Kelola Uangmu dengan 8 Cara Cerdas


Saya sering terperanjat ketika mendengar daftar hutang para pengusaha lokal menengah. Ternyata… ya ternyata ratusan juta saja masih terdengar biasa oleh mereka. Main di angka ‘M’ atau ‘belasan M’ adalah jenis hutang yang sukar ditolak oleh pengusaha. Ini belum termasuk pengusaha besar tingkat nasional.

Berbekal ilmu dan kekuatan tekad, seorang Coach Syamsul Arifin –founder Syariah Business Coach- membuat gerakan #PengusahaTanpaRiba. Sebagai sesama pengusaha, beliau memahami dan seringkali mendapati para pengusaha yang terjerat hutang bukan kepalang, terpuruk, dan buruknya terikat dengan riba. Ada satu masalah yang kemudian beliau paparkan di seminar bisnis singkatnya yang telah saya ikuti, bahwa kebanyakan mereka tidak mampu mengelola KEUANGAN secara tepat.

Mengapa?

Karena ternyata, penghasilan yang besar terus saja dibarengi dengan pengeluaran yang besar. Bahkan seringkali LEBIH BESAR.
Kenyataannya meningkatnya penghasilan seseorang, hanya akan membuat ia menambah daftar panjang pengeluarannya. Dan itu terus..terus..terus saja seperti itu. Ngerasa?

Makin kaya ia makin dibuat rumit dengan pengeluarannya, makin pusing mencari uang, tawaran hutang pun jadi pilihan. Ngerasa?

Ada beberapa cara kemudian yang dipaparkan agar cerdas secara finansial. Dan ini, tidak hanya berlaku bagi para pengusaha saja. Untuk ibu-ibu RT seperti saya, tips ini jitu dan cukup nyentil. Nggak percaya?

Yuk disimak.

1. MEMBEDAKAN KEBUTUHAN DAN KEINGINAN

Nasi kebutuhan bukan ya?Mobil kebutuhan nggak sih?

Setiap orang kemudian menjawab berbeda-beda. Karena lapar, nasi bisa menjadi kebutuhan. Namun adakalanya nasi bisa menjadi keinginan saat lidah berucap “kalau nggak makan nasi nggak kenyang nih” sementara lontong sayur, martabak, ketupat, bakso, gado-gado,sudah sukses meluncur ke perut. Gimana kalau mobil? Sama aja. Ternyata merumuskan kebutuhan dan keinginan ini gampang-gampang susah. Terlihat mudah, praktiknya bikin galau. Setiap orang terlihat berbeda dalam menempatkan kebutuhan dan keinginannya. Dan memang benar.

Tapi, mari kita coba selipkan rumus baku disini.

Setiap kebutuhan adalah sesuatu yang sifatnya mendesak, butuh pemenuhan bahkan menjurus pada keHARUSan, atau memang harus. Dan jika tidak dipenuhi akan menyebabkan penderitaan berkepanjangan, sakit atau berujung pada kematian.

Sedangkan keinginan sifatnya tidak HARUS dipenuhi, jika tidak dipenuhi tidak akan menyebabkan bencana, atau kematian, hanya saja menyebabkan kegalauan.

Sampai sini banyak yang tersindir. Gimana nggak, habis pulang jalan nih misalnya, terus haus berat, yang kepikiran jelas minum, tapi apa pikiran tambahan saya? enak nih nyeruput es kelapa,atau jus jeruk, mangga, es teler, eh es durian yang kemaren baru buka deh kayaknya yaa *halah…halah…halah* malah dipanjang-panjangin. Faktanya dahaga saya bisa hilang hanya dengan segarnya air putih saja.

Wah, kalau gitu nggak boleh dong nenggak jus jeruk, es kelapa, eh apa itu es durian?
Ya nggak gitu juga sih.


2. TRACKING YOUR MONEY
Kelola Uangmu dengan Cerdas

Pergi belanja bawa duit 1 jeti, pulang-pulang lihat isi belanjaan beda ama daftar, nggak nyadar duit udah habis, seperti orang baru siuman: aku belanja apa aja siiihhh tadi! *shocked*

Dalam seminar ini, diceritakan ada sebuah keluarga yang menghabiskan 1 juta dalam sehari (mungkin bukan tiap hari ya) dan tiap bulannya mereka kebingungan mengapa penghasilan selalu tidak mencukupi kebutuhan keluarga?

Lalu kemana perginya uang itu?
Selidik penuh investigasi pun berlanjut. Ternyata duit 1 juta yang bisa hilang dalam 1 hari itu hanya untuk MAKAN.

Mengapa bisa terjadi?
Kebiasaan makan di luar, malas masak padahal ada waktu dan tenaga, menyebabkan kita terlampau banyak menghambur biaya demi urusan perut. Belum lagi cemilan, minuman langka, dan lain-lain. Kebiasaan ini kadang tidak terbaca, karena ‘makan’ selalu kita anggap sebagai kebutuhan.

Lagi-lagi harus melirik poin pertama, seberapa jauh kita membedakan kebutuhan dan keinginan ini akan berguna untuk menyelidiki kemana perginya uang kita. Ali Bin Abi Thalib pernah diberi uang oleh Rasulullah S.A.W dan kemudian Rasulullah menanyakan dipergunakan untuk apa uang itu, sedang Ali menyedekahkan seluruh uang itu. Disinilah sebenarnya Rasulullah S.A.W mengajarkan untuk melakukan tracking. Mari sama-sama belajar tracking uang kita, karena kelak di akhirat pun kita akan di-tracking.


3. SIMPLICITY
Kelola Uangmu dengan Cerdas

Sederhanalah, berhematlah.
Kita tahu Rasulullah SAW hidupnya amatlah sederhana. Baju baru yang beliau miliki pertanda akan ada satu baju lama untuk diberi. Selain itu banyak juga orang-orang besar bergaya hidup sederhana. Biasa saja.

Lalu, apa kita dilarang kaya? Saya harap sih tidak ada pertanyaan seperti itu. Karena lawan dari simplicity adalah berlebihan.
Coba deh di cek, berapa banyak pakaian yang kita miliki tapi yang kita pakai dominan itu-itu saja. Sisanya nyungsep di lemari. Sampai-sampai kita pernah berucap, lho kok aku punya baju ini ya, ini kan yang aku beli 20 juta tahoen jang laloe, kok aku nggak ingat sih? Ya iyalah, nggak pernah dipake *pengalamanpribadi*

Nah, setelah tracking tadi, pelan-pelan ubahlah kebiasaan yang tidak layak. Belanja seperlunya, secukupnya. Memiliki barang sesuai manfaatnya. Berpikir dua kali, apakah membangun rumah tingkat itu perlu? Atau ternyata rumah mungil nan apik sebenarnya sudah teramat cukup untuk bernaung. Tenang, dengan
pengiritanbegitu, kita masih bisa tetap kaya kok.

Soal ini, Al Qur’an dan Hadits sudah menyindir kita:
"Hendaklah manusia memperhatikan makanannya."  (TQS: Abasa: 24).

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR. IbnuMajah)

Walaupun menggunakan kata makan. Tapi kita bisa melihat sisi kebutuhan lain berdasarkan dalil di atas.


4. RE- PLANNING

Tracking udah, simplicity udah paham. Sekarang saatnya re-planning. Yaitu bagian mana saat tracking menjadi kebocoran keuangan kita, itulah yang akan kita rencanakan ulang.

Selanjutnya khusus yang belum terbiasa, sesekali buatlah pos-pos anggaran belanja. Terapkan prinsip untuk tidak melanggarnya. Berusahalah menggunakan uang cash. Ini penting ya. Karena uang dalam bentuk tunai akan sangat kita khawatirkan bila habis, formula ini cukup ampuh untuk mencegah berbelanja terus menerus.

Selain itu buat prinsip yang lain, misal: saya akan menyumbangkan pakaian yang lama untuk pembelian pakaian baru (1 masuk 1 keluar). Dan seterusnya nanti bisa kita program sendiri setelah menemukan kekacauan saat tracking.


5. ALOKASI INCOME

Ini bagian favorit saya. Memahami dan menerapkan poin 1-4 sudah dilakukan. Sekarang saatnya trik jitu bagaimana kuangan kita benar-benar berdaya guna. Alokasi ini terbagi menjadi 3 bagian:

A. Mengalokasikan untuk MASA DEPAN

Sebenarnya apa sih masa depan? Banyak peserta yang menjawab ‘esok’. Bagaimana dengan 1 detik kemudian? Oya, 1 detik kemudian juga masa depan. Bagaimana 0,0001 detik kemudian? Eh, itu juga masa depan. AH, kalau begitu ‘tidak tahu’.

Memang benar kan masa depan siapa yang tau?
  • Tapi ada satu yang  kita ketahui, masa depan yang sesungguhnya adalah AKHIRAT.
    Maka alokasikanlah untuk membuka pintu surga. Ada banyak caranya, ada banyak jalannya. Semua orang pasti bisa.
Coach Samsul Arifin menelurkan prinsip sedekahnya. Setiap kali ke masjid, beliau mengeluarkan uang dari dompetnya yang paling TINGGI nominalnya. Bila belum mampu –untuk prianya- mulailah setiap hari Jumat. Ya, mulailah menerapkan dari yang kita mampu.

Bagaimana dengan perempuannya? Sama saja. Tentunya tidak khusus hari Jumat. Cari cara lain, amalkan. Rasakan tantangannya saat mengeluarkan uang dengan nominal tertinggi. Saya membayangkan rasanya deg-deg-deg-syurr. Rasanya ngalah-ngalahin naik roller coaster. Begitu buka dompet. Lihat sisa uang cuma 100ribu, tapi harus ngeluarin karena sudah prinsip tadi. Ih, cuma. Cuma 100ribu. Sementara kalau disedekahkan, nanti pulang naik apa, entar kalau di jalan kenapa-napa gimana? Ih, cuma. 100 ribu mah nggak cuma, bisa buat beli lauk-pauk, beli buku, beli… ah, beliuran.

Ingatlah, masa depan itu GHAIB, tidak ada makhluk yang mengetahuinya. Memang disinlah petualangannya. Challenging. Berani melawan yang tidak kita ketahui. Jangan ragu menginvestasikan untuk akhirat ini.
  • Alokasikan untuk LEHER Ke ATAS, bukan LEHER ke Bawah.
    Maksudnya jangan memuaskan perut belaka, investasikan juga untuk kemampuan otak dan skill kita.

  • Saving for Future-Spending.
    Menabung untuk niatan tertentu. Jenis tabungan ini harus jelas, mau dibawa kemana kelak dan diapakan. Misal : berhaji.

  • InvestmentTaruh dana kita pada usaha yang sudah pasti. Pasti baik, pasti halal, barokah dan berkembang.
Untuk alokasi masa depan kira-kira 10 % (disesuaikan).

B. Alokasikan untuk MASA KINI

Apa yang terjadi di masa kini, bisa jadi apa yang kita inginkan di masa lampau.

Pernah mendengar kalimat itu? Saya pikir ada benarnya.

Maka, karena kita berada di masa kini, hendaknya rencanakan, alokasikan sebaik-baiknya waktu dan keuangan kita. Buat harapan yang terbaik pada hari ini untuk masa depan (akhirat)

Untuk alokasi masa kini kira-kira 60 % (disesuaikan).

C. Alokasikan untuk MASA LALU

Sediakan dana untuk membayar hutang, memenuhi janji. Kalau nggak punya hutang? Ya Alhamdulillah.  Karena hutang yang belum terlunasi ini bisa menghalangi kita masuk surga -__-
Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku gugur di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan terhapus dariku?” Maka jawab Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam kepadanya, “Ya, jika engkau gugur di jalan Allah dalam keadaan sabar dalam mengharapkan pahala, maju pantang melarikan diri.” Kemudian Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Kecuali hutang, karena sesungguhnya Jibril menyampaikan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim no.1885)
“Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan menanggung hutang satu dinar atau satu dirham, akan dibayar (dengan diambilkan) dari kebaikannya; karena di sana tidak ada lagi dinar dan tidak (pula) dirham.” (HR. Ibnu Majah) 
Ini juga buat cewek-cewek yang belum bayar hutang puasanya.

Untuk alokasi masa lalu kira-kira 30% (disesuaikan)



6. MENGENDALIKAN DIRI
Kelola Uangmu dengan Cerdas

Tahan, tahan, tahan.
Saya teringat saat bulan puasa kita sering membeli beraneka rupa makanan+minuman. Padahal saat berbuka, yang kita makan dan minum seadanya saja. Sungguh menahan diri ini tidak patut disepelekan. Kata teman saya, itu namanya lapar mata bukan lapar perut.



7. BELI SESUATU SAAT ADA ... DUITNYA
Kelola Uangmu dengan Cerdas

Ya iyalah. Kalau nggak ada duit gimana mau beli?

Eh, yang namanya godaan selalu ada lho. Nggak ada duit, kan masih bisa ngutang. Uhuy.

Poin ini sebenarnya menegaskan lagi betapa pentingnya transaksi tunai. Dana di tangan.

Berarti nggak boleh ngutang dong? Cash mulu?
Ya nggak gitu juga.

Rasulullah juga pernah berhutang, hanya saja yang sifatnya mendesak, jenisnya kebutuhan atau kepentingan. Saya pernah menemukan orang yang berhutang untuk membeli barang-barang penghias rumahnya. Segala macam guci, hiasan dinding, aneka rupa perabotan. Perlukah dia barang-barang tersebut? Karena saya mengenalnya, saya berani jawab TIDAK. Lalu, untuk apa semua barang itu? Untuk bersaing dengan tetangga. Dan tipikal ini jamak kita jumpai.


8. NAIKKAN INCOME

Lakukan optimasi aset.
Walau terdengar entrepeneur sekali, sebenarnya aset yang dimaksud disini tidak melulu berupa harta benda. Aset manusia yang terbesar adalah waktu dan kemampuan.
Kelola Uangmu dengan Cerdas

Berarti emak-emak bisa dong menaikkan income-nya? Bisa banget.
Nah, poin 1- 8 sudah saya tuliskan. Semua ini juga pengingat buat saya. Banyak sekali yang disampaikan Coach Samsul Arifin ini mengena begitu dalam. Saat sesi diskusi –karena di seminar ini banyak pengusaha hadir- beberapa individu bercerita mengenai persoalan hutang (riba) mereka. Tawaran-tawaran untuk berbuat riba itu begitu besar. Banyak yang mengiyakan, lalu terjerat. Curahan hati berhamburan di acara ini.

Padahal ada haditsnya: “Riba ada 73 pintu. Yang paling ringan adalah seperti orang yang berzina dengan ibu kandungnya.” (Hadits Ibnu Majah)
Coach Samsul Arifin juga paham, hal semacam ini akan menjadi polemik di luar sana. Selalu ada pihak yang menyangsikan upayanya. Alhamdulillah, waktu bergulir, sekarang pengusaha berani bergerak tanpa riba. Sungguh rezeki datangnya dari Allah dan Allah melarang riba. Saya pribadi ketika menuliskan ini masih banyak pertanyaan, sayang seminar yang hanya satu hari itu usai.

Kembali ke poin 1-8 saya yakin siapa pun ingin mengelola keuangan mereka secara baik dan tepat. Urusan mengelola uang, bukan hanya memisahkan benda melainkan juga sebagai kontrol diri. Memenangkan pertarungan nafsu dan akal. Ada sebuah quote menarik dari Coach Samsul Arifin yang membuat saya mau tidak mau mengangguk pasti.


Salam,

lidhamaul

23 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Alokasikan untuk leher ke atas bisa berupa kosmetik nih, Mbak. Hehe. :D Itu 'keinginan' yang sering kali dialasankan sbg kebutuhan. Tolong jangan marahin daku.

    BalasHapus
  2. Salam kenal, Mbak. Bener banget kalau nggak direncanakan dan dicatat bisa "menguap" uangnya hehe.

    BalasHapus
  3. Jd ingat dosenku pernah blg "orang kaya itu orang yg plg banyak utangnya"...amit2 ya

    BalasHapus
  4. nah, antara kebutuhan dan keinginan yang masih suka bercampur kalau saya :)

    BalasHapus
  5. terimakasih tipsnya Mbak :)
    yang nomor 7 itu kadang-kadang saya masih melakukannya, hiks :(

    BalasHapus
  6. Aku banget itu.. antara makanan pokok sm cemilan.. pengen semuanya hahaha.. kdg godaan keinginan itu ga nahan yaa.. pdhal blm tentu butuh. Perlu puasa... >. <

    BalasHapus
  7. wihh, super banget mbak Fera, aminn..aminn

    BalasHapus
  8. Mak makasih yaa tulisannya..
    Quotes terakhirnya sereem hehhee.. Harus buru-buru belajar keuangan ini mah, merapikan..

    BalasHapus
  9. makasih tulisan ya mbak. jadi tambah pengetahuan saya untuk bisa mengatur keuangan secara baik dan benar :)

    BalasHapus
  10. sekarang saya sedang berusaha untuk mengelola keuangan dengan benar mbak, sedang masa2 untuk ikat tali sabuk soalnya hehe

    BalasHapus
  11. untuk menghindari jajan, biasanya kami kalau mau keluar sarapan dulu. Kalau perginya jauh, biasanya bawa bekal. Tapi sesekali bolehlah mampir warung makan.
    Perkara mampir warung ini yang kadang bikin saya dan suami "berselisih" paham. Sesekali makan diluar, saya kan pengennya makan ditempat yang agak wah gitu, yang masakannya beda dengan masakan saya sehari-hari dirumah. Tapi suami berprinsip, yang penting makan, jadi ya berhentinya di warung sederhana dipinggir jalan, yang menunya mirip2 aja sama menu makan sehari-hari di rumah. Murah meriah, kata suami.

    BalasHapus
  12. Menahan diri ini nih, Mbak, godaan terbesar! Hiks!

    BalasHapus
  13. Ada quote: pendapatan berbanding lurus dengan pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, semakin banyak pula pengeluaran. Padahal itu lebih ke persoalan lifestyle ya, mba? *mungkin..

    BalasHapus
  14. nah, itu dia yang dibahas di seminar ini, kok (kebanyakan orang) makin kaya makin susah hematnya ya

    BalasHapus
  15. Kalau saya sekali ngumpul langsung BLesss , sekejab menutupi kebutuhan :D

    BalasHapus
  16. Mba, tulisannya merobek-robekkan hati aku. Makjleb. :D
    Thanks for sharing, mba! :)

    BalasHapus
  17. sama2 alania, hati ku pun demikian sebenarnya -_-

    BalasHapus
  18. Bener banget, yg paling penting wajib ada catatan keuangan biar bisa manage keluaran dan pemasukan :)

    BalasHapus
  19. Baca pelan-pelan, resapi pelan-pelan, dan aku bingung uangku kemana aja. Hiks.. aku masih boros..

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama