MENARUH ASA CINTA AKSARA DI KEJAUHAN KOTA


Muno, adalah satu kata yang mungkin saja kurang pas dalam menggambarkan wajah beberapa orang yang tidak mengetahui jawaban dengan tepat saat ditanya keberadaan Perpustakaan Kota Balikpapan.

Tapi, kebingungan orang-orang ini memakan waktu cukup lama, termenung-menung dengan bola mata berputar meski bukan karena guna-guna. Sehingga pertanyaan pun kembali diajukan. “Pernah main-main ke Perpustakaan Kota Balikpapan?” dan berakhir dengan gelengan. Rupanya masih banyak warga Balikpapan yang belum mengetahui Perpustakaan Kota mereka sendiri, alih-alih berkunjung ke lokasi. Dalam imajinasi terbatas, perpustakaan adalah ide membosankan mengunjungi tumpukan buku. Tentu saja, perasaan hambar ini terjadi pada diri mereka yang belum mencintai dunia aksara. Kedua, rasa ketidaknyamanan terbentuk karena konsep perpustakaan di benak mereka adalah konsep perpustakaan di masa lampau. Sedangkan sudah bukan rahasia lagi, perpustakaan di era kini dapat menjadi tempat bermain-main, selain sebagai sarana diskusi dan edukasi secara online.

Beberapa warga yang mendapat pertanyaan ini memang bukanlah warga kota. Istilah warga kota atau orang kota adalah pembeda untuk mereka yang tinggal di pusat atau sekitar pusat kota Balikpapan. Walaupun sesungguhnya Balikpapan adalah kota, namun tentu saja dikarenakan adanya batasan wilayah ada warga yang harus tinggal mendekati pinggiran wilayah. Orang-orang Balikpapan ini tidak disebut sebagai warga atau orang pinggiran, melainkan lebih spesifik dengan penyebutan lokasinya.

Misalnya, sebutan orang-orang kilo. Sebutan untuk mereka  yang tinggal di daerah kilometer 5 Balikpapan dan seterusnya hingga berbatasan dengan daerah lain. Beberapa orangtua yang mendapat pertanyaan dari saya tentang perpustakaan adalah orang kilo. Jangankan orangtua, anak-anak mereka saja belum pernah ke Perpustakaan Kota Balikpapan. Syukurlah, dewasa ini anak-anak lebih mampu menjabarkan kenyamanan perpustakaan, meski perpustakaan yang sering mereka  kunjungi hanyalah perpustakaan sekolah saja.

Sebenarnya hal ini cukup dilematis walau alasannya dirasa ada benarnya, jarak Perpustakaan Kota memang cukup jauh bagi orang kilo.  Selain perpustakaan, rumah-rumah baca sederhana juga jarang ditemukan. Sisi lain, minimnya sarana literasi ini memberikan peluang baik bagi individu-individu maupun korporasi untuk menciptakan wadah berkegiatan cinta buku terutama bagi anak-anak, generasi masa depan Kota Balikpapan.

Adalah Astra yang kemudian menghadirkan asa ini bersama Rumah Pintar Astra, perpustakaan sekaligus sarana aktivitas lain bagi anak-anak dan warga sekitar. Tepatnya dibangun di Kampung Berseri Astra,  Karang Joang KM.15 Balikpapan. Sesuai namanya, Kampung Berseri Astra memang merupakan kampung binaan PT. Astra International Tbk. Rumah Pintar ini baru diresmikan beberapa bulan lalu oleh PT. Astra International Tbk bersama dengan Walikota Balikpapan dan Staff Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Hubungan Pusat dan Daerah, pada bulan Mei 2017. Luasnya memang tidak seberapa, tapi kesan 'wah’ kala memasukinya sungguh terasa.  

Sore itu saya mengunjungi Rumah Pintar Astra.  Warga  setempat berkata,  jika selama ini biasanya Rumah Pintar dibuka, banyak anak-anak yang senang berdatangan. Saya mengangguk, kiranya benar apa yang saya pikirkan. Anak-anak merespon bahagia kehadiran rumah cantik dengan nuansa biru ini. Pak Sukidi, Ketua RT setempat menyambut ramah. Bukan apa-apa kunjungan kali ini disambut Ketua RT, melainkan karena beliaulah yang memegang kunci Rumah Pintar Astra selama ini.  “Kalau anak-anak antusias sekali dengan perpustakaan ini,” tutur beliau, mengulang lagi apa yang disampaikan warganya. Saya mengamati keadaan di dalamnya, lemari-lemari cantik, juga rak sebagai partisi, karena selain untuk membaca, anak-anak juga bisa diarahkan untuk berkegiatan lain di sisi yang berbeda.  Disediakan pula peralatan komputer, sebagai media belajar digital. Sebuah kipas angin terpajang di atas, turut melengkapi kekhawatiran  akan rasa gerah yang bisa muncul hingga mengakibatkan aktivitas positif terhenti. Satu sarana tepat lainnya adalah toilet. Ini benar-benar pemikiran yang baik, siapa pun pengguna Rumah Pintar Astra tetap bisa meneruskan kegiatan mereka tanpa perlu bolak-balik pulang ke rumah bila hajat memanggil. Beberapa buku-bukunya memang sudah nampak lecek, pertanda buku-buku itu dibaca.  Selain buku-buku, juga ada beberapa permainan asah otak dan kreativitas, seperti lego dan puzzle. Ini perpustakaan yang nyaman, pikir saya. Juga didesain sesuai era kini. Kiranya penyebutan kata rumah pintar dirasa lebih pas, karena begitulah harapan selama ini.







Pak Sukidi bercerita bahwa selain anak-anak bisa membaca dan menggunakan benda-benda dan fasilitas  yang disediakan di dalamnya, anak-anak kilo  ini jugabiasanya belajar bersama, karena ada tutor yang berkenan hadir. Saat ini Rumah Pintar Astra memang masih dalam pembentukan pengurus, mengingat Kampung Berseri Astra Karang Joang-KM 15 ini sendiri terdiri dari lima RT (Rukun Tetangga)
 
Salah seorang Ketua RT dari 5 RT di Kampung Berseri Astra
Lewat perbincangan dengan Pak Sukidi, Rumah Pintar Astra ini bukan hanya tentang bangunan yang baru namun juga bisa dibilang terobosan untuk warga. Karena sekali lagi, di daerah kilo, khususnya kilometer 15 dan seterusnya, jarang ditemukan rumah dan taman baca atau perpustakaan. Jika pun ada, seringkali memang berkaitan dengan sarana pendidikan formal yang ada di sekitarnya, seperti sekolah-sekolah dan pesantren. Atau perpustakaan keliling yang kadang nampak oleh mata. Karena itu ada harapan tersendiri, Rumah Pintar Astra dapat menarik minat baca dan menembus keyakinan untuk selalu cinta aksara.

Minat baca di Balikpapan terus meningkat. Tapi, dari data BPS tahun 2016, kota ini belum bisa masuk dalam daftar kota dengan minat baca tertinggi di Indonesia. Sesuai target, minat baca di Balikpapan baru mencapai 89% dan diharapkan bisa terus melampaui 90%. Terhitung dari tahun ke tahun, penggiat literasi dan kegiatannya terus meningkat.

Bercerita tentang Rumah Pintar Astra, tidak bisa lepas dari PT. Astra International Tbk. Keberadaan rumah yang diharapkan menjadi penunjang dalam mencetak intelektual nan cakap khususnya generasi muda dan mereka yang berminat melakukan perubahan pada umumnya, merupakan kontribusi Astra melalui salah satu pilarnya dari 4 pilar tanggung jawab sosial yang ada yakni, Astra Untuk Indonesia Cerdas.

Sejak tahun 1957, Astra berusaha mempersembahkan pengabdiannya kepada masyarakat di Indonesia lewat berbagai bidang. Perjalanan 60 tahun membuat Astra dikenal tidak hanya sebagai penghasil produk-produk unggulan berkualitas, namun juga sebagai sahabat untuk membantu masyarakat berkembang. Rumah Pintar Astra yang dibangun bertepatan dengan momentum pendidikan menyiratkan harapan besar tentang berkembangnya minat baca dan cinta literasi warga Kota Balikpapan, khususnya orang kilo  yang seringkali dianggap pinggiran dan kurang informasi, padahal kenyataannya tidaklah dapat dinilai merata. Menurut Pak Sukidi, bakalan sukar sekali mencari warganya yang pengangguran.  Ini membuktikan bahwa kawasan ini layak menjadi contoh bagi kawasan lain. Begitu pun Rumah Pintar Astra di KM 15, selain membantu  generasi di dalamnya untuk cerdas dan berkembang, ternyata telah  memberikan inspirasi kepada kawasan sekitarnya, khususnya daerah kilo untuk berbuat serupa.

Terimakasih Astra, atas 60 tahun perjalanannya yang menginsipirasi masyarakat dan lingkungan. Untuk tetap dimana pun kita berada, semua manusia punya potensi yang sama untuk dapat besar, cerdas, maju dan berkembang. Salam SATU Indonesia.

Salam,

Lidha Maul

8 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. Wah sepertinya menyenangkan berlama-lama di rumah pintar Astra, semoga di Makassar juga ada...

    BalasHapus
  2. Akh tempat yang menyenangkan agar tiap orang dapat dengan gembira membaca ya terutama anak-anak. Salam hangat ya dari Jakarta

    BalasHapus
  3. semoga Astra akan membuka rumah baca di kota-kota lainnya dan rumah baca yg sudah ada terjaga terus buku2nya

    BalasHapus
  4. wah keren habis nih astra, pastinay sangat membantu ya, unik ya disebut dengan orang kilo, baru tahu

    BalasHapus
  5. Asyik sekali....memang perlu digiatkan banyak rumah baca sehingga orang2 tumbuh rasa cinta pada buku

    BalasHapus
  6. Selalu cinta setiap mbak menulis, perpustakaanya keren ya mbak semoga semakin banyak anak-anak yang mencintai buku

    BalasHapus
  7. Kita pernah main bareng ke sini ya, mbak, saat acara #60tahunAstra.
    Aku suka sekali dengan ide Astra ini, inspiratif ya.

    BalasHapus
  8. Wah bagus banget rumah bacanya. Semoga ada di semua pelosok daerah yang belum dapat akses perpustakaan.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama