kawan bercerita mereka kerap dihadapkan pada tugas yang berlebihan sementara tugas tersebut tidak termasuk bagian dari kesepakatan. Atasan ada pula yang tidak memahami rincian pekerjaan bawahannya yang berujung pada pemaksaan kepada bawahan.
Meskipun tiga hal yang bersifat pribadi ini menjadi faktor utama mengapa saya berpindah haluan dari pekerjaan, namun tiga hal diatas juga menjadi faktor termotivasinya karyawan untuk bertahan di sebuah perusahaan. Di masa sekarang, saya sering mendengar dilema lintas generasi. Mungkin istilah ini muncul karena perbedaan cara pandang, sikap dan perilaku antar generasi. Generasi masa kini yang gaya hidupnya cenderung berbasis teknologi, bertindak cepat dan kreatif, menyukai tantangan dan lompatan suasana, mungkin tidak akan cocok bila ditempatkan bersama pemimpin dengan gaya kerja konvensional.

Di masa sekarang pula, generasi muda gencar membangun startup, menjadi pengusaha, membangun jaringan, berdikari.

Jika memang punya impian untuk membangun usaha, melakukan perekrutan, karena tidak mungkin pekerjaan (benar-benar) ditangani seorang diri, ada baiknya mencermati apa saja yang mampu memotivasi seorang karyawan sebelum karyawan itu merasa ‘dirampok’ tenaganya oleh unit usaha yang awalnya dia incar.

1. Pengakuan

Tiap manusia membutuhkan pengakuan. Hakikatnya seorang karyawan adalah partner bagi perusahaan. Bawahan – atasan adalah skema yang dibuat untuk memudahkan deskripsi pekerjaan bukan tinggi - rendah status sosial. Meski berbeda penghasilan, meski berbeda pengalaman kerja. Maka bila mereka partner, pendapat mereka atas perusahaan pun sama pentingnya. Lakukan pula pendekatan secara personal. Menyapa karyawan lebih dulu tak pernah salah, mengingat nama dan ruang lingkup hidup mereka akan sangat membantu terciptanya kenyamanan hati pekerja. Mereka merasa dianggap. Sebagai bagian perusahaan, sebagai manusia. Senyum tulus sang pemimpin, proses menghargai dan saling menghormati akan menjadikan setiap karyawan bekerja lebih giat. Memberi apresiasi atas sekecil apapun tugas karyawan adalah tindakan tepat.

2. Keterikatan

Tiap karyawan perlu merasa terikat dengan pekerjaannya, dengan perusahaannya. Bukan hanya pimpinan yang menginginkan majunya perusahaan, karyawan juga harus memiliki cita-cita yang sama. Keterikatan membuat masing-masing pihak menjalankan tanggungjawabnya. Perjelas rangkaian tugas dan tanggungjawab. Samakan visi dan misi dalam membangun perusahaan. Perbedaan lintas generasi tak mengapa, asalkan masing-masing berani menyesuaikan.

Banyak partner kerja yang tidak benar-benar merasa terikat dengan pekerjaannya, datang dan pergi sesuai yang diminta saja, mereka tidak puas, dan banyak pula yang menjadikan batu loncatan. Kalau saya atasannya, hal ini begini bisa bikin gerah. Bagaimana tidak, setelah merekrut dan melatih bawahan akhirnya mereka pergi begitu saja. Sakitnya tuh bukan hanya di batin tapi juga di rekening Kas.

Selain kesamaan visi dan misi dalam bekerja, ada beberapa hal yang membuat seseorang merasa terikat dengan perusahaan. Bisa jadi karena lingkungan kerja yang menyenangkan, bos yang efektif berbagi peran dan ilmu (pengalaman kerja) yang ingin diraih di perusahaan itu. Menempatkan visi dan misi perusahaan lewat tulisan besar pada poster sangat baik untuk merangsang etos kerja. Bagikan pula kasih sayang secara personal dalam bentuk  benda-benda unik kreatif seperti raglan.
poster motivasi
penggunaan poster di perusahaan mampu merangsang etos kerja

3. Alasan Kuat Untuk Berkembang

Kita membutuhkan sesuatu yang segar tiap harinya. Kita butuh berkembang dan bertindak lebih tepat. Mendapatkan pelatihan merupakan cara yang ampuh untuk meningkatkan value karyawan. Termasuk training-training motivasi. Ini bagai me-recharge tenaga baru. Ini isi ulang energi yang tidak melulu soal makanan.

Tiap-tiap karyawan sedari awal sudah terlihat perbedaan kemampuannya. Nantinya akan terlihat lagi perbedaan tumbuh-kembang mereka di perusahaan. Tergantung motivasi yang melatar belakanginya dan karakteristik personalnya. Memahami karakter karyawan adalah PR bagi atasan. Untuk itu diperlukan kerja tim. Tim yang solid, tim yang bersahabat, tim yang mampu menyemangati bagiannya. Karena setiap manusia penyuka tantangan, mereka membutuhkan kompetisi, persaingan. Tentu persaingan yang sehat dan tantangan dengan porsi tertentu.

Masih ada lagi ladang kreativitas. Ketika menginginkan perusahaan tumbuh dan berkembang lebih baik, maka penggeraknya pun diupayakan demikian. Generasi masa kini sangat diunggulkan dalam hal kreativitas. Jika kreativitas memicu perusahaan untuk tumbuh pesat, tentu yang terbaik adalah menampung ide. Mematikan kreativitas sama saja mematikan semangat juang bekerja. Demi kebaikan perusahaan, buat kreativitas karyawan sejalan dengan kelayakan cita-cita perusahaan.
Cara menampung kreativitas bisa bermacam-macam, seorang karyawan yang gemar mendesain (meskipun ini bukan perusahaan desain) akan merasa senang ide desainnya tertampung. Misal, membuat desain untuk mug yang akan dibagikan pada hari ulang tahun perusahaan.

desain mug kreatif

4. Lingkungan yang Menyenangkan

Hal lain yang membuat nyaman bekerja adalah lingkungan kerja yang menyenangkan. Semua ini dapat diperoleh dari berbagai hal baik kerja tim, individu yang solid yang berbagi keceriaan lebih banyak, pemimpin yang peduli, perusahaan yang nyaman sampai pada fasilitas yang mendukung. Menyamakan hobi, mengadakan acara kebersamaan atau family day akan mendukung suasana yang nyaman.

5. Award

Hal pertama sebelum membahas award adalah penuhi semua hak karyawan. Karena award berbeda dengan gaji karyawan. Award adalah apresiasi yang diberikan atas kemampuan karyawan yang mau bertindak lebih baik bagi perusahaan. Sebuah pengakuan dalam bentuk benda. Bentuknya bisa bermacam-macam.

Disini uang pun bisa ditempatkan. Misalnya setiap tahun ada penghargaan bagi karyawan aktif, atau karyawan yang berkontribusi besar bagi perusahaan dengan memberi sejumlah uang tertentu.
Atau perusahaan bisa membuat award yang unik. Ketika mengajar, selain membuat award untuk murid-murid yang serius, saya juga membuat award unik. Misal award untuk murid yang banyak menguap. Aneh memang. Tapi, cukup efektif untuk kami sama-sama peduli. Tentu dengan catatan ini hanya untuk menunjukkan kepedulian bukan merendahkan.


Lalu, bagaimana bila kita telah menjadi seorang karyawan?

1. Cintai apa yang sudah diraih

Karena kamu sudah bekerja di tempat yang kamu pilih, jangan sampai deh kamu nggak suka. Emang ada yang nggak cinta ama pekerjaannya? Buanyak. Alasannya macam-macam. Ada banyak pekerja yang tidak "sreg". Atau merasa ‘ini hanya batu loncatan’. Kalau sudah begini, maka buatlah perencanaan apa yang ingin diraih di perusahaan tersebut. Percayalah sekecil apapun unit usaha, pasti ada "sesuatu" yang dapat kamu raih dan itu berarti buatmu. Tetapkan berapa lama batu loncatan itu, dan target selanjutnya. Hidup tanpa harapan dan tujuan pasti akan hampa, begitu pun bekerja. Jika sudah memiliki poin-poin tersebut, laksanakan tugas sesuai yang diminta. Jangan kecewakan perusahaan yang sudah begitu baik. Cintai saja apa yang kita kerjakan, karena jatuh cinta itu mudah, mempertahankannya yang susah.


2. Bangun pagi

Bangun pagi penting untuk menyelamatkan semangat di waktu-waktu setelahnya. Bangun pagi punya energinya tersendiri. Begitu keluar melongok matahari pagi akan menjadikan hari-hari baru kembali. Semangat juang pun hadir lagi.
ayo bangun pagi

3. Mesin ide

Bekerja di perusahaan yang bukan impian, memang membuat kendor semangat. Bahkan di perusahaan idaman pun, mati gaya bisa terjadi. Jika hal ini terjadi, ingat kembali target yang dikejar. Cari ide agar tidak bosan. Jika perusahaan tidak menetapkan kerja tim, buat saja ‘jaringan/tim’ sendiri. Motivasi dari teman amatlah membantu. Kembangkan hobi, cari teman yang satu selera. Tidak harus hobi yang sesuai dengan perusahaan. Memiliki rekan sekerja yang sehati dapat membantu untuk rajin bekerja.
Lalu sering-seringlah membaca, banyak bertanya. 
Karena generasi sekarang adalah gudang ide. Terlebih jika perusahaannya amat sangat mudah dikritisi, salurkan saja. Jika tidak, tetap salurkan saja.

Masih tidak suka dengan perusahaannya? Idamkan saja begini: “Besok saya akan memiliki perusahaan yang lebih baik dibanding perusahaan ini. Atau yang agak ekstrim: “Besok saya akan jadi Bos disini. Karena perusahaan ini jelek sekali.” Memiliki impian seperti itu wajar saja. Karena sesungguhnya harapan dan impian seseorang adalah landasan dia untuk bangkit.
4. Bersyukurlah

Ya, bersyukurlah. Diantara ribuan, jutaan para jobseeker, kamu adalah orang yang beruntung. Tidak peduli ketidaksukaanmu, tidak peduli pekerjaanmu hanya sementara buatmu, tidak peduli kau tidak dihargai disana. Tetaplah bersyukur. Selama harapan, usaha dan doamu masih ada, kelak roda akan berputar.

Jadi ada di posisi mana dirimu? (Masih) kah seorang bawahan ataukah atasan. Masihkah pihak yang diperkerjakan atau sudah mumpuni memperkerjakan pihak lain? Tak peduli berada dimana posisimu, tetaplah lakukan yang terbaik. Tetaplah motivasi diri menjadi yang terbaik,

@lidhamaul


69 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Sepakat, uang bukan motivasi utama ya Mak. Kenyamanan kerja, rekan kerja yang baik dan bisa memahami privasi masing-masing dan atasan yang mau membantu kita jadi lebih berkembang itu .. heaven :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. berkembang dibutuhkan ya mbak, karena rejeki nggak akan kemana. Thankyou for opininya ya ^^

      Hapus
  2. suka banget sama tulisannya. Setuju banget soal uang memang tidak utama, kenyamanan dan merasa terikat lewat hati menjadi lebih penting saat bekerja menurut saya. Tulisannya asik banget, infogravisnya kereeen :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah makasih banget mbak Yasinta. Kalau fotografer yang bilang keren itu gimana gitu sayanya *kemudian pengen traktir*

      Hapus
  3. Kenyamanan kerja, rekan kerja yang baik emang salah satu modal utama, gaji aku pikirin sih, sesuai ga pekerjaan sama gajinya, kalo ga sesuai ya mending dilepas ajaa meskipun tempat sama temen2 kerja bikin nyaman hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. gaji emang harus dipikir ya mbak, gaji enak+kenyamanan kerja, best place tuh ^^

      Hapus
  4. Saya setuju banget dengan kalimat : "Uang bukan alat utama motivasi". Karena memang dalam memilih pekerjaan, saya pilih pekerjaan yang sesuai dengan passion saya jadi selalu merasa nyaman dan happy walaupun gajinya #cukup pas - pasan hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena rejeki nggak akan kemana, tapi passion adalah pilihan kita. Makasih opininya mbak Lily ^-^

      Hapus
  5. nah itulah dunia ketja itu bukan hanay pinter saja tapi kaarkter2 dari diri sendiri yang harus bisa mendukung kinerja, banyak ornag yang gak mampu bekerja sama, banyak ornag yang egosi mikirin diri sendiri padahal itu kerjaan bersama. tapi selama ini dalam perekrutan yg dilihat adalah nilai

    BalasHapus
  6. Yaps, kenyamanan di tempat kerja menjadi pertimbangan tersendiri (yang bisa dikatakan lebih utama) dibandingkan nominal gaji :)

    BalasHapus
  7. katanya sih ketika masuk dalam suatu perusahaan, mau tidak mau kita yg harus beradaptasi dengan orang-orang yang sudah ada disana, bukan sebaliknya, dan kadang itu yang bikin susah dan gak betah di tempat kerja. Malah ada juga yang bilang cukup berteman di lingkungan kerja aja, ketika di luar kantor, jangan, ntar keburukan kita dijadikan bahan untuk jatuhin kita. Itu sharing sama temen yg udah kerja, aku mah masih mahasiswa jadi angguk-angguk aja baca tulisan ini :'))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mahasiswa udah banyak lho yang jadi bos :D

      Hapus
  8. Pimpinan perusahaan sebaiknya dekat dengan para karyawannya, setidaknya mereka merasa nyaman untuk mengungkapkan ide, gagasan maupun keluhan terhadap perkembangan perusahaan.Jadi saling membutuhkan dan terikat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak, karena keduanya saling membutuhkan. Makasih opininya Nur Rochma :)

      Hapus
  9. saya termasuk pribadi yg agak tertutup ma jadi agak susah juga mobilenya di dunia kerja, makanya ga pernah bertahan lama kerja. Baca ini jadi ingat pernah nonton drama korea Misaeng Incomplete ttg dunia kerja, itu jadi teringat realita bahwa dunia kerja bagi perempuan itu (terutama jika berbaur dengan laki2) sungguh keras, perlu mental baja . wallahualam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, bener mbak. Saya juga pernah ngerasa gitu. Lingkungan akan membentuk karakter kita ya mbak, termasuk juga lingkungan kerja :)

      Hapus
  10. Semestinya, pekerjaan yang dijalani memang harus mebuat seorang individu merasa nyaman di dalamnya. Karena itu menjadi titik nilai ibadah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak semestinya begitu, selama halal ya kan ^^

      Hapus
  11. Kadang merasa bersyukur atas apa yg telah kita raih bisa menjadi motivasi jug

    BalasHapus
  12. Apapun pekerjaannya kita harus tetap bersyukur, karena di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan itu dan yang paling penting itu kenyamanan mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Kang bersyukur juga bagian dari memotivasi diri :)

      Hapus
  13. wah bermanfaat banget mba, saya jadi termotivasi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah senang sekali dapat memotivasi aliando syarief :)

      Hapus
  14. Suka banget sama kata bijaknya mbak :D

    BalasHapus
  15. di perusahaan yg skr, aku udh hampir 10 thn.. masih betah2 aja sih :D.. walopun kerjaannya kdg bikin stress, apalagi kalo udh berhadapan ama nasabah2 bule rese' yang suka cari gara2 ;p dan ga mau ikutin aturan. Tapi di luar itu, aku seneng kerja di bank yg skr.. Motivasi utama sih, krn biar gimanapun, dari perusahaan inilah aku bisa nabung utk traveling selama ini mbak :D.. itu yg bikin semangat kerja ttp nyala tiap pagi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau motivasinya traveling, kayaknya apa aja bakal tahan banting ya mbak :D :D *demi*

      Hapus
  16. kalo kerja memang kenyamanan yang paling utama yah Mba Lidha :)
    mau sebanyak apapun gajinya kalo hati nggak yaman yah sama ajah bohong, maka bersyukurlah orang-orang yang mendapatkan tempat kerja yang nyaman, teman-teman yang ramah dan atasan yang pengertian :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. syukur luar biasa itu :) dan kalau atasan ramah, bagi duitnya juga ramah :)

      Hapus
  17. Selama ini, sejak masih single sampai berkeluarga, saya belum pernah dapet tempat kerja yang bener-bener nyaman. Entah saya yang kurang bersyukur atau emang bener tempatnya gak nyaman. Dan emang bener, tempat kerja yg gak nyaman itu tak akan membahagiakan kita meski kita telah menggenggam sejumlah uang yg lumayan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak, saya juga pernah merasakan itu. Karena kenyamanan ini membuat kita betah dan memicu kerja lebih baik

      Hapus
  18. Suasana kerja yang kurang menyenangkan memang membuat kita merasa tidak nyaman. Apalagi jika lingkungannya juga tidak sehat.
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, pakde tau banget. Saya terima salamnya :)

      Hapus
  19. Awalnya mikir ini tulisan motivasi, eh ternyata buat diikutin lomba customblog. Hehe. Saya juga ikutan loh mbak. Semoga kita sama-sama menang yaaa. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. huahahahaha, customblog memotivasi menulis dan ini emang tulisan motivasi kok mas Firdaus.
      Saya aminkan doanya

      Hapus
  20. Job deskripsion kalo di tengah tengah dah melenceng dari perjanjian awal ni mb lidh yang bikin anhot angotan

    Berasa atasan di atas angin
    Mau ngingetin tugas asli malah dikira mbangkang huahahah

    BalasHapus
  21. hahaha btw quote-quotenya keceh..
    sya suka saya suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga suka :D
      Makasih mak Ophi dah mampir :)

      Hapus
  22. Wah.. Keren postingannya, Mbak. Ga nyangka buat lomba. Good Luck ya, Mbak :-)

    BalasHapus
  23. terkadang nasib yang mengharuskan kita bekerja di sini juga jadi acuan sih Mbak, daripada nggak keterima di mana-mana

    BalasHapus
  24. Aku kalau kerja lebih ngutamain 'kenyamanan' mbak :' sumpah deh, kalau gaji gede tapi nggak nyaman dan terus tertekan, rasanya kok nggak nikmat ya :'

    BalasHapus
  25. mantap ulasannya, bikin kita jadi emangat lagi nih buat create bisnis sendiri..mantap!

    BalasHapus
  26. Menumbuhkan sense of belonging supaya karyawan betah yaa..
    Suka deh tulisannya. Semoga menang mbak

    BalasHapus
  27. Wiks, tulisan ini JUARAAAK!

    Aku juga berusaha banget nih mbak, menancapkan motivasi kerja adalah ibadah.
    Bismillah, semoga berkah :)

    bukanbocahbiasa

    BalasHapus
  28. saya pernah kerja di Jakarta dua tahun dan sekarang memilih balik ke kampung halaman dan bekerja sesuai passion saya yaitu tidak menjadi karyawan :D, insyaallah rejeki gak kemana

    BalasHapus
  29. Ya, mbak Baiq rezeki ga akan kemana. Sehat jasmani dan rohani juga rezeki

    BalasHapus
  30. Saya karyawan mbak, percaya bahwa bekerja itu ibadah ibadah, selebihnya "me time" melakukan yang terbaik yang saya bisa, membantu apa yang saya bisa, alhamdulillah,lancar saja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau begitu.
      yaelaaa, saya yang IRT ini aja juga ngerasa kerjaan luar itu me-time kok, sometimes jadi kepengen lagi

      Hapus
  31. yang membuat saya masih bertahan bekerja di kantor saya yang sekarang adalah karena saya merasa nyaman Mba Lidha. Entah mengapa beberapa kali ditawari pindah ke tempat lain dengan gaji lebih tinggi tapi sedikitpun tidak membuat saya tertarik karena bagi saya kenyamanan dalam bekerja adalah awal dari kebahagiaan kita di kantor :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena mootivasi tiap orng beda ya mbak. Saya juga menomorsatukan nyaman

      Hapus
  32. saya pernah hrs meninggalkan zona nyaman dengan terpaksa
    krn tuntutan keluarga....anak adalah alasan utama
    tapi semakin lama saya menyadari bahwa pilihan saya tdk salah
    alhamdulillah menemukan kegiatan menulis yg tdk hrs meninggalkan rumah

    terima kasih sharingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mbak Avy luar biasa. Kami juga menempuh luar zona nyaman ^^

      Hapus
  33. Mba, tulisan mu ini sangat memotivasi diriku hihihi....
    Aku masih terjebak di rutinitas yang mengekang, makanya aku nyambi ngeblog biar aku tetep bisa bersuara.

    Saat ini aku bekerja benar-benar di posisi yang sangat dicita-citakan, hanya masalahnya nah itu, terkadang manusia butuh pengakuan, award setidaknya ucapan terima kasih atas pekerjaan yang kita selesaikan dengan baik, tapi ya saya belum mendapatkannya sekalipun di tempat ini, dan membuat saya merasa gak di hargai lalu membuat semangat kendor.

    Tapi menengok ke depan saya harus banyak-banyak bersyukur dan harus mampu memaksimalkan semua yang say dapat sekarang.

    Terima kasih artikelnya bagus mba, salam kenal ^^

    Now, I am your 28nd follower

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Wuri makasih ya,
      saya juga sama saja mbak. Ngeblog biar tetap bersuara. Saya juga sering kendor kalau tidak ada yang memotivasi :)

      Hapus
  34. tulisannya sangat mengisnpirasi dan diulas secara tajam, setajam....... :D

    BalasHapus
  35. Saya pun sekarang jadi private teacher, ga di tempat kerja lagi. Nggak berurusan lagi dengan rekan kerja yg cari muka, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, mbak Nita....sst nanti ada yang baca lho

      Hapus
  36. Duh... jatuh hati banget sama tulisannya, mbak...
    Keseluruhan poin-poinnya ngejleb mbk. Alhamdulillah, di perusahaan tempat saya memiliki visi misi sebuah perusahaan yg berjalan dg ssistem : kekeluargaan...
    alhamdulillah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, saya pasti juga semangat kalau di tempat seperti itu :)

      Hapus
  37. pernah menjadi karyawan dan sedang berproses untuk menjadi bos plus istri boss * njawab pertanyaan di awal* ;p

    BalasHapus
  38. Alasan yang sama. Kurang sehat lingkungan tempat kerjanya, karena memang saya dan job desc memaksa saya ditempatkan di ruang terpisah bersama bapak-bapak lainnya. Saya jadinya cewe sendiri.

    Dan bikin ga betah karena....merasa bertentangan dengan apa yang ingin diterapkan. Saya setuju Mba Lid, kalau uang bukan motivasi, karena justru menjalani freelancer yang duitnya ga tentu justru bikin saya tetap bertahan tanpa ada kendala yang bersimpangan dengan prinsip hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayee, mari kita jadi freelancer yang berbahagia :)

      Hapus
  39. kalau cari kerjaan memang harus yang kita rasa nyaman ya, supaya kerjanya enak, rekan kerja juga pengaruh sih, walau kerjaannya berat tapi kalau suasana dan lingkungan sudah nyaman, gak kerasa deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya begitu mbak. Walau tiap orang termotivasi dengan cara yang berbeda ^^

      Hapus
  40. Wah, jadi terhenyuh ak bacanya,
    Hampir semuanya udah ak rasain dalam dunia pekerjaan.

    Jadi motivasi ne mba,

    Roda itu berputar, terus berusaha dan berdoa, dan tak lupa doa dan restu orang tua, asik :-D

    BalasHapus
  41. Waktu baca beberapa kalimat awal, ada rasa sedikit kecewa.. yah kenapa mutusin keluar padahal gaji di atas umr, eh setelah baca ke bawah dan terus ke bawah lagi, baru tau alasannya. Iya sih, kata nyokap gue kerja kantoran tuh kadang suka sikut-sikutan. Banyak yang ke kantor pada pake topeng. Serem ih. Ditekan kiri-kanan, atas-bawah. Ya Allah, gimana nanti kerja yak... Apalagi gampang kepancing emosi, bisa main gebok anak orang dah nih. Ahahahahkkk ...

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama