Cash Flow, Si Arus Penentu Bisnis

Cashflow_Bahasa Bisnis_Financial Literaracy

Apa yang kita pikirkan ketika sebuah laporan keuangan diserahkan di tangan kita? Bisakah kita menilai kinerja perusahaan itu berdasarkan laporan keuangannya? Maju atau mengalami kemunduran? Layak investasi atau mencari pinjaman? Atau malah kebingungan dan pengen bilang : aduh pusiiiinng. Kalau begitu toss dulu. Banyak kok yang sama. Ngomong-ngomong laporan keuangan ini adalah laporan keuangan perusahaan anda.

Tentunya hal termudah begi seseorang untuk menilai bisnisnya adalah ketika ia membuka laporan laba-rugi, laporan yang merupakan bagian dari Laporan Keuangan. Dengan begitu ia dapat melihat berapa nilai omzetnya. Tapi, benarkah demikian? Berapa banyak dari kita yang mengira omzet yang besar menunjukkan bisnis yang gemilang?
Omzet: jumlah uang hasil penjualan barang (dagangan) tertentu selama suatu masa jual. Omzet merupakan hasil penjualan.
Penting untuk dipahami bahwa omzet bukanlah nilai kekayaan sesungguhnya. Tidak perlu tergiur ketika mendengar seorang wirausaha menghasilkan omzet sekian ratus juta. Karena masih ada biaya-biaya yang terjadi yang penting untuk dikurangi. Dari sini, akan bisa dilihat keuntungan (profit) yang muncul. Namun kenyataannya, profit yang menawan pun harus dapat diimbangi kemampuannya tuk berubah menjadi nilai kas.

Inilah yang menjadi asumsi dasar pentingnya mempelajari Financial Literacy. Sebab, bagaimana mungkin seorang pilot akan menerbangkan pesawat jika tidak mengerti ‘bahasa’ yang terdapat pada panel-panel yang ada didepannya? Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku dokter tidak memahami alat-alat kedokteran yang akan ia gunakan sehari-hari? Begitu pun dengan para pemilik usaha. Sangat penting bagi para pelaku usaha (businessman and business woman) untuk memahami dengan baik ‘bahasa’ bisnis.


“Most of failure in the business
caused because
they don’t SPEAK business LANGUAGE”

Ketika berbicara Financial Literacy, tidak lantas mengartikan bahwa Financial Literacy adalah Teori Akuntansi.
Untuk mengartikan Financial Literacy, dibutuhkan 3 Aspek Memahami:
  1. Memahami bahasa bisnis (Understanding business language)
  2. Memahami teori di balik angka (Understanding story behind the number)
  3. Memahami pentingnya mengembangkan bisnis (Understanding the essentials to fly business)

BAHASA BISNIS

Dimulai dengan pertanyaan awal, pertanyaan yang akan menjawab keseluruhan aktivitas bisnis anda ataukah bisnis nanti berkelanjutan dan segmentasi pasarnya. Pertanyaan itu adalah:
Apa bisnis anda sesungguhnya?

Apakah akan menjawab: Saya berbisnis pakaian, seragam sekolah. Bisnis saya kuliner, gadget dan seterusnya?

Memahami makna apa bisnis sesungguhnya bagai memahami apa tujuan anda. Mungkin juga tujuan hidup anda. Memahami bisnis anda akan mendorong terciptanya usaha yang berkelanjutan dan dinamis. Anda tak ingin berhenti atau jatuh karena ada yang membutuhkan anda.

Steve Jobs adalah sosok yang sangat ingin membantu orang-orang menyadari mimpi mereka, membantu mereka mengubah teknologi yang powerfull menjadi peralatan yang mudah dijamah. Inilah bisnisnya. Apple yang dijualnya, hanyalah produk.

Ketika seseorang menjual pakaian bayi, maka ia sedang menyediakan kebutuhan sandang bagi para bayi, ia tahu dengan bahan yang tepat para bayi tidak akan kedinginan pun kepanasan. Pebisnis ini tahu bagaimana mengarahkan konsumen agar cerdas dan bijak dalam memilih busana yang sesuai bagi bayi. Inilah bisnisnya yang sesungguhnya. Pakaian bayi hanya merupakan produknya.

Maka, kenali dulu apa bisnis anda.

Bisnis sendiri berarti merupakan usaha komersil menjadikan nilai tambah. Baik dari yang tidak berguna menjadi berguna, yang sudah berguna menjadi tambah guna. Nilai yang dibeli orang inilah yang menjadi profit bagi pelaku bisnis.

Dan tentu saja bisnis dapat diukur, dan untuk mengukurnya tentulah ada alat ukurnya. Tidak asal jual kemudian merasa sudah untung. Omzet dikira profit. Profit terasa besar tapi cash entah ada-entah tiada. Karena cash digunakan dengan cara tidak tepat. Tahu-tahu terpukau, merasa untung terus, namun uang kosong dan semuanya terhenti.
Istilah-istilah ini rupanya banyak yang diabaikan oleh para pelaku bisnis terutama di antara kita. Sadar atau tidak sadar, masih banyak entreprenur yang tidak memahami bahasa bisnis. Bagaimana ingin memahami, kalau membaca saja belum bisa.


Laporan Keuangan : Neraca, Laporan Laba/Rugi

Omzet – Expenses = Profit


Assets = Cash + Account Receivable + Investment + Fix Asset + Aset Lain



CASHFLOW

Bisnis yang berkelanjutan dan dinamis tidak dilihat dari seberapa besar omzetnya. Ingat, omzet merupakan pendapatan tertera. Bisnis yang baik dapat dilihat dari seberapa besarnya CASHFLOW yang tersedia.


“COZ BUSINESS FAIL WHEN THEY RAN OUT OF CASH”

Apa itu CASHFLOW?

Cash atau kas adalah uang yang nyata-nyata ada bagi perusahaan. Cashflow atau arus kas bergerak dengan 3 cara, bagaimana arus kas ini diciptakan dan digunakan:

Operating II Investing II Financing

1. Operating Cash Flow (OCF): Bercerita seberapa produktif management merubah profit (teori) menjadi Cash (fakta). Agar terus berkelanjutan, bisnis kita harus menghasilkan operating cash flow yang positif. OCF bisa dilihat dari seberapa besar pendapatan/penjualan dan seberapa banyak pengeluaran untuk membiayai operasional usaha.

Rumusnya: Jika OCF (+) maka perusahaan SEHAT, jika OCF (-) maka perusahaan sedang SAKIT.

2. Investing Cash Flow (ICF) menceritakan bagaimana cash saat anda berinvestasi. Dan ini mencakup bagaimana penjualan aktiva tetap, semisal peralatan, kendaraan, mesin dan investasi lainnya.

Rumusnya: Jika ICF (+) berarti telah ada DANA MASUK ke perusahaan, dan bila ICF (-) maka ada DANA KELUAR.

3. Financing Cash Flow (FCF): Selain cash flow dari operating dan investing tentu saja dana ini berasal  financing. Cash flow ini bisa dilihat dari kegiatan pinjam-meminjam hutang dan pembayarannya.

Untuk lebih memahaminya, ada baiknya mengikuti tes berikut. Namun, perhatikan seksama sekali lagi panduannya:


OCF yang (-) berarti perusahaan sedang bermasalah.

OCF < Net Profit (Laba Bersih) berarti Laba belum sepenuhnya menjadi Kas, masih nyantol di Piutang dan Persediaan

OCF < ICF berarti terlalu peminjaman bank atau investasi bisnis. Meski terlihat ada banyak uang, yang terbaik adalah uang yang dihasilkan dari operasional (OCF).

OCF
¯ dan Profit ­ berarti hati-hati, mungkin terjadi manipulasi. Kecenderungannya yang baik adalah OCF tinggi dan Profit pun tinggi



Pertanyaannya mengapa lebih banyak acuannya pada OCF? karena yang terbaik adalah keberlangsungan operasional usaha, ada pembelian, penjualan, dan biaya-biaya. Dengan operasional inilah perusahaan bertumbuh. 

Kalau begitu mari kita buat tes analisis berikut;
(angka adalah nilai uang dalam ribuan)

Saldo Awal Kas adalah 0
Operational:
- Hasil Penjualan
- Pembelian produk
- Biaya2 Operasional
- Pembayaran utang usaha
- Pajak
Total OCF
Investment:
- Pembelian Aktiva Tetap
Total ICF
Financing:
- Penambahan Modal
- Peminjaman dari Bank
- Pembayaran Hutang Jk.Panjang
Total FCF

Kenaikan Kas:
Posisi Kas Awal        
Posisi Kas akhir 



75.000 
(26.000)
(27.500)
(11.800)
(12.500)


(4.500)


10.500
13.500
(15.000)








(2.800)


(4.500)




9.000

1.700
­        0
1.700
Ket: tanda kurung () merupakan pengurangan


Sekarang mari kita coba analisis:

Ternyata OCF bernilai negatif (-) ini artinya perusahaan sedang sakit. Penjualan memang tinggi = 75.000 dan biaya operasional = 27.500. Berarti, perusahaan benar mengalami keuntungan. Namun dengan adanya OCF yang (-) jika kelak terjadi banyak biaya yang tinggi maka perusahaan akan sulit maju.

Bagaimana mengatasinya?

Pertama, bisa dilakukan dengan mengecek Piutang Usaha. Asumsi ini dapat dilakukan dengan cara melihat laporan keuangan. Bila Piutang terlalu tinggi, akan lebih tepat bila ditagih lebih dulu. Kedua, pembelian produk. Apakah pembelian senilai 26.000 masih mengendap? Masih berupa Persediaan? Dan belum dilakukan upaya penjualan? Jika ya, maka segera lakukan penjualan.

Asumsi-asumsi diatas termasuk membuat CashFlow, meski terlihat (masih) sukar, sesungguhnya dapat dipelajari dengan mudah. Siapa saja yang telah masuk dan bertekad menjadi entrepreneur/businessman dan ingin sukses membangun bisnisnya, maka haruslah ahli dalam bisnis.

Teknik pembelajarannya dapat dilakukan dengan cara:

  1. Mulai memahami istilah-istilah dalam bisnis
  2. Mulai melakukan pencatatan sedini mungkin. Nota, kuitansi, invoice bukanlah merupakan pencatatan, melainkan bukti transaksi.
  3. Mulai membuat laporan keuangan. Bedakanlah antara Income Statement dan Cash Statement.
  4. Mulailah untuk menganalisis laporan tersebut. Selalu  mampu memahami Cash dengan tepat.
  5. Kas harus dikendalikan dan digunakan sesuai pos-posnya.
Cash Statement yang baik dapat memberitahu kita seberapa tepat pekerjaan yang kita lakukan dalam mengubah laba menjadi uang. Karena, Income Statement hanyalah opini, sedang Cash Statement adalah fakta.


NET INCOME IS AN OPINION, CASH IS A FACT


Semoga bersua lagi di tulisan BePreneur lainnya.

Sampai sini, masihkah ada teman-teman yang terus-terusan berbisnis tapi tidak tahu kondisi kasnya?



-----------------
diambil dari workshop IIBF



Salam,



39 Komentar

Terimakasih telah membaca, silakan berkomentar yang baik. Mohon tidak menaruh link hidup, situs yang mengandung SARA, judi online, web scam dan phising, karena akan dihapus.

  1. duh hahahha udah lama lupa ginian mbak. secara aku nggak pernah input pas kerja. kerjanya pake sistem aku tinggal analisis aja pake narik data :p

    mbak lidha hebat lho materinya

    BalasHapus
  2. Hualaaahh.. ini pelajaran pas aku kuliah dulu, tapi sekarang udah lupa maah,wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. ihhh..kakak kenapa kau begitu mudah melupakan aku -___- aku.n.tansi :P

      Hapus
  3. Mbaaak postingannya keren. Aku jadi kangen nge-OS lagi hihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, makasih mbak udah mampir. Semoga kangennya lekas terobati

      Hapus
  4. ya Allah ini akuntansi banget deh, kalau orang2 kantor ngomongin ini aku jadi gak mudeng sendiri mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak apa mbak Ev, makasih ya udah mampir.
      Serahkan saja ke ahlinya ini :)

      Hapus
  5. Mbak Lidha, aku coba baca pelan-pelan dan mencerna satu persatu tapi otakku nggak nyambung-nyambung. :D Aku cuma tahunya setelah baca tulisan ini emmang benar bisnis jualan kamus Bahasa Madura yang aku geluti selama ini masih acak-acakan pantesan kerasa hilang banget modalnya. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, jangan gitu ah nyambung aja lah otaknya.
      Baru tahu ada jualan kamus bhs Madura, kurang promo aja kali. ENtar di sesi bisnis selanjutnya deh bahas memajukan bisnis.
      *yang ini kagak dibaca ya Ris, hihihi*

      Hapus
  6. Aku ada usaha tapi males bikin neraca keuangan. Memang ada sih catatannya tapi amburadul gitu. Nota2 setumpuk (khawatir lupa catet).Parah banget ya! Yang penting uang masuk dan keluar tercatat dan tidak bercampur dengan uang pribadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya sekarang udah banyak aplikasi bisnis, tinggal input2 aja buat rekam jejak kita.
      Karena bener juga sih, yg begini mesti ditekuni kalau mau serius sukses.
      Tapi, sama aja sih mbak..kudu seriusnya itu sementara yg lain juga pengen diseriusin :P

      Hapus
  7. Cash flow, bertahun silam kata ini begitu akrab di telingaku, tapi sekarang sudah hampir gak pernah dengar kata ini lagi Mba Lidha :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari komen atas kebanyakan deretan para mantan deh, hehehe

      Hapus
  8. Bagus juga di impelemtasikan IRT :D :D :D Biar keuangan stabil

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, hihihi
      Pasti lebih banyak seputar OCF. Yang investasi kapan2 gitu mampirnya ya

      Hapus
  9. Pernah baca di salah satu buku yg judulnya 7 kesalahan pebisnis, salah satunya yaitu menggembar gemborkan omset sehingga lupa tidak melirik profit. Jadi, profitnya ga kekejar meski omsetnya melambung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wesss, blogger buku banget dah. Apa2 tau dia ^_^

      Hapus
  10. Iya lho omzet gede ga menjamin usahanya sehat. Kenalanku ada yg berbisnis tapi dapetnya capek doang. Omzet gede tapi kok ya modal habis melulu. Dia musti belajar dari tulisan ini dulu nih ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, makasih mbak Evylia
      Ada kasus dimana salah satu pengusaha ternama suka gembor2kan omzetnya dan dia lupa ngukur kekuatan cashflownya, dampaknya usahanya down dengan amat drastis

      Hapus
  11. Saya dikasih teman yang sudah berbisnis duluan, yang penting omset kang, ayo genjot terus, berarti profit juga penting ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jualan tanpa memperhitungkan biaya, ya begitulah Pak

      Hapus
  12. Bagus tulisannya utk pembelajaran. Kalau sudah nyemplung di usahanya sering terdorong utk menambah modal krn naiknya adrenalin untuk menjaga cash flownya itu nyandu. Ngeri2 sedap hehehee.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, pengalaman mak?
      Makasih ya udah mampir :)

      Hapus
  13. Maaaak diriku riweuh banget baca inii. Aku tak shanggup. ngurus keuangan rumah tangga aja sulit apalai ini ya maaaak. Hihii. pelajaran akutansi itu njelimet bgt yaaa, harus telitiii. hehe

    BalasHapus
  14. alhamdulillah akhirnya bisa komen
    nyimak nih
    dulu saya berbisnis selama 5 tahun ga terlalu baca teori beginian, pembukuannya sederhana sekali
    tapi memang bener, harus pisah rekening ya..biar tahu naik turunnya omzet jualan

    salam kenal mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. paling penting sih pencatatan, pemisahan dalam pencatatan. Soal pisah rekening bisa setelahnya kok

      Hapus
  15. jarang2 loh blogger bahas ginian hehehee. apanya yg mesti dikritik mba lidha? lha wong ini tepat semua kok. jadi inget dulu saya kerjaannya nagih2 utang, pasti semangat banget nagihnya soalnya nambah2in service hotelier :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh gak mau kritik ya.
      Ya udahlah, emang mancing blogger kece aja kok biar kesini :P

      Hapus
  16. Numpang nyelonong. Xixixi. Bahasannya lengkap banget nih. Cashflow itu memang yg sangat menentukan berhasil nggaknya bisnis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak Diba, masih ada faktor lain tapi cashflow itu kesehatannya lah

      Hapus
  17. Keren ini materi tulisannya. Walaupun biasanya saya rada-rada anti ama yang beginian, tapi karena pembahasannya enak, sampe akhir deh bacanya. Ya walaupun tetep aja kurang paham hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Son. Gak apa nggak paham, makasih udah baca ya :)

      Hapus
  18. waah saya baru tau ilmu ini. Berarti itung2an di awal harus o yaa kas awal. karena aku pegang petty cash, modal awal sejumlah petty cash itu aku taruh di awal mba.. salah yaaa hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, nggak harus 0 mbak. Itu cuma contoh.
      Petty cash kan tersendiri. Karena tidak termasuk operasional, dan lainnya

      Hapus
  19. Saya terapin ini sewaktu online shop masih jalan. Itupun karena ada suami yang ngerti beginian, saya mah emang belajar ekonomi tapi udah lupa hahahaha
    Tapi, memang penting banget kok cash flow, dalam memulai usaha harus ada ini biar usahanya terarah seperti cinta *laaaahhh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cie...cie...Kak Ranny :)
      Bagus lah kalau diterapin, emang melelahkan hayati sih. Tapi, sekarang udah banyak aplikasi yang membantu usaha kita

      Hapus
Lebih baru Lebih lama